Share

Bab 9

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-20 14:58:39

Part 9

“Kamu mau makan apa?” tanya Mas Fahmi berbisik.

Aku hanya diam saja enggan menanggapi.

“Hanum,” panggilnya lirih.

“Aku mau sendiri. Tolong tinggalkan aku,” jawabku lirih.

“Kamu kenapa?” bisiknya mesra di telinga. Jika tidak dalam keadaan marah, tentu saja aku akan tergoda.

"Ada apa sebenarnya, Hanum?" tanya ibuku yang tiba-tiba masuk ke ruang dimana aku dirawat.

Kata dokter, setidaknya aku harus dirawat paling tidak semalam. Untuk mengobservasi keadaan.

"Hanum terlalu lelah dan banyak pikiran sepertinya," jawab Mas Fahmi yang langsung berdiri.

"Ibu mau ambil makanan yang ketinggalan di motor dulu, ya?" kata Ibu kemudian.

Kami berdua kembali di ruangan yang hanya berisi pasien aku seorang saja.

"Pergilah, Mas! Aku sama Ibu. Barangkali kamu sudah ada yang menunggu di tempat lain. Aku tidak mau membatasi gerakmu sekarang," kataku sambil menitikkan air mata.

"Hanum, kamu bicara apa? Dokter sudah bilang jangan banyak pikiran! Kamu terlalu stress dan terbebani dengan prasangka kam
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 10

    Part 10 Saat mendengar langkah kaki mendekat, aku pura-pura tidur. Namun, sesekali mengamati gerak-gerik Mas Fahmi dengan membuka kelopak sedikit. Saat ini, aku merasa buntu sekali untuk mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Namun, mengingat kondisi yang sedang hamil dan ada bayi yang harus kujaga, maka memilih berpikir positif saja. Bukan karena bodoh, bukan karena lemah, tapi, keselamatan bayi yang tengah ku kandung yang menjadi alasan. 'Mas Fahmi tidak punya selingkuhan! Mas Fahmi suami yang bertanggung jawab. Mas Fahmi adalah calon ayah yang baik.' Hatiku terus menekan kalimat itu. Kalaupun itu terjadi, maka aku akan tetap bertahan. Untuk anakku. Jika benar mereka selingkuh, Ema hanyalah pacar di masa lalu. Ia tidak boleh memiliki suamiku. * Malam itu, aku mendekati Dewi yang tengah bersantai duduk di teras samping rumah. Dia tersenyum saat aku duduk di sampingnya. "Sudah baikan, Mbak?" tanyanya. "Sudah, Alhamdulillah. Anakmu sudah tidur?" "Sudah, Mbak ...." Aku d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 11

    Part 11 Semalaman Mas Fahmi murung. Ia pelit jadi bicara, padahal sebelumnya dialah yang selalu mengajakku berbincang. "Apa kamu sedih tidak bisa menemui seseorang?" tanyaku tanpa basa-basi. "Kamu bicara apa? Aku sedang merasa tidak enak karena sudah menggunakan uang kamu," katanya. "Kemarin saat mitoni juga pakai uangku. Kamu biasa saja, Mas. Kamu tidak sedih, tidak juga murung. Kamu malah semangat mempersiapkan acara itu. Beli apapun kamu yang mempersiapkan. Apa karena saat itu, aku masih mengijinkan kamu pergi? Atau karena yang belanja semua persiapan acara adalah orang lain yang aku tidak kenal sama sekali?" Sambil tersenyum getir, kuucapkan segala rasa kesal. "Hanum, jangan mulai! Kamu mulai ngelantur. Bukankah aku sudah menjelang semuanya sama kamu? Aku sudah menyuruhmu untuk menelpon temanku juga istrinya. Kurang apa lagi? Jangan memancing perdebatan! Nanti kamu bisa sakit lagi." "Kalau begitu, kamu juga ikut menjaga kondisi emosiku! Jangan aku saja yang harus menjagan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 12

