Home / Romansa / AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR / Mengungkap kebenaran

Share

Mengungkap kebenaran

Author: Nona_Lyanna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.

Part: 12.

***

"Dia sebenarnya biasa saja, Mas. Bahkan Luka sendiri menikmati statusnya dulu. Sayanganya Mas tak dapat melihat kebenaran yang sesungguhnya," ucap Nyonya Jelita sembari melirikku dengan senyum sinis.

"Jelita, saya baru saja meminta agar kamu dapat menerima semua ini. Namun, sikapmu sepertinya tidak akan pernah berubah," papar Tuan Abraham.

"Mas tak mengerti rasanya jadi saya! Wanita mana yang rela diduakan, Mas? Ini sakit."

"Nyonya Jelita benar. Seorang wanita yang dijunjung tinggi adalah harga diri. Akan tetapi, dengan begitu teganya Nyonya telah menghancurkan segala harga diri hidupku. Lalu sekarang Nyonya bicara tentang rasa sakit. Tak pernahkah Nyonya pikirkan sedikit saja bagaimana perasaanku saat pertama kali ternoda dengan cara sadis itu?" sambungku dengan nada suara bergetar.

Ya, aku tetap saja merasa hancur dan trauma ketika mengingat awal mula kehancuran hidupku itu.

"Diamlah kau jalang! Di sini tak ada yang memintamu ikut bic
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Sandiwara keluarga Nyonya Jelita

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 13.***"Namun, siapa sangka kecemburuan Jelita justru membawa Luka kembali ke tempat hina itu. Luka diculik oleh manusia-manusia biadab Itu lagi. Dan asal Mama tahu, Jelita lah yang merencanakannya. Luka yang malang harus menerima semua ketidakadilan lagi. Saya mencari Luka karena saya merasa bersalah. Luka hilang di apartemen. Hingga takdir membuat pencarian saya berhasil walau membutuhkan waktu setahun lamanya. Saya tidak pernah melakukan perbuatan hina itu bersama Luka seperti yang pernah saya akui pada Mama. Saya menutupi kesalahan Jelita. Namun, dia tak pernah mau menyadarinya. Saya menikahi Luka juga karena dosa Jelita, Ma. Dan malam ini Jelita pun nyaris mencelakakan Luka. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Tapi, saya tidak akan pernah meninggalkan Luka," papar Tuan Abraham panjang lebar.Semua terdiam. Bahkan Mama mertua terlihat begitu syok.Sedangkan aku menangis penuh haru. Di hatiku ada rasa sedih bercampur rasa senang.Sedih ka

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Malam pertama

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 14.***Suasana mendadak terasa begitu tegang. Ruang tengah ini pun seakan sangat dingin. Kedua kakiku gemetar. Sedangkan Tuan Abraham masih menatapku dalam."Apa maksud ucapanmu tadi, Luka?" tanya-nya.Aku terdiam seribu bahasa. Sisa air mata terjatuh sekali lagi. Aku mengusap dengan cepat."Luka," lirihnya.Aku akhirnya kembali terisak. Perasaan ini memang tak mampu aku bendung lagi."Maafkan aku, Tuan. Tapi, aku benar-benar mencintaimu," paparku dengan suara bergetar.Mata Tuan Abraham membesar mendengar pengakuanku. "Sejak kapan?" tanya-nya lagi."Sejak saat pertama kali Tuan menyelamatkan hidupku. Namun, aku tak menyangka kalau sekarang takdir justru menyatukan kita. Aku sadar, pernikahan kita hanya sebuah keterpaksaan bagi Tuan. Akan tetapi, bagiku ini adalah yang terindah."Tuan Abraham bergeming. Padahal aku berharap ia memelukku dan menerima cinta ini dengan bahagia."Saya masih belum mempercayai ini, Luka. Kamu tidak sedang bercanda,

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Hadirnya lelaki hidung belang di masa laluku itu

