Beranda / Lainnya / AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN / 29. PoV ; Bu Ayu (Penyebab Sakitnya Pal Bahul)

Share

29. PoV ; Bu Ayu (Penyebab Sakitnya Pal Bahul)

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-23 11:17:25

Sumpah Al-Qur'an (29)

PoV ; Bu Ayu

***

Aarrgh!

Erangan di arah dapur membuatku yang tengah asik menonton film langganan di televisi terperanjat. Aku lekas beranjak menuju dapur, mengingat suamiku yang tak bisa berjalan normal itu di sana. Ia kubiarkan mengesot dengan kaki membujur untuk ke kamar mandi.

Langkahku terhenti melihat Mas Bahul dalam posisi tengkurap. Kakinya bergetar seiring erangannya yang kian memilukan. Aku kelimpungan, Adi kubiarkan bekerja setelah beberapa hari hanya diam di rumah untuk menjaga ayahnya itu. Sulungku itu bekerja di kota. Cukup jauh. Ia tak bisa sewaktu-waktu pulang untuk meninggalkan pekerjaannya.

"Argghh ... A-ayu!" erang Mas Bahul tak henti. Suaranya seolah tertahan di kerongkongan, membuatku kian panik.

Aku sendiri tidak cukup kuat untuk memapah tubuh kekar Mas Bahul. Biasanya dibantu Bahri, adiknya. Pertengkaranku dengan si Ramlah istrinya membuat kami berjarak. Aku sendiri tak sudi untuk meminta maaf. Dia sendiri yang tiba-tiba marah hanya kare
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    30. PoV ; Bu Ayu (Masalah Yang Bertubi-tubi)

    Sumpah Al-Qur'an (30)Hari menjelang sore. Setelah shalat Ashar, aku membeli dua nasi bungkus untukku dan Nisa. Aku menatap sedih pada anak cantikku itu. Bahkan sekolahnya tak sempat kuizinkan. Aku merutuki semua tetangga dan kerabat jauh yang sama sekali tidak peduli. Tidak ada yang menjenguk atau sekadar bertanya mengenai perkembangan Mas Bahul. Aku membatin dalam hati. Jika kelak mereka ada di posisiku, aku tak akan pernah membantu walau hanya sekecil biji sawi. Tak sudi!Ponsel berdering saat hendak menyuap nasi. Nama Adi muncul di layar ponsel. Lekas kujawab dan memburunya dengan pertanyaan."Kamu di mana, Le?""Jadi pulang, kan?" tanyaku menggebu."Aku di rumah, Bu. Sepi. Ibu di mana? Apa yang terjadi?" Ia melempar tanya. Aku dapat menangkap suaranya yang bergetar panik."Le, kamu ke rumah sakit sekarang, ya. Rumah sakit pusat Sahabat. Tetap hati-hati di jalan.""Memangnya ada apa, Bu? Tolong jelaskan!" Suara Adi meninggi. Aku tahu ia begitu karena panik. "Yang penting kamu se

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    31. PoV ; Bu Ayu (Belatung)

    Sumpah Al-Qur'an (31)PoV ; Bu Ayu"Bu ... hasil tes darah menunjukkan kadar gula pasien tinggi. Dugaan sementara, pasien terindikasi diabetes. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi," terang dokter serius. Ia menyerahkan selembar kertas hasil lab yang sudah dua hari lalu dijanjikannya.Aku berdecak kesal sembari mengambil kertas yang ia sodorkan. "Duhh, Dok! Suami saya itu bukan type orang yang suka minum manis. Tiap hari dia minum teh tawar atau kopi pahit. Nggak mungkin diabetes. Dia juga nggak gemuk, turunannya semua sehat. Nggak usah mengada-ada, deh!" sahutku setelah membaca sekilas hasil lab. Lalu menghentakkannya dengan kasar di meja. "Hasil lab tidak bisa direkayasa, Bu! Berapa kali saya bilang, kami sudah bersumpah atas nama Al Qur'an untuk menjalani profesi dengan amanah!" balasnya tegas. Wajahnya tampak tak senang mendengar ucapanku.Aku membuang muka kesal. Benar juga ucapannya. Anehnya, bagaimana mungkin Mas Bahul diabetes, dia saja tidak suka apapun yang ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    32. PoV ; Bu Ayu (Pak Bahul Tidak Berdaya)

