Beranda / Pernikahan / AKU BUKAN BENALU / Chapter 1 Fitnah Ibu Mertua

Share

AKU BUKAN BENALU
AKU BUKAN BENALU
Penulis: Bubuk Kacang

Chapter 1 Fitnah Ibu Mertua

Penulis: Bubuk Kacang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ning ini uang bulanannya.” Ujar Mas Dimas sambil menyerahkan amplop coklat padaku.

“Bisa ditambahin ga mas uang bulanannya? Ibu kan makannya pilih-pilih mas.”

“Ga bisa Ning kan kamu tahu sendiri gaji Mas berapa, yang dua setengah buat bayar cicilan mobil sama uang bensin dek.”

“Ya gimana dong mas? Kan ibu ga mau makan dirumah kalau aku masaknya ga sesuai keinginan ibu.”

“Udah ga papa kamu masaknya sesuai uang yang mas kasih aja, ibu biar beli kalau ga mau makan. Ibu ada pegangan uang dari pensiunan Bapak.” Jelas Mas Dimas kala itu ketika aku meminta tambahan uang bulanan.

“Tapi uang ibu habis buat keperluan ibu sendiri mas.”

“Udahlah Ning Mas udah pusing di kantor masa dirumah juga ngurusin hal kayak gini juga sih?”

“Ya udahlah terserah Mas Dimas, aku minta tambahan uang karena uang tabungan aku udah habis mas. Aku udah ga punya pegangan.”

“Masak seadanya aja Ning, lauk ayam kan juga udah enak jangan masak aneh-aneh.”

Aku menikah dengan Mas Dimas karena kami saling mencintai. Awal pernikahan kami sangat royal untuk kehidupan sehari-hari. Semua berubah saat Mas Dimas memaksakan diri untuk membeli mobil dengan angsuran.

“Ning Mas kayaknya perlu beli mobil deh, kalau musim hujan pulang malem hujan, belum lagi bebrapa titik jalan yang banjir.”

“Emang tabungan Mas Dimas ada berapa?”

“Empat puluh juta Ning, sudah bisa buat DP. Nanti angsuran perbulannya dua juta Ning selama lima tahun.”

“Mas Dimas yakin mau ambil mobil? Biaya perawatan sama bensin kan mahal Mas kalau pake Mobil.”

“Nanti mobilnya ga cuma buat berangkat kerja Ning. Mas mau join ojek online, lumayan pulang kerja bisa lanjut narik. Sabtu Minggu kan mas juga ga ngapa-ngapain Ning jadi bisa Narik.”

“Gimana kalau aku kerja Mas? Sebagai editor atau penulis novel gitu.”

“Ga usah Ning masalah uang itu urusan Mas Dimas, kamu focus aja ngurus rumah sama ibu. Aku maunya setelah pulang kerja kamu layani dengan baik. Kalau kamu kerja nanti dirumah udah capek, ga optimal ngurusin aku dirumah.”

“Ya udah kalau itu mau Mas Dimas, tapi mas ya yang bilang ke Ibu buat makan seadanya!” pintaku sambil memasang senyum lebarku.

“Iya masalah ibu gampang, kamu tenang aja.”

Ucapan Mas Dimas tempo hari ternyata tidak terbukti, Ibu masih tetap marah-marah jika lauk yang tersedia di meja makan tidak sesuai dengan keinginannya.

“Kok kamu masak ayam lagi sihh Ning? Kemarin ayam sekarang ayam memangnya tidak ada lauk lain. Memang dipasar cuma ada penjual ayam. Jauh-jauh ke pasar kok cuma beli ayam. Cumi atau udang kan lebih murah daripada daging. Kamu bisa beli cumi atau udang.”

“Maaf bu tadi uangnya kurang kalau mau beli cumi atau udang. Ibukan tahu ini sudah akhir bulan.”

“Ya udah nanti ibu makannya beli aja dehh di Mbak Ijah. Ibuk pengen makan Rendang hari ini. Ibu pergi kewarung dulu Ning.”