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 15.***Sampai di rumah, aku kembali syok. Sebab sebuah mobil berhenti tepat di belakang taksi yang aku tumpangi.Aku bergegas turun dan membuka pagar. Namun, seseorang itu menahanku."Tunggu, Nona manis! Kenapa seperti orang ketakutan begitu?"Aku menelan ludah getir. Ternyata lelaki itu mengikutiku."Apa maumu Pak Anton? Kenapa mengikutiku sampai ke sini?" tanyaku dengan suara gemetar.Lelaki bernama Anton itu tertawa sinis. Sungguh menggerikan."Galak sekali kamu saat berada di luar. Saya cuma rindu dengan belaianmu itu, Luka.""Omong kosong! Aku sudah meninggalkan pekerjaan kotor itu! Pergi dari sini! Atau aku akan meneriaki Pak Anton sebagai maling," ancamku.Matanya membesar, tapi langkahnya menjadi sedikit mundur dariku."Baiklah, Luka. Saya akan pergi, tapi saya pastikan kita akan segera bertemu lagi."Aku bergeming, detik berikutnya aku cepat-cepat masuk ke dalam rumah..Seharian hari ini aku memikirkan kejadian tadi pagi. Bagaimana k

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Tetap membelaku

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 16.***Aku tertidur setelah puas melampiaskan kekesalan. Hingga aku kembali tersadar. Aku menatap jam dinding. Tepat pukul 9 malam.Kenapa Tuan Abraham?Bukankah dia harusnya menginap di sini?Aku perlahan turun ranjang dan mencari keberadaannya di luar."Mini ... Mili ... Tuan Abraham belum datang?" tanyaku."Belum, Nyonya.""Ah, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menyusul ke rumah utama. Perasaanku tak tenang sebelum melihatnya baik-baik saja," ujarku."Biar kami temani, Nyonya.""Tidak perlu. Kalian tetap di rumah saja."Aku segera memesan taksi online. Sebelumnya Tuan Abraham telah mengajariku caranya.Tak lama kemudian taksi itu pun tiba. Aku bergegas masuk dan melaju ke rumah Nyonya Jelita.Hatiku semakin dilanda kecemasan. Aku takut Pak Anton telah menciptakan keributan hingga membuat Tuan Abraham enggan pulang menemuiku.Pikiranku sangat kacau saat ini.Kurang lebih tiga puluh menit berjalan, aku akhirnya sampai di depan halaman ruma

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Berduka

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 17.***POV Abraham.Aku semakin merasa nyaman bersama Luka. Ketulusan serta kasih sayangnya sungguh memanjakan diriku.Selama ini aku tak dapat perlakuan demikian dari Jelita. Namun, sejak adanya Luka aku tak pernah merasa kesepian lagi.Bahkan Jelita pun telah berubah. Kemarin, saat aku bermalam dengannya, Jelita benar-benar memberikan waktu untukku.Akan tetapi, perasaanku sudah tak utuh. Di hatiku terselip nama lain. Yaitu, Luka. Hingga di mana saja aku berada bayangan Luka selalu menggoda membuat aku ingin segera berjumpa.Tak disangka, ujian hadir lagi. Anton yang merupakan rekan bisnisku ternyata pernah mengenal Luka.Lelaki biadab itu dengan bangga menceritakan keindahan tubuh istriku."Pak Abraham pasti membayarnya mahal hingga wanita sekelas Luka mau menurut pada anda saja," ujarnya di dalam ruangan pribadiku."Apa maksudmu?""Jangan pura-pura polos! Sebenarnya kita ini sama. Tak masalah Pak Abraham menyimpan Luka untuk diri sendiri

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Duplikat kunci

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR..Part: 18.***POV Abraham.Waktu berjalan. Proses pemakaman sudah terlaksanakan ketika hari telah terang.Aku masih tak menyangka dengan kejadian ini. Sebelumnya Papa terlihat sehat dengan pola hidup yang ia terapkan.Namun, takdir berkata lain. Aku hanya bisa mencoba untuk ikhlas."Mas, jangan terlalu larut dalam kesedihan ini! Mas tidak sendiri, ada saya dan yang lain untuk selalu mensuportmu," ujar Jelita.Aku mengangguk kemudian memeluknya. Disusul pelukan Mama yang menambah kehangatan saat ini.Sedangkan Luka tetap berada di hadapanku. Ia tak berani mendekat sebab Mama masih bersikap tidak baik padanya."Istirahatlah, Ma! Di sini Mama yang lebih butuh perhatian lebih dari kami," ucapku dengan lembut."Mama rasanya ingin segera menyusul Papamu saja, Abraham.""Jangan bicara seperti itu, Ma. Kalau Mama tiada, saya tidak punya lagi pegangan hidup.""Mama masih penasaran dengan seseorang yang menelepon Papamu. Beliau tampak marah hingga penyakit ja