    Sumpah Al-Qur'an (32)PoV ; Bu Ayu."Lee ... Adi!" seruku saat Adi masuk. Wajahnya tampak letih. "Gagal lagi, Bu!" ujarnya lemah, lalu terdengar ia menghela napas kasar. Sejak kepulangan Mas Bahul empat hari lalu, kami mencoba mencari pengobatan alternatif, dukun, atau orang pintar sekali pun dengan bertanya pada orang terpercaya, atau mencari di internet. Namun, tak ada yang pas di hati Adi sampai detik ini. Bahkan hingga luka Mas Bahul kini digerogoti ulat.Aku bergidik ngeri mengingatnya. Sungguh apa yang kulakukan dengan menyingkap selimutnya itu adalah kebodohan yang hakiki. "Le, bukan, bukan itu! Kamu tahu luka Ayah? Suaraku terdengar bergetar takut. Aku masih shock berat. Baru kali ini kulihat luka yang sampai digerogoti ulat."Tahulah, Bu. Kan, emang aku yang merawat luka Ayah," timpalnya. Aku merasa tersindir mendengarnya. "Le, lukanya berulat!" tukasku. Kesal mendengar ucapannya yang seolah menyindir.Raut muka Adi yang tadinya lesu, kini tampak terperangah."Kemarin mal

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    33. PoV ; Bu Ayu (Karma Yang Terkuak)

    Sumpah Al-Qur'an (33)PoV ; Bu Ayu"Air apa yang Mbah Amun percikkan itu? Kenapa ayahnya anak-anak hanya diam, Mbah?!" tanyaku lagi. Kali ini dengan suara lirih. "Ibu tenang dulu, ya. Suami Ibu hanya kelelahan karena teriak-teriak dari tadi. Tapi-""Tapi apa, Mbah?" potongku segera. "Saya menyerah, Bu. Dari yang saya lihat, Pak Bahul ini memang terindikasi diabetes. Bukan penyakit aneh seperti yang Ibu curigai," papar Mbah Amun.Aku menatapnya lekat tak percaya. Dukun macam apa dia? "Nggak usah labil deh, Mbah! Dulu Mbah bilang kesapan, sekarang ganti lagi. Mbah ini sebenernya bisa atau enggak, sih?" tuduhku tak segan. Wajah tua Mbah Amun nampak kesal mendengar perkataanku. Beginilah aku, tidak suka dipermainkan. Apalagi dibodoh-bodohi. Tak peduli lawanku tua atau muda, bahkan gubernur sekalipun kalau memang curang aku tak segan untuk mengumpatnya."Sosok yang gelatungan di kaki Pak Bahul sudah tak terlihat lagi. Saya sudah lama menduduki profesi ini, Bu! Sejak dulu ratusan pasien

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    34. PoV ; Bu Ayu (Balasan Sumpah Al-Qur'an)

    Sumpah Al-Qur'an (34)"Dia wanita. Di bagian maaf, p4y*d4ranya. Saat saya bertanya mengenai musababnya, sang suami tampak menutupi. Lalu sang anak dengan menangis bercerita tanpa saya paksa. Wallahua'lam, ceritanya itu membuat saya sangat tertampar dan lebih hati-hati untuk berperilaku," jawab lelaki itu. Aku makin penasaran ke mana arah pembicaraannya ini. Aku mendengkus kesal, ah pasti lagi-lagi ini pengobatan gadungan! Yang bertele-tele dan pada akhirnya berkata tidak sanggup."Maksudnya bagaimana, Pak? Apa hubungannya dengan ayah saya?" Adi kembali bertanya dengan sedikit memaksa."Ini aib, Le. Saya tidak bisa ceritakan apa pun mengenai orang-orang yang sudah berobat kemari," jawabnya lagi, membuatku begitu kesal."Le! Adi ... pasang selimut di kaki Ayah, Ibu mau masuk!" teriakku dengan mengetuk pintu, menyela pembicaraan mereka. Orang tang disebut kiyai itu terlalu bertele-tele, kesabaranku sudah habis menunggu penjelasannya tentang maksud yang ia ucapkan."Sudah, Bu!" sahut Ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    35. PoV ; Bu Ayu (Pak Bahul Taubat?)