“Iya buk hati-hati yaa.” Aku menghela nafas atas kelakuan ibu mertuaku.

Mobil yang kata Mas Dimas mau didaftarkan join aplikasi ojek online pun tidak juga dilakukan. Mas Dimasselalu banyak alasan jika kutanya.

“Mas Dimas ga jadi daftar anggota ojek online?”

“Ga bisa Ning, prosesnya ribet persyaratannya banyak Mas belum sempet ngurusnya.”

“Loh katanya Mas Dimas mau kerja sampingan buat nyari tambahan.”

“udah kamu tenang aja, yang penting kan kamu ga kekurangan apa-apa.”

“Iya tapi aku pusing ngatur keuangannya mas, uang dikit kebutuhan banyak. Kalau mas ga nyari sampingan aku aja yang kerja.”

“Iya nanti aku kasih uang tambahan buat kebutuhan kita. Tapi kamu jangan pernah berfikir aku bakal ijinin kamu kerja.”

Sungguh keterlaluan Mas Dimas katanya mau kerja sampingan malah minta uang Ibunya. Akibat perbuatannya aku yang menerima getahnya, disalahin terus sama ibu.

“Ning kamu jadi istri yang pengertian dong sama suami. Masa suami ditekan biar ngasih uang belanja banyak. Emang tanggungan Dimas Cuma kamu aja, ibu yang harusnya dirawat oleh Dimas malah masih ngurusin keperluan Dimas.”

“Mas Dimas ga mau Nining kerja bu, makanya Nining minta uang bulanan tambahan. Kan ibu tahu sendiri keperluan rumah tangga kita banyak.”

“Ya kamu harus mikir dong gimana kebutuhan rumah kita terpenuhi dengan uang seadanya dari Dimas. Pokoknya bulan depan ibu udah gam au ngasih uang pensiunan ibu buat Dimas. Punya anak udah kerja masih ngerusuhin ibunya.” Gerutu ibu mertua sambil berlalu ke kamarnya.

Awalnya aku menikmati peranku menjadi Ibu rumah tangga, akan tetapi ibu mertuaku yang selalu menjelek-jelekkanku di depan para tetangga membuatku sangat sakit hati.

“Saya heran bu Lilis sama menantu saya itu, dirumah ga pernah ada makanan. Gaji Dimas juga semua diserahkan ke dia, makannya tiap hari suma sama tempe tahu paling mewah Cuma sama telur. Padahal Dimas kan kerjanya punya jabatan tinggi, gaji besar dan diberikan ke Nining semua. Saya heran buat apa uang sebanyak itu kalau bukan buat menyenangkan orang tua, saya kan orang tua satu-satunya Dimas masa tiap hari cuma dikasih makan tempe.”

“Loh bukannya selama ini Nining selalu ke pasar yaa bu tiap pagi? Masa ke pasar cuma beli tempe tahu bu Siti?”

“Maka dari itu bu Lilis saya juga heran, digunakan untuk apa gaji Dimas yang dia pegang selama ini? Tabungan juga tidak ada apa buat dia beli baju sama skincare yaa bu Lilis?”

“Bisa jadi bu Siti, Nining kan mukanya glowing, cantik baju-bajunya juga banyak yang bagus.”

“Ya kalau mau boros yaa jangan pakai uang Dimas dong bu Lilis harusnya, yang kena imbasnya kan saya dan Dimas. Cuma dikasih makan makanan yang tidak bergizi. Mana kalau dirumah kerjaannya cuma dikamar seharian, main HP mungkin biar ga ketahuan saya kebiasaan buruknya.”

Padahal aku selalu memasak sesuai dengan keinginan ibu mertuaku itu, setiap pagi sebelum belanja aku selalu bertanya kepada beliau hari ini ingin makan apa. Dan selalu menyiapkan segala kebutuhan ibu sebelum aku masuk ke kamar untuk mengerjaakan freelace jobku.