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Luka difitnah

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 19.***POV LukaHari ini aku pergi lagi mencaritahu duri dalam kehidupan suamiku. Penemuan kunci itu sangat janggal. Kenapa benda tersebut ada di pot bunga milik Mama mertua.Bahkan, pengirim pesan misterius itu juga masih mengganggu pikiranku. Kemarin aku pergi tapi tak membuahkan hasil. Si pengirim pesan hanya menipuku. Ia tak menemuiku di tempat yang sudah dijanjikan.Lalu, hari ini ia mengirimkan aku pesan lagi. Kebetulan Tuan Abraham tidak kembali ke rumah. Sepertinya suamiku masih marah.Tak masalah. Ini lebih baik, agar aku bebas bergerak. Semua aku lakukan untuknya. Aku tak rela jika ada yang berniat jahat terhadapnya."Mili ... Mini, aku ada keperluan lagi. Kalau Tuan Abraham datang katakan saja aku pergi ke salon," ujarku."Tapi, Nyonya ... akhir-akhir ini saya perhatikan Nyonya selalu keluar. Sebenarnya ada urusan apa? Maaf, Nyonya bukannya saya lancang, saya hanya mengkhawatirkan Nyonya," papar Mili.Aku tersenyum penuh haru. Sedi

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Paman dan Bibi datang tanpa malu

    Judul: AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR.Part: 20.***POV Luka.Aku menangis di dalam kamar. Nyonya Jelita masih mengunci pintu dari luar.Tubuhku gemetar membayangkan Tuan Abraham akan segera menceraikan aku. Tidak. Aku tidak mau. Jika, itu terjadi maka lebih baik aku mati.Kreeek!Tiba-tiba pintu dibuka lagi."Cepatlah ikut dengan saya!" perintah Tuan Abraham.Mataku masih basah. Namun, aku tetap menurut tanpa banyak protes. Kali ini aku sudah benar-benar lemah."Mas, kalian mau ke mana?" tanya Nyonya Jelita saat kami sudah berada di ruang tengah."Pulang ke rumah kedua, Jelita. Kamu jangan khawatir. Saya akan tetap menyelidiki kasus ini. Di depan juga ada delapan penjaga untukmu," ujar Tuan Abraham."Baik, Mas. Terima kasih atas pertanianmu," sahut Nyonya Jelita."Itu harus. Kau adalah istri saya, dan cinta pertama dalam hidup saya. Seluruh tenaga bahkan seluruh jiwa akan saya pertaruhkan untukmu," ucap Tuan Abraham pula.Hatiku terasa nyeri. Aku bagai tak dianggap ada lagi di sini.De

Latest chapter

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   END

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 17.***POV Dinda.Aku terdiam mendapati pertanyaan sensitif dari Mas Ridwan. Ada rasa mau bercampur bahagia. Ingin aku teriak menyatakan aku mencintainya. Namun, bibir ini sungguh kaku."Jawab, Din!" perintah Mas Ridwan.Aku tersenyum dan mengangguk dengan malu-malu.Mas Ridwan mengangkat daguku dengan tulunjuk tangannya. "Benarkah?""Benar, Mas." Pelan aku menjawab pertanyaan itu.Mas Ridwan sontak memelukku. Sungguh aku terpaku dan tak menyangka dengan hal ini. Debaran di dadaku memburu. Air mataku menetes karena bahagia. Apa aku sedang bermimpi?"Dinda, saya berjanji akan menjadi suami yang baik untukmu," lirihnya di telingaku.Aku membalas pelukan itu. Lalu hubungan suami istri yang selama ini belum terlaksana, akhirnya terpenuhi sekarang.Aku dan Mas Ridwan memadu cinta dengan begitu indahnya.--Hari berikutnya, aku keluar membeli sesuatu. Tak disangka aku bertemu lagi dengan Mas Andi."Dinda, tolong dengarkan aku dulu! Kembalilah pad

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Ke rumah mertua

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 16.***POV Ridwan.Hari ini aku akan menjemput si kembar. Saat aku sedang bersiap-siap, Dinda pun menghampiri."Mas aku boleh ikut?" tanya-nya.Aku bergeming. Jujur aku lebih nyaman pergi sendirian. "Mas," lirih Dinda lagi."Iya, Din. Boleh kok," sahutku.Dinda tersenyum. Sebenarnya hatiku terasa teduh saat melihat senyum wanita yang sekarang sah menjadi istriku itu. Namun, aku sendiri masih bingung. Cintaku pada Mawar membuat aku enggan memikirkan wanita lain, walaupun itu istriku sendiri saat ini..Di perjalanan suasana membisu. Aku tak mengajak Dinda bicara, pun sebaliknya.Jarak yang ditempuh cukup memakan waktu. Aku menyalakan musik agar tak begitu kaku.Sesekali aku menoleh ke arah Dinda. Ia tampak cuek dengan tatapan lurus ke depan. Tak seperti biasanya.Aku jadi resah. Apa benar Dinda tak bahagia?Kemarin, saat mantan suaminya datang dan bicara di depan halaman rumah, aku mengintai dari balik jendela.Aku mendengar semuanya. Saat itu