    Part 12 "Mbak Hanum ...." Dewi memanggil. Aku tidak peduli. Tetap mengemasi barang-barangku, memasukkan ke dalam tas. Suara lantunan orang mengaji yang saling bersahutan menambah pilu hati ini. Sampai detik ini, Mas Fahmi tidak menyusulku. "Kamu tahu hubungan mereka 'kan, Dewi?" tanyaku. "Mbak Ema hanya datang karena Bapak meninggal, Mbak." "Dari mana dia tahu kalau Bapak meninggal? Siapa yang memberitahu?" Dewi diam. Aku menghentikan aktivitas dan menatapnya. "Kamu yang memberitahu?" tuduhku. Dewi menggeleng cepat. "Tidak, Mbak. Tidak sama sekali. Bukan aku yang kasih tahu." "Mbak Santi?" Aku menuduh lagi. "Mbak Santi dari tadi sibuk menenangkan Ibu," jawab Dewi. "Mungkin Mas Fahmi sendiri yang kasih tahu." "Itu artinya mereka berhubungan. Kamu tahu itu, 'kan?" "Mbak, aku tidak--" "Aku tidak tahu lagi harus percaya siapa, Dewi. Aku mau pulang dulu. Daripada di sini, akan membuat suasana hati semakin sakit. Lihat, Mas kamu tidak juga menyusulku ke sini, 'kan?" "Mba

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 13

    Part 13Mas Fahmi selalu terlihat murung saat pulang ke rumah Ibu. Namun, aku tidak mau menanyakan apa penyebabnya. Karena pasti berhubungan dengan uang, pekerjaan dan alasan lain yang sudah tidak lagi kupercaya. Ibu sedikit curiga karena hingga hari ke tujuh, aku tak kunjung ke rumah mertuaku. "Tidak sopan dan tidak etis lho, Hanum. Masa iya, mertuamu meninggal kamu hanya di sana sehari saja. Datanglah ke sana malam ini, ya? Ibu yang malu kalau kamu tidak datang. Itu sungguh tidak patut. Ini, Ibu sudah membeli gula dan teh buat kamu bawa." Bimbang. Aku sebenarnya tidak ingin sekali menginjakkan kaki di rumah Mas Fahmi. Masih trauma dan bayangan dia yang mengaji di dalam kamar bersama Ema, masih menghantui pikiran. Namun, demi harga diri Ibu, akhirnya aku mau saja. Nanti malam tepat selamatan tujuh hari Bapak Mertua. Sejak aku di rumah Ibu, Mas Fahmi hanya pulang ketika malam hari. Kini, tak ingin lagi aku mempertahankan dia di sampingku. Sekuat tenaga dan juga banyak taktik kulaku

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 14

    Part 14Aku pulang ke rumah kontrakan. Karena jarak dari rumah mertua ke kontrakan lebih cepat dibanding ke rumah Ibu. Selain itu, aku ingin menenangkan diri. Tidak mau jika keluarga sampai tahu masalah ini. Meski belum mengetahui rahasia yang sebenarnya, tetapi setidaknya aku sudah melihat bahwa Ema diterima baik oleh keluarga itu. Kalaupun diantara kedua insan tersebut tidak ada hubungan apapun, seharusnya mereka menghargai perasaanku. Bagaimanapun, Ema adalah mantan pacar Mas Fahmi. Berbaring dan membungkus badan yang dingin karena kehujanan sambil menangis. Merasakan sungguh malang apa yang menimpa saat ini. Setelah membaca banyak dzikir, akhirnya mata ini bisa terpejam. Mas Fahmi sudah ada di rumah saat aku bangun. Sepertinya dia lewat jendela. Saat mataku terbuka ternyata sudah lewat Maghrib. Begitu lama aku terlelap. "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Hanum!" Kalimat pertama yang diucapkan saat aku duduk dan kesadaranku kembali pulih. "Tidak bisakah kamu membuat a

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 15

    Part 15POV FAHMIHanum Rahmadiyanti. Sebuah nama yang cantik seperti perilakunya. Pribadi yang santun, penyabar, lemah lembut dan juga dia perempuan yang mapan secara pekerjaan. Seseorang yang menerimaku sebagai suaminya meski saat ini aku masih berstatus sebagai guru honorer.Meski ia memiliki gaji, tetap saja, kebutuhan setiap bulan menjadi tanggunganku sebagai seorang suami. Aku tidak pernah membiarkan Hanum menggunakan uangnya untuk kebutuhan keluarga. Oleh sebab itu, selain mengajar, aku memiliki bisnis menjadi distributor kain jahit. Kakakku bekerja di sebuah perusahaan garmen, sehingga dengan mudah aku bisa mengambil barang yang akan kujual dari pabrik.Seringkali Hanum membahas soal Ema. Mantan kekasih yang sangat aku cintai dulu. Tidak. Bahkan sampai sekarangpun, aku masih mencintainya. Cintaku terbagi dua, untuk Ema juga Hanum. Kedua wanita itu memiliki arti yang berbeda dalam hidupku. Aku tidak bisa melupakan begitu saja Ema, meski kini sudah memiliki Hanum, istri yang te