“Hari ini ingin makan apa? Nining mau berangkat kepasar sekalian mau beli bumbu dapur, udah pada abis”

“Hari ini ibu lagi pengen makan Soto Daging Ning, kayaknya sama bikin Sate paru enak deh Ning”

“Ya udah nanti Nining beli dagingnya yaa bu, sekalian parunya mudah-mudahan ga kehabisan. Ibu pengen sekalian sate Babat ndak bu?”

“Boleh deh ning, udah lama ibu ga makan Babat”

Ibu mertuaku memang penyuka jeroan sapi, dan kita selama ini baik-baik saja. Sebelum aku tahu bahwa ternyata selama ini beliau menjelek-jelekkanku didepan teman-teman ngerumpinya.

“Baik bu kalo itu mau ibu, sesuai dengan apa yang ibu bicarakan pada para tetangga mulai hari ini aku ga akan melayani ibu lagi. Selama ini aku sudah menganggap ibu seperti ibu kandungku sendiri. Tapi ternyata penghinaan ini yang ibu lemparkan ke wajahku.” Batinku.

Aku memutuskan untuk pergi mencari pekerjaan. Tak kuhiraukan lagi urusan rumah tangga ini, dan nanti aku akan mengembalikan sisa gaji Mas Dimas biar dikelola oleh ibunya sendiri.

Aku mendatangi sebuah kantor majalah harian yang ada di kotaku, kebetulan ada lowongan pekerjaan sebagai editor. Dengan pengalamanku menterjemahkan novel dari luar aku yakin bisa menjadi salah satu editor di majalah itu.

“Selamat siang mbak? Apakah lowongan perkejaan sebagai editor masih buka?” tanyaku pada seorang resepsionis.

“Masih mbak, Mbak mau memasukkan surat lamaran? Bisa ditinggal disini mbak, silahkan mengisi form penitipan berkas-berkas lamaran.” Ucapnya seraya menyerahkan kertas HVS yang berisi list nama pelamar dan sebuah pulpen.

Aku segera mengisi formulir itu menuliskan nama email dan nomer HP “Ini mbak makasih yaa mbak, saya permisi dulu.”

“Iya mbak sama-sama.”

Semoga proses rekruitmen di kantor tersebut cepet dan ga berbelit-belit. Aku udah ga tahan jika harus terus dirumah dan melihat wajah penuh tipu muslihat ibu mertuaku.

Bab terkait

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 2 Mengembalikan Sisa Uang Bulanan

    “Jadi selama ini ibu ga suka kalau aku hanya dirumah, dan menghabiskan gaji Mas Dimas untuk kebutuhan rumah tangga?”“Bukan itu maksut ibu Ning, tapi harusnya kamu juga bantuin Dimas cari uang dong Ning. Ga cuma mangandalkan uang Dimas aja.”“Tapikan ibu tahu kalau Mas Dimas yang ngelarang Nining buat dirumah aja. Nining ga boleh kerja sama Mas Dimas bu” jelasku pada ibu mertua yang menuntutku bekerja.Setelah aku tahu bahwa selama ini ibu menganggap aku numpang hidup pada Mas Dimas, aku bertekat untuk berdiri sendiri. Aku akan membuktikan kepada Ibu bahwa aku bisa menjadi mandiri tanpa bergantung pada gaji anak kesayangannya itu. Sebenarnya meskipun dirumah saja selama satu tahun ini aku menjadi seorang penerjemah novel asing. Yahh sesuai dengan jurusan kuliahku selama ini, masa aku sekolah tinggi-tinggi ilmu yang kupelari sampai jungkir balik tidak kugunakan sama sekali. Karena itu aku sering berada dikamar setelah semua pekerjaan rumahku selesai. Mungkin karena hal itu ibu jadi mer