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Cuma pernikahan dari amanah

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 15.***Selesai berlatih berenang, aku dan Mas Ridwan masuk kembali ke kamar.Suasana menjadi canggung. Dadaku masih saja berdebar hebat. Sedangkan Mas Ridwan tampak buru-buru ke dalam kamar mandi..Malam harinya, kami sekasur dan saling menatap. "Din, seharusnya semalam kita tak melakukannya, tapi saya sungguh tak mengingat kejadian itu," ucap Mas Ridwan."Mau diapakan, Mas. Nasi sudah jadi bubur," sahutku dengan memasang wajah serius.Mas Ridwan memalingkan wajahnya dan membelakangiku. Entah apa yang ia rasakan, tapi aku cukup senang.Ibu mertua memang paling mengerti. Rasanya aku tak mau pulang ke rumah.--Hari berganti, kini tiba waktunya kami pulang.Sepanjang perjalanan Mas Ridwan hanya diam. Mungkin ia menyesali kejadian yang sebenarnya tak pernah terjadi itu.Hatiku sedikit kecewa. Nanti aku akan menceritakan semuanya dengan jujur.Saat ini, sepertinya suamiku belum siap menjalani rumah tangga normal bersamaku.Tak apa. Aku masih lag

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Tiket berlibur

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 14.***Pagi harinya, aku masih enggan menyapa Mas Ridwan. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal sejak ia mengatakan kalimatnya semalam.Sebagai seorang istri, aku merasa Mas Ridwan sama sekali tak menginginkan aku. Lalu, kenapa ikatan pernikahan ia coba ikrarkan?"Din," lirihnya.Aku hanya menoleh sekilas, kemudian aku melanjutkan sarapan."Din, kamu marah?" tanya-nya pula.Aku menggeleng."Din, tolong bicaralah!""Aku tidak marah, dan apa hakku untuk marah?""Hem, baiklah. Saya minta maaf. Saya tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, Din. Saya cuma ....""Cukup, Mas. Tidak perlu dibahas!" Suasana pagi ini jadi tegang. Mas Ridwan tampak gelisah. Sedangkan aku sengaja bersikap sedikit tegas. Jika, Mas Ridwan memang tak bisa menerima aku, pun tak masalah. Namun, aku juga tidak akan kembali pada Mas Andi.Hidup sendirian bukanlah suatu perkara besar, tapi pernikahan ini juga bukan mainan. Selagi aku mampu mempertahankan, maka akan tetap aku pertah

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Mertua datang

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 13.***POV Dinda.Setelah sah menjadi istri dari Mas Ridwan. Aku tetap merasa ada jarak antara kami.Dan benar, malam ini ia mengutarakan ungkapannya yang ternyata belum siap menjalani hubungan layaknya suami istri.Aku sebisa mungkin mencoba tersenyum dan berlapang dada. Bibirku berkata memahami, tapi hatiku terasa sembilu.Jika, cinta itu tak ada untukku kenapa harus menikahiku?Aku bisa menjagakan putri-putrinya. Kalau sudah begini, aku bagai tak dianggap.Suara dengkuran Mas Ridwan terdengar begitu keras. Ia tidur di atas sofa. Sementara aku memeluk lututku sendiri di atas kasur empuk yang dulu miliknya bersama Mbak Mawar.Entah sejak kapan rasa cintaku hadir, yang jelas saat ini hatiku sakit menerima penolakannya.Mas Ridwan sosok yang sempurna. Bahkan untuk berkata hal menyakitkan itu saja ia menggunakan kalimat lembut hingga membuat aku tak berkutik.Malam ini hujan pun turun menemani kesedihanku. Pintu jendela kamar terbuka dan tertutup