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 16

    Part 16POV Hanum"Saya minta maaf, Hanum. Saya panik karena kemarin kamu teriak-teriak. Setelah kejadian itu, saya memarahi Fahmi dan menyuruhnya pulang," kata Mas Wahyu.Mbak Santi duduk menengahi aku dengan Mbak Wanti sementara itu, Mas Fahmi dan Mas Wahyu duduk bersandar pada tembok beralaskan lantai.Meski sama-sama mengusap punggung menggunakan telapak tangan, tapi ucapan Mbak Santi terasa tidak nyaman. Tubuhku lebih mendekat pada Mbak Wanti yang ada di sebelah kanan. Kepalaku terus menunduk. "Kamu tahu, pada setiap keluarga pasti akan ada sebuah kesalahpahaman, akan ada sebuah perselisihan. Itu pasti. Seperti kata pepatah mengatakan, tak ada gading yang tak retak. Itu artinya bahwa tidak ada hubungan yang berjalan lancar tanpa ada sebuah konflik. Konflik itu bisa terjadi antara istri dengan suami, istri dengan saudara iparnya, istri dengan mertua, suami dengan mertua, suami dengan iparnya, istri dengan teman-teman suaminya juga sebaliknya, suami dengan teman-teman istrinya. N

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 17

    Part 17"Hanum, kakakmu tidak bisa dihubungi. Bagaimana ini?" Aku mendengar suara itu, tapi aku tidak bisa berpikir apapun. Mereka pasti tahu, bagaimana cara menanganiku. Masalah tidak ada keluarga yang mendampingi, tak mengapa. Aku sudah merasakan yang jauh dari sekedar merasa hidup sendiri. "Pembukaan sudah tujuh," kata bidan yang memeriksa. Rasanya semakin sakit saja. Kontraksi hanya berselang beberapa detik. Tidak sampai setengah jam setelah pembukaan tujuh, rasanya seperti ingin buang air besar. "Tahan, jangan mengejar! Dicek dulu pembukaan berapa. Hasna, dokter ada 'kan?" ujar salah satu orang. Aku sudah tidak terlalu tahu itu siapa. Dalam hati terus berdzikir menyebut namaNya. Allah, Allah, Allah, Allah, Allah. Hanya itu yang terus terucap. Air mata sesekali jatuh membasahi pipi ini. Dengan tanganku sendirilah aku mengusap. "Pembukaan lengkap.""Keluarganya belum datang?""Gak ada yang bisa dihubungi,""Terus bagaimana ini?""Ya harus dilahirkan. Masa dibiarkan di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21

Bab terbaru

  • AKU HANYALAH SELIR   Season 2

    Tangis bayi membuatku membuka mata perlahan. Meski terasa berat, aku memaksakan diri untuk bangkit. “Aww,” pekikku saat menyadari perutku sakit. “Jangan bangun! Kamu habis dioperasi.” Sayup terdengar seseorang menjawab. Itu suara Bapak. Kepalaku pusing, bumi seakan berputar karena terkena gempa. Pikiran melayang seperti aku terbang di atas taman bunga. Aku berpikir apakah aku akan mati? Lalu aku kembali lupa. Saat terbangun lagi, keadaan sudah lebih baik. Ternyata apa yang kurasakan tadi hanyalah efek bius. “Mas Fahmi mana, Pak?” tanyaku saat melihat bapak duduk di samping ranjang. “Fahmi belum datang,” jawab bapak dengan mata berkaca-kaca. Aku hanya bisa menunduk sedih, ingat kalau sejak pertama kontraksi, Mas Fahmi tidak mendampingi. Selama menikah beberapa bulan dengannya, aku hanya didatangi ke rumah kontrakan berapa hari sekali saja. Sering menjalani kehamilan seorang diri tanpa ada suami yang mendampingi, membuatku merasa kalau pernikahan dengan Mas Fahmi tidak membuat ap