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 3 Bertemu Teman Lama

    “Bu Nining pergi dulu yaa, mau ada wawancara kerja.”“Nah gitu dong Ning cari kerja jangan Cuma dikamar aja.”“Iya bu biar ibu ga makan sama tahu tempe lagi, nanti ibu ya yang ngomong ke md?” rayuku pada ibu.“Memang gaji dari Dimas ga bisa beli ayam Ning? Kok selama ini kamu masak enak selama ini?”“Dari tabungan Nining bu, tapi sekarang tabungannya udah habis.” Ujarku agar ibu bisa sedikit menghargai usahaku menyenangkannya selama ini.“Alah bohong kan kamu sama ibu, mana mungkin kamu punya tabungan?”“Ada bu dikit-dikit, tapi sekarang sudah habis.” Aku ga mau ibu tahu kalau selama ini aku diam-diam jadi penerjemah.“Ya udah sana kamu pergi wawancara, nanti biar ibu yang bilang ke Dimas.”“Assalamualaikum bu.” Ucapku sambil mencium tangan ibu mertuaku.“Waalaikum salam.”“Hmm punya mantu kok perhitungan sama ibu mertuanya” gumam ibu yang masih bisa kudengar.Aku bergegas pergi menggunakan motor maticku menuju kantor editor majalah.“selamat pagi mbak, hari ini sama mau interview.”“

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 4 Pengorbanan yang Sia-sia

    Aku sampai rumah sore hari, saking asyiknya ngobrol sama Nita sampai lupa waktu.“Assalamualakum bu.” Ujarku sambil mencium tangan ibu.“Waalaikum salam, kamu darimana saja Ning jam segini kok baru pulang?”“Nining tadi ada keperluan sebentar bu sama temen, ini Nining bawain lumpia.”“Lumpia daging bukan Ning?” Tanya ibuku dengan semangat.“Lumpia biasa bu, kan ibu tau Nining lagi ga punya uang.” Kulihat wajah ibu tak sesemangat tadi.Mas Dimas pulang setelah maghrib“Mas Dimas mandi dulu ya, nanti langsung makan malam. ada yang mau aku omongin.”“Ya udah mas mandi dulu biar seger badannya. Mas capek banget hari ini.” Mas Dimas memasuki kamar mandi dengan lesu.“Tumben makannya cuma sama tahu tempe Ning?”“Iya mas kan uang bulanan kita menipis sekarang.”“Kemaren-kemaren ga pernah begini, kamu jangan boros dong ning.”“Kemarin kan aku tutupin pake uangku Mas, tapi karena ibu menganggap selama ini aku hanya numpang hidup denganmu maka akan kuperlihatkan arti numpang hidup yang sebenarn

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 5 Menantu Idaman Ibu Mertua

    Habis maghrib para tetangga menjenguk ibu mertua“Bu Siti sakit apa bu? Kemarin perasaan masih segar bugar penuh semangat ee kok malemnya loyo.” Tanya bu lilis.“Ga tau nih bu lilis, mungkin karena pikiran.”“Jangan terlalu banyak pikiran bu Siti, Zulaikah bawakan bu Siti buah pear katanya bagus untuk menurunkan tekanan darah. Buah pear kan banyak airnya jadi pasti bu siti jadi semangat makan buah.”“Zulaikah selain pinter nyari uang juga perhatian ya sama orang tua, terima kasih ya Zul.” Ucap ibu mertua berseri-seri“Iya bu Siti sama-sama, sesama tetangga kan harus saling tolong menolong.”Aku melenggang pergi meninggalkan ibu mertua dan ibu-ibu yang lain untuk membuat minuman. Jika tidak menyuguhi minuman aku nanti akan semakin di jelek-jelekin sama ibu mertua.“Nining lama banget sih kamu cuma bikin minumas aja.” Ujar ibu saat melihatku mengantarkan the hangat.Aku hanya diam sambil menyajikan minuman untuk para tetangga“Jangan keras-keras bu Siti kalau bicara sama menantu.”“Saya