    Sumpah Al-Qur'an (35)"Memangnya Kiyai itu tahu dari mana ayahmu punya kesalahan? Kenapa tiba-tiba bertanya tentang itu?" tanyaku penasaran. Apa iya sehebat itukah orang yang dijuluki kiyai tersebut, hingga bisa menerawang masa lalu seseorang."Dari pengalaman dua pasiennya, Bu!" sahut Adi pelan. Bahkan seperti bergumam. Nampaknya, ia masih shock dengan apa yang kukatakan.Aku mulai bergidik ngeri kala Adi menceritakan tentang dua pasien kiyai itu dengan kasus yang sama. Terlebih saat mendengar kondisi pasien wanita, yang katanya bagian dadanya membusuk. Walau ada rasa kesal karena kiyai tersebut tidak menceritakan detail tentang kasus dua orang pasiennya itu, tapi tetap saja yang ia ceritakan cukup jelas."Le ... lalu apa yang harus kita lakukan? Apa yang Kiyai itu sarankan, cepat katakan!" paksaku ketakutan. Bibirku terasa gemetar."Sudah, Bu. Ayah sudah didoakan. Dan, saat ditanya Kiyai, ayah juga berkata dengan jujur. Aku juga tahu, ada satu kebohongan yang belum Ibu ceritakan pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    36. PoV ; Bu Ayu (Pak Bahul Sekarat)

    Sumpah Al-Qur'an (36)Aku segera beranjak dari sofa saat pintu utama dibuka. Adi muncul di baliknya. Raut wajahnya nampak beda, tak lagi tegang dan gusar seperti sebelumnya. Sekarang terlihat jauh lebih tenang dan berseri. Seperti ada binar lega yang terpancar dari wajahnya."Halah, sudah Ibu tebak. Pasti kedatangan kamu ditertawakan sama Asti yang licik itu!" Gerutuku seraya melangkah ke arahnya.Adi menggelengkan kepalanya pelan. "Ibu salah!" sanggahnya. "Justru Bu Asti menyambutku dengan baik. Bahkan aku bisa melihat ketulusannya saat mendoakan Ayah. Dan takjubnya, Bu Asti sama sekali tidaklah dendam terhadap keluarga kita, Bu!" papar Adi tersenyum samar. Senyumannya itu seolah mengejekku."Halah itu mah topeng!" balasku tak mau kalah."Terserah Ibu. Yang jelas sekarang aku lega. Dan aku minta sama Ibu, setelah ini tolong jangan pernah ganggu siapa pun. Siapa pun! Bukan hanya keluar-""Sudah kubilang jangan pernah sok jago dengan menasehatiku! Aku ini ibumu, lebih tahu mana yang ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    37. PoV ; Bu Ayu (Pasrah)