  • AKU HANYALAH SELIR   EKSTRA PART 3

    Part 45Pagi itu, Rahmi kembali sehabis membeli sayuran pada tukang sayur keliling. Wajahnya nampak kemarahan yang menyala-nyala.“Kamu kenapa?” tanya Herman saat istrinya sampai di rumah.“Orang-orang menggunjing Ema, Pak,” jawabnya.Herman yang berada di depan mesin jahit menghentikan aktivitas kerjanya. “Apa kita mengalah saja, menemui Fahmi ke rumahnya dan meminta pertanggungjawaban darinya?” ucapnya pelan. Ada rasa tidak ikhlas yang melanda hati saat mengucap kalimat demikian.Rahmi diam di tempat duduknya. “Tidak ada pilihan lain, Pak. Kita tidak bisa membiarkan Ema menanggung semuanya sendiri. Bagaimanapun, anak yang dikandungnya butuh seorang ayah,” katanya seolah setuju dengan apa yang diusulkan oleh Herman.Ema sudah berkali-keli menghubungi Fahmi. Akan tetapi, pria itu sama

  • AKU HANYALAH SELIR   EKSTRA PART 2

    Part 44Plak!Sebuah tamparan keras mengenai pipi Ema saat ia baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu. Tubuhnya terhuyung hampir jatuh. Untung saja satu tangannya dengan sigap memegang tembok sebagai tempat bertumpu. Satu tangan yang lain memegang pipi yang terasa panas.“Dari mana saja kamu, anak nakal?” tanya ayahnya dengan wajah yang merah padam penuh kemarahan.“Ema, apa yang kamu lakukan berhari-hari ini? Kemana kamu pergi?” tanya ibunya tidak sedikitpun berminat menolong anak perempuannya yang terlihat kesakitan menahan tangis.“Kalau aku pergi, apa kalian akan peduli?” Alih-alih menjawab pertanyaan dari orang tuanya, Ema malah balik bertanya dengan suara yang sedikit tinggi. Pertanyaan yang seolah menyudutkan orang tua yang sedari dulu tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Fahmi.“Kalau beg

  • AKU HANYALAH SELIR   ESTRA PART 1

    Part 43 (Ekstra Part 1)POV HANUMTidak mudah menjalani hari setelah bercerai dengan Mas Fahmi. Kenangan indah, kenangan buruk, datang silih berganti menorehkan sejuta luka. Aku selalu mengatakan pada saudara-saudaraku jika hati ini bahagia dan lega dengan keputusan yang telah kuambil.Namun, tentu saja aku berbohong.Hati wanita mana yang tidak sakit bila harus mengalami kenyataan pahit menjadi seorang selir? Ibarat sebuah sayatan pisau di tubuh yang menancap dalam, tentu saja tidak bisa sembuh dengan seketika. Butuh waktu yang lama, butuh obat yang banyak untuk bisa sembuh, meski setelahnya tetap saja menorehkan bekas.Bak sebuah sayatan tadi, ketika sembuh tetap ada bekas lukanya bukan?Cinta tidak akan hilang begitu saja dalam sekejap, meski orang yang kita cintai telah berbuat hal yang menyakitkan.Perceraian tentu juga

  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 42

    Part 42 (ENDING)Wahyu dan adik-adiknya pulang dengan tangan kosong. Sejak naik mobil dari rumah Hanum, mereka saling diam."Berarti, sudah tidak ada harapan kah bagi mereka untuk bersama? Rasanya aku sangat tidak rela jika Mbak Hanum keluar dari anggota keluarga kita," ujar Dewi memecah keheningan.Santi yang duduk di samping Wahyu, hanya menatap pepohonan di luar yang sekarang berjalan melewatinya."Ya mau bagaimana lagi, Hanum sudah tidak mau bersama kembali dengan Fahmi," sahut Wahyu pasrah."Padahal, Mas Fahmi sedikit terangkat harga dirinya karena menikah dengan Mbak Hanum. Aku seperti tidak rela jika posisi Mbak Hanum digantikan oleh Mbak Ema," kata Dewi lagi.Semua kembali terdiam karena larut dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang mau jika Hanum bercerai dengan Fahmi. Namun, bagaimanapun juga, lelaki