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 6 Kerja Sampingan

    Aku mengikuti saran Nita untuk menpublishkan novel yang sudah aku terjemahkan selama satu tahun ini. Ada beberapa paltform online yang katanya bisa mempublish novel terjemahan. Ya untung untung investasi jangka panjang.“Ning mending untuk menambah pendapatan, kamu upload cerita yang sudah kamu terjemahkan ke platform-platform cerita online. Sekerang sudah banyak yang berbayar kok. Untuk penambah pembaca kamu juga membuat akun f******k untuk mempromosikannya. Memang perlu usaha yang keras sih kalau baru mulai merintis. Tapi dari pada didiamkan sama di komputer kan sayang Ning.”“Emang boleh Nit novel terjemahan dimasukin ke platform-platform online?”“Boleh banget dong ning, apalagi sekarang ada yang namanya kontrak exclusif dan non exclusif. Jadi kamu bisa bilih mau di publikasikan ke satu platform saja atau ke banyak platform. Apa lagi kalau kamu bisa nulis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh orang-orang awam. Kamu tahukan kalau novel terjemahan biasanya bahasnya amburadul. Nanti

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 7 Ujung Pertikaian

    Ternyata menjadi penulis di Platform online tidak mudah. Aku butuh lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan ritmenya. Benar kata orang “Hal yang paling sulit adalah memulai sesuatu”. Aku yang sudah terbiasa menulis novel terjemahan nyatanya masih kelimpungan. Aku harus menyesuaikan Bahasa yang aku gunakan agar mudah dipahami oleh semua kalangan. Tidak mudah mengajukan kontrak dengan platform platform tersebut. Mungkin aku harus banyak belajar biar bisa membaca peluang. Dan belajar menulis novel sendiri agar memiliki karga original. Bismilah mudah mudahan semua dilancarkan dan aku bisa istiqamah pada jalan yang telah aku pilih. “Gimana Ning nulis di platform online?” Tanya Nita padaku saat break makan siang. “Susah Ning, pusing banget aku, masih bingung butuh waktu buat beradaptasi.” “Ga papa Ning nikmati saja prosesnya, lama lama juga pasti enak kok ngejalaninnya.” “Iya kamu bener banget Nit. Kita harus bisa membuka peluang yang ada didepan mata. Jangan sampai terlewat begitu s

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 8 Rezeki Terhalang Restu Ibu

    Seminggu sudah kita memutuskan untuk menyewa sebuah rumah untuk kita tinggali. Akan tetapi aku merasa selalu sendiri di rumah kontrakan. Waktu luang lebih aku pergunakan untuk menulis cerita daripada aku terus memikirkan kapan Mas Dimas akan pulang dari rumah Ibunya. Sekarang aku juga bergabung menjadi reseller pakaian, hanya bedanya aku bekerja sama dengan adikku yang tinggal di Solo. Karena aku tidak punya waktu untuk pergi ke Solo mengambil pakaian yang aku pasarkan. “Dek nanti Mas Dimas pulang kerja mampir dulu ke rumah Ibu ya Ning, mau melihat kondisi Ibu.” Pulang kerja Mas Dimas selalu mampir ke tempat Ibunya dan pulang ke kontrakan saat aku sudah tidur, entah jam berapa. Waktuku dengannya hanya waktu pagi sebelum dia berangkat kerja. “Iya Mas meskipun sekarang kamu sudah menjadi suamiku, aku juga tahu posisi kamu sebagai anak satu satunya Ibu.” “Seandainya kamu dan Ibu bisa akur, pasti Mas seneng banget Ning.” “Mas kamu lihat sendiri kan perlakuan Ibu kamu ke aku? Aku kuran

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 9 WFH di Rumah Ibunya

    Sudah tiga bulan kami tinggal di kontrakan, hubunganku dengan Mas Dimas sudah sangat membaik. Meskipun saat ini ada wabah Covid 19 tapi tidak berpengaruh pada pekerjaanku, bahkan sedang ada proyek sebagai editor untuk sebuah novel online. Karena lockdown dan dianjurkan dirumah saja membuat peminat novel online meningkat tajam. Hal ini membuat aku harus sering lembur di kantor. Bahkan novel yang aku publish di platform online juga jadi banjir pembaca mesipun aku belum bisa menghasilkan banyak rupiah dari novel online. Tapi aku yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil.“Mumpung hari ini aku pulang lebih awal sebaiknya aku mampir ke rumah ibu mertua.” gumamku. Kulihat ada mobil Mas Dimas terparkir di halaman rumah ibu.“Aku parkir di pinggir jalan sajalah, biar nanti pulangnya enak. Sudah ada mobil Mas Dimas jadi sempit kalau aku parkir motor di halaman.” Samar-samar aku mendengar obrolan ibu dengan Mas Dimas.“Kamu kok masih jam kerja gini di rumah ibu sih Dim seminggu ini, kamu d