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Sesal

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 12.***POV Ridwan.Weekend ini aku berniat membahagiakan Anak-anak. Kami melepas rasa bosan dengan berenang.Kedua putri kecilku sudah siap menggunakan baju pengaman agar tetap terapung.Kami bermain air sembari bercanda riang. Namun, tiba-tiba saja terdengar bunyi dentuman.Sepertinya ada yang melompat ke kolam renang. Dasar menyebalkan. Anak-anakku sampai kaget."Tolong!"Suara teriakan itu sepertinya tidak asing di telingaku. Di kolam yang sama, terlihat seseorang sedang berusaha menyelamatkan dirinya sendiri.Mataku membesar saat mengetahui Dinda yang tenggelam. Ternyata dia tidak bisa berenang.Dengan gerakan cepat, aku langsung menuju ke arahnya. Telapak tangan Dinda berhasil aku genggam, kemudian dengan terpaksa aku menyentuh bagian pinggang agar ia dapat aku naikan ke permukaan."Tolong bantu angkat ke atas," pintaku pada penjaga kolam.Dinda akhirnya berhasil selamat. Namun, ia pingsan. Sementara Cika dan Tika sudah menangis karena ke

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Tenggelam

    Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 11.***POV Dinda.Seminggu setelah Mbak Mawar tiada. Aku semakin besar memberikan perhatian untuk si kembar. Namun, aku tak lagi tinggal serumah dengan mereka. Karena aku segan.Sehabis isya aku pulang ke kontrakan yang letaknya bersebelahan dengan rumah Almarhumah Mbak Mawar. Seperti malam ini, aku berpamitan pada Mas Ridwan."Saya ingin bicara sesuatu, Din. Bisakah kamu menunda sebentar lagi kepulanganmu?" tanya-nya.Aku mengangguk sembari duduk kembali ke sofa."Ingin bicara soal apa, Mas?" "Sebenarnya ini sangat berat. Saya sendiri tak mampu mengatakannya. Namun, amanah ini tetap harus saya sampaikan," ujar Mas Ridwan.Aku sedikit gugup menunggu kalimat apa yang akan diucapkan Mas Ridwan."Din, Almarhumah istri saya menginginkan kamu untuk terus menemani Anak-anak," lanjutnya.Aku mengukir senyum tulus. Sejujurnya aku sangat menyayangi Tika dan Cika. Menjaganya menurutku tugas yang paling membahagiakan."Aku berjanji, Mas. Mbak Mawar pun

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   POV Ridwan

    Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 10.***POV Ridwan.Istriku mawar menyusul aku ke kamar. Ia menjelaskan perkataannya yang tadi sempat aku dengar."Mas, tolong jangan marah. Aku hanya berani bicara seperti itu pada Dinda saja. Karena aku sangat mempercayainya.""Tetap saja aku tidak suka. Masalah kesepian ataupun kesedihan diriku tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain, sayang. Kamu juga tahu, aku sangat mengupayakan kesembuhanmu," paparku.Istriku bergeming. Air matanya mengalir deras. Detik berikutnya aku memeluk penuh cinta.Tubuh indah itu kini mulai lemah. Namun, sedikitpun rasa cintaku tak pernah sirna.Ia adalah cinta pertama dalam hidupku, dan akan menjadi cinta terakhir..Hari berganti, keadaan Mawar semakin memburuk. Aku dan yang lain mengantarkan ke rumah sakit. Namun, kondisinya terus saja melemah. Hingga aku meminta Dinda membawa Anak-anak keluar. Tak tega jika Tika dan Cika melihat kesakitan Mamanya."Mas, sepertinya aku tidak akan bisa mendampingimu lebih l

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Amanah

    Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 9.***Hari berganti. Harusnya saat ini adalah menjadi momen terindahku. Namun, pernikahan telah aku batalkan, walau undangan pada kerabat dekat sudah disebarkan.Mas Andi juga masih berusaha membujukku agar mau kembali rujuk. Akan tetapi hatiku sudah bulat menolaknya.Lelaki seperti Mas Andi tidak akan pernah berubah. Ia hanya bisa lembut ketika merasa sepi dan sendiri. Namun, disaat ada pilihan lain, maka dia pun akan mulai bertingkah."Din, aku mohon kali ini saja! Ayolah berikan aku kesempatan itu," ujarnya melalui panggilan suara."Tidak, Mas. Keputusanku tidak bisa lagi diganggu gugat," sahutku dengan intonasi suara menekan.Deheman keras terdengar bagai orang yang putus asa. Detik berikutnya aku langsung memutuskan panggilan telepon dengannya.Cukup sudah hatiku dipermainkan. Aku tak mau lagi ada kesakitan yang tercipta oleh lelaki yang sama..Seperti biasa, aku mengurus Tika dan Cika. Setelah selesai, aku pun segera memberikan obat ruti

DMCA.com Protection Status