  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 41

    Part 41Wahyu dan adik-adiknya pulang dengan tangan kosong. Sejak naik mobil dari rumah Hanum, mereka saling diam."Berarti, sudah tidak ada harapan kah bagi mereka untuk bersama? Rasanya aku sangat tidak rela jika Mbak Hanum keluar dari anggota keluarga kita," ujar Dewi memecah keheningan.Santi yang duduk di samping Wahyu, hanya menatap pepohonan di luar yang sekarang berjalan melewatinya."Ya mau bagaimana lagi, Hanum sudah tidak mau bersama kembali dengan Fahmi," sahut Wahyu pasrah."Padahal, Mas Fahmi sedikit terangkat harga dirinya karena menikah dengan Mbak Hanum. Aku seperti tidak rela jika posisi Mbak Hanum digantikan oleh Mbak Ema," kata Dewi lagi.Semua kembali terdiam karena larut dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang mau jika Hanum bercerai dengan Fahmi. Namun, bagaimanapun juga, lelaki itu telah bersalah. Siapapun yang berad

  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 40

    Part 40 Satu hari menjelang sidang, Hanum yang sudah mulai berangkat bekerjadan hendak pulang--didatangi Fahmi. Lelaki itu benar-benar tidak mau bercerai darinya. “Kasihan Abhi, Hanum. Pikirkanlah sekali lagi! Jangan egois hanya mengambil keputusan berdasarkan dengan pandangan kamu dan juga saudara-saudaramu saja. Siapapun anaknya, dia pasti ingin ayah dan ibunya bersatu. Apa yang akan kamu jelaskan kelak jika Abhi dewasa, Hanum? Apa kamu ingin dia mentalahkan kamu karena menceraikan ayahnya?” tanya Fahmi yang masih duduk di atas kendaraan. “Pikirkan sekali lagi, Bunda! Jangan gegabah,” katanya lagi. Dahi Hanum mengernyit. ‘Bunda?’ Begitu pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya. Selama ini, Fahmi tidak pernah memanggilnya dengan panggilan yang spesial. Kali ini adalah kali pertama Hanum mendengar panggilang yang begitu manis. ‘Dia pikir aku akan luluh hanya karena dipanggil seperti itu?’ kata Hanum dalam hati. “Apa yang akan terjadi di masa depan, itu adalah urusanku, Mas. Ak

  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 39

    Ema masih tetap bertahan dalam beberapa hari di rumah Fahmi, meskipun mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Hanya ibu Fahmi yang sesekali masih menawarinya makan. "Aku tidak nafsu makan, Bu," jawab Ema selalu menolak. Siang itu, sudah seminggu lebih Ema berada di rumah Fahmi. Berkali-kali kepala sekolahnya menelpon menanyakan keberadaan nya mengapa tidak berangkat. "Saya sedang ada masalah, Bu. Izinkan saya menyelesaikan masalah ini. Setelah selesai, saya pasti akan ke sekolah dan bercerita sama Ibu. Maaf jika saya tidak bisa bercerita sekarang," kata Ema melalui sambungan telepon. Siang itu, Ema menemui Santi di rumahnya. Tatapan tidak suka langsung diarahkan padanya begitu ia masuk. "Ema, kenapa kamu kesini? Warga sudah banyak yang bergosip tentang kamu, Ema. Aku mohon, pulanglah! Jika kamu mau menyelesaikan masalah ini, maka cukup sama Fahmi. Jangan libatkan kami! Kami sudah cukup pusing dengan banyak sekali akibat yang ditimbulkan dari perbuatan kalian. Maka, tolong,

  • AKU HANYALAH SELIR   Bab 38

    AHS 38Ema terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Berhari-hari tidak ada makanan yang bisa masuk ke perut. Setiap kali memaksa makan, maka ia akan memuntahkannya."Kamu hamil?" tanya ibunya. "Jawab saja dengan jujur, Ema!" tekan sang ibu lagi saat masuk ke kamar putrinya.Ema hanya menangis dari balik selimut yang menutup tubuh."Bukankah dia sudah menikah, Ema? Dia menikah dengan orang lain dan kamu sekarang hamil?" Kesal, ibunya sedikit meninggikan nada suara. Meski masih dalam batas yang wajar karena tidak mau jika terdengar keributan oleh para tetangga.Isakan Ema semakin jelas terdengar."Jika dulu Ibu tidak melarangku, maka aku tidak akan mengalami semua ini. Jika saja Ibu dan Bapak mengakui pernikahan kami, aku pasti yang menjadi istri dah Mas Fahmi," kata Ema lirih."Kenapa kamu mau dimad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status