Bab terbaru

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 23 Rencana Membuka Butik

    Sepulang dari rumah Mas Dimas aku mengajak ibu dan Bapakku untuk membiacarakan sesuatu hal yang penting.“Pak, Buk sebenarnya Nining ingin minta tolong Bapak dan Ibu untuk membantu Nining mengelola bisnis Nining yang ada di Solo. Alhamdulillah usaha Nining selama ini sudah berkembang dan Nining sudah membuka toko di Solo.”Aku melihat wajah Bapak dan Ibu terkejut tidak mengerti.“Sejak kapan kamu berbisnis Ning? Bukankah kamu selama ini hanya ibu rumah tangga biasa? Itu sebabnya ibu mertua kamu selama ini tidak berbuat baik sama kamu?” tanya ibuku“Ibu benar, aku mengelola bisnis ini memang dari rumah aja bu. Dengan bantuan internet, sebenarnya sudha sejak kuliah Nining menjalankan bisnis ini bu, namun karena modalnya belum terkumpul jadi Nining tanya membuatnya dengan online aja bu. Tapi Nining juga punya partner bisnis yang membangun bisnis ini berama Nining. Bapak dan Ibu ingat dengan teman Nining, Sandra yang dulu sering Nining ajak mampir kerumah?”Kulihat ibu dan bapak mencoba m

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 22 Tanda Tangan Mas Dimas

    Agar masalah ini segera selesai aku memutuskan untuk meminta tanda tangan Mas Dimas sendiri. Pulang dari kantor Pak Rajendra aku memutuskan ke rumah Ibu mertua untuk meminta tanda tangan Mas Dimas. AKu harus mengambil kesempatan di hari bahagia mereka, agar ibu bisa meminta Mas Dimas menanda tangani surat perceraian antara aku dengan Mas Dimas. Aku yakin pasti Ibu mertuaku sangat bahagia akan kedatanganku dengan membawa surat gugatan perceraian.“Pak, kita langsung ke Rumah Ibu Siti ya Pak, buat minta tanda tangan Mas Dimas.”“Iya Ibu juga ingin melihat bahagimana reaksi Dimas dan Bu Siti melihat kedatangan kita ke rumah mereka.”“Bapak nanti jaga emosi Bapak ya, jangan terpancing emosi jika Bu Siti bilang yang aneh-aneh tentang Nining. Bapak tenang saja, Nining sudah terbiasa mendengar hinaan dari Ibu Siti.”“Kamu tenang saja Ning, Bapak pasti bisa mengontrol emosi Bapak, Bapak tidak ingin mengotori tangan Bapak untuk memberi pelajaran pada Dimas, jika kamu saja ikhlas masa Bapak mal

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 21 Bertemu Pengacara

    Senin pagi-pagi sekali aku mengumpulkan semua berkas yang dibutuhkan. Aku akan menemui pengacara yang direkomentasikan Nita untuk membantuku mengurus perceraian dengan Mas Dimas. Aku membaca nama pengacara tersebut di kontak handphone ku. Aku merasa seperti tidak asing dengan nama itu. “Rajendra?” gumamku sambil melihat kontak yang diberikan Nita kemarin. Aku akan menelfonnya terlebih dahulu, meskipun sudah di buatkan janji dengan Nita, setidaknya aku juga memastikannya sendiri kan. Aku menekan tombol Call pada kontak Rajendra, tak lama kemudian suara bass dan maskulin menyapa indra pendengaranku.“Selamat pagi, dengan Rajendra disini.” ucapnya formal.“Selamat pagi Pak Rajendra, saya Nining teman Nita yang ingin meminta bantuan Bapak untuk mengurus perceraian saya. Bisa kita bertemu hari ini Pak, untuk membahas masalah perceraian saya?”“Ohh Bu Nining. Iya Ibu, tenang saja kemarin Nita sudah membuatkan janji temu ya Bu. Di kantor saya Jalan. Melati No. 405 Pukul 10.00 ya Bu, saya ha

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 20 Kedatangan Bapak dan Ibu

    Setelah menenangkan diri di Masjid dekat taman, aku memutuskan untuk belanja ke Pasar untuk membeli keperluan dapur karena Bapak dan Ibu akan datang. Aku tidak mungkin menyambut kedatangan mereka dengan meja kosong. "Sekalian belanja untuk seminggu kedepan kali yaa, biar ibu ga perlu belanja lagi selama di Semarang." ujarku sambil memilih ikan yang segar. Setelah membeli semua keperluan dapur aku membeli jajanan pasar langgananku untuk dihidangkan kepada kedua orang tuaku. Aku harus bisa menjamu mereka dengan baik agar kesedihan yang aku alami, tidak membuat mereka sedih. Aku harus bisa terlihat baik-baik saja saat mereka ada di Semarang. Aku tahu ketika aku sedih pasti orang tuaku akan lebih sedih daripada diriku sendiri. Mana ada orang tua yang rela melihat anak yang mereka sayangi sepenuh hati disakiti oleh orang lain. Apalagi orang tuaku yang selama ini selalu menjaga perasaan anak-anaknya. Sesampainya di kontrakan aku memasukkan semua belanjaanku ke dalam tempat khusus agar leb

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 19 Memasang Topeng Kebahagiaan

    "Bagaimana para saksi, Sah?" tanya pak penghulu yang sudah menikahkan Mas Dimas dengan istri barunya."Sah!" sentak semua orang yang ada diruangan ini dengan serentak.Tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku, aku segera menghapus air mataku. Semua tamu bergantian memberikan selamat kepada kedua mempelai, aku berdiri melepas kaca mata bacaku dan memasang senyum lebar. Aku berjalan menuju pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan ijab qobul."Selamat yaa Mas Dimas dan Mbak Zulaikah, akhirnya kalia bersatu dalam pelaminan, dan maaf Mas Dimas aku akan mengajukan gugatan cerai untuk Mas Dimas. Selamat ya Bu, karena ibu sudha mendapatkan menantu yang ibu idam-idamkan selama ini. Semoga hidup ibu bahagia." ucapku kepada mereka bertiga.Ibu Mertua menolak uluran tanganku yang ingin bersalaman dengan Beliau."Udah ga usah basa-basi, ngapain kamu disini? jangan merusak hari bahagia Dimas dan Zulaikah. Aku tidak ingin ada wanita pembawa sial yang

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 18 Perubahan Mas Dimas

    Aku menjalani rumah tanggaku dengan ketidaknyamanan selama satu bulan terakhir ini. Mas Dimas sekarang lebih sering menginap di rumah ibu dengan alasan kesehatan ibu yang menurun, tapi anehnya aku tidak boleh menjenguk ibu. Aku tidak tahu apa yang sedang di sembunyikan mas Dimas dariku, tapi aku harap dia menjaga kesetiaannya kepadaku. Meski dulu aku sempat ragu akan reaksi mas Dimas jika aku tidak subur, tapi mas Dimas berhasil menyakinkan ku bahwa rumah tangga kita akan baik-baik saja karena kita berdua bisa saling menghargai satu sama lain. Aku menepis semua pikiran buruk yang memenuhi pikiranku. Aku yakin kita berdua bisa melewati semua ujian dalam pernikahan kita berdua.Aku menjalani hari-hariku seperti biasa bekerja, menulis, berjualan dan menjadi ibu rumah tangga. Aku menikmati semua pekerjaan yang aku lakukan sehingga membuatku merasa tidak kosong karena jarangnya Mas Dimas dirumah. Aku anggap ini adalah ujian dari yang Maha Kuasa untuk pernikahanku dengan Mas Dimas. Aku mene

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 17 Menukar Posisi Demi Mas Dimas

    “Bagaimana aku mengatakan hasil pemeriksaan ini kepada mas Dimas? Apa aku harus bilang kalau aku yang mandul? Tapi kalau aku bilang aku mandul maka mas Dimas pasti akan disuruh ibu untuk menikah lagi.”“Ah sudahlah lebih baik aku menemui mas Dimas di rumah ibu mertua.”Aku menuju parkiran rumah sakit dengan pikiran yang berkecamuk. Entah apa yang akan terjadi pada rumah tanggaku ini. Seakan makan buah simala kama apa yang akan aku putuskan akan menghancurkan rumah tanggaku. Tetapi aku tidak ingin kesehatan mental mas Dimas terganggu karena hasil ini.Sepertinya akan lebih baik jika aku yang mandul, asal mas Dimas tetap setia padaku pasti semua akan baik-baik saja. Aku memasukkan hasil pemeriksaan kami ke dalam tasku. Mas dimas tidak perlu tahu hasil yang sebenarnya. Dan ku tidak akan pernah mengatakan hasil ini kepada siapapun, aku harus menjaga aib mas Dimas.“Assalamu’alaikum”“Waalakum salam Ning&r

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 16 Mas Dimas Mandul

    Kami berdua pergi ke Dokter specialis untuk memeriksa kesuburan kami.“Selamat siang ibu Nining dan bapak Dimas, untuk pemeriksaan kesuburan silahkan bapak dan ibu ikuti suster untuk pengambilan sampel ya.” Ucap dokter joko kepada kamu dan menunjuk dua suster.Aku dan mas Dimas mengikuti instruksi dokter, kami masuk ke dalam bilik yang berbeda untuk pengambilan sample kita berdua.“Baik bu Nining dan bapak Dimas nanti tiga hari lagi bisa kesini lagi ya. Untuk pengambilan hasil labnya. Karena hasilnya tidak bisa langsung keluar. Paling cepat tiga hari ya. Nanti akan dikabari oleh admin dari rumah sakit kami. Kami berharap hasil pemeriksaan kesuburan dari bapak dan ibu normal semua.”“Baik terima kasih dok.”Kami berdua keluar dari ruang dokter dan kembali ke rumah kontrakan kami.“Mas gimana kalau ternyata aku ga subur mas?”“Kamu jangan bicara yang tidak-tidak Ning, kita berdua pas

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 15 Kembali Berulah

    Seminggu sudah kejadian itu berlalu, kulihat Mas Dimas selalu murung. Mungkin dia memikirkan ibunya yang sendirian di rumah besarnya. Aku juga tidak menanyakan apakah mbak Zulaikah masih sering kerumah ibu atau tidak.“Mas senin kamu nanti WFH kan? Kamu kerja di rumah ibu aja, biar ibu ada temennya.”“Apa kamu ga papa Ning?”“Ya ga papa dong mas, biar bagaimanapun juga beliau adalah ibu kandung kamu Mas. Tapi kalau udah sore kamu cepet-cepet pulang ya. Aku ga mau kamu bersendau gurau sama mbak Zulaikah.”“Cemburu kamu dek? Ga usah cemburu karena aku adalah milikmu selamanya.”“Halah gombal kamu Mas.”“Kok gombal sih Ning, Mas serius Ning. Mas akan pegang janji setia kita sampai nanti maut memisahkan kita. Kita saling menguatkan ya Ning demi keluarga kecil kita. Dan mudah-mudahan Allah segera menitipkan malaikat kecil buat kita.”“Amin mas, semoga Allah ijabah do’a kita agar segera memiliki momongan ya mas.”“Gimana kalau kita periksa ke dokter aja mas? Periksa kesuburan kita berdua, a

DMCA.com Protection Status