    Sumpah Al-Qur'an (37)PoV; Bu AyuAku menanti dokter itu di gerbang utama rumah sakit, sembari menenangkan diri dengan menghirup udara sejuk dini hari. Tak bohong, dokter itu tiba justru lebih cepat. Sebelum adzan Subuh. Ia segera ke ruang UGD, setelah sebelumnya pergi ke ruangannya dulu.Wajah dokter nampak tegang, tak ada senyum mengejek seperti yang kuterka. Bahkan aku tak sempat sedikit berbicara dengannya, karena ketika turun dari mobil, dokter tua itu segera melangkah tanpa peduli padaku yang siap menghakiminya.Dokter dan dua perawat di dalam tak kunjung keluar. Aku menanti dengan cemas. Kuminta Adi dan Nisa untuk shalat Subuh di mushalla rumah sakit, sembari mendoakan kesembuhan ayahnya. Pintu dibuka, dokter muncul di baliknya. Aku segera beranjak dari bangku besi itu, dan segera menghampirinya."Gimana, Dok? Suami saya bisa sembuh?" tanyaku langsung. "Kami berikan surat rujukan untuk ke rumah sakit pusat di luar kota, ya, Bu!" jawabnya lemah. Raut wajah dokter nampak tak be

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-22

Bab terbaru

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    63. ENDING

    PoV ; Asti ***"Nak, gini. Ibu pengen kalau meninggal nanti, kita bisa sama-sama lagi di surga. Percaya deh, kebersamaan dan kebahagiaan di surga itu jauh lebih segalanya daripada di dunia." "Termasuk hingga saat ini Ibu tidak merenovasi rumah agar lebih besar, itu karena Ayah?" tanyanya menyelidik.Aku mengangguk."Iya. Ibu tidak mau mengubah apapun dari rumah ini. Rumah pertama tempat kita bersama. Setidaknya hanya tampilannya saja, tetapi tidak dengan bentuknya. Biarkan rumah ini menjadi kenangan.""Nia paham itu, Bu. Terima kasih, Ibu sudah setia sama Ayah. Nia juga mengharapkan hal yang sama seperti Ibu." ***Pagi hari, saat aku ke rumah Bu Ramlah, aku merasakan hal yang berbeda. Aku tak dibiarkannya bangkit untuk sekadar mencuci piring, bahkan membuatkan jamu untuknya. Tanganku tak dibiarkan lepas dari genggamannya.Aku membuang firasat buruk jauh-jauh. Meyakinkan diri, bahwa Bu Ramlah baik-baik saja. Ia hampir sembuh dan akan pulih. "Maaf, ya, As." Aku membelalakkan mata me

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    62. Kebaikan Asti

    Sumpah Al-Quran (62) Pov ; Asti *** "Nggak, As. Saya nggak mau. Saya cuma mau mati. Saya ini sudah nggak bisa sembuh. Allah mungkin hanya mau nyiksa saya. Dosa apa yang saya perbuat, As! Kenapa Allah segitu dendamnya sama saya," ucap Bu Ramlah meraung. "Istighfar, Bu. Allah bukan dzat yang pendendam. Allah memberi Ibu kesempatan untuk hidup, berbuat baik. Tidakkah Ibu tahu, bahwa setiap rasa sakit, bisa mengurangi nafsu makan, nafsu minum, bahkan dosa kita juga berkurang, Bu. Tapi, atas kebaikan Allah, ketika kita sembuh, Allah kembalikan nafsu makan dan minum itu. Tapi Allah tidak mengembalikan dosa-dosa kita. Dosa-dosa kita akan berkurang setiap rasa sakit yang kita rasakan." Aku mencoba memberi Bu Ramlah pengertian dengan panjang. Entah Bu Ramlah paham dan mendengarkan atau tidak, yang penting aku berusaha mengingatkannya. Agar tidak lagi-lagi berprasangka buruk pada Allah. Walau pada akhirnya juga tetap sama. Ucapanku seolah mental, lagi-lagi Bu Ramlah menyudutkan Allah setia

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    61. Penderitaan Bu Ramlah

    Sumpah Al-Quran (61)PoV ; Asti"Kalau sekarang, tidur di lantai pun Nia nggak ngeluh. Lantainya halus, nggak kasar nggak bikin sakit," celetuk Nia. Ia tampak begitu girang. Berguling di lantai dengan tawa lebar.Lalu, ia beralih ke kasur. Mengempaskan tubuhnya dengan kasar. Tertawa riang dengan sang adik. Kebahagiaan yang rasanya sudah lama tak kurasakan. Gema tawa yang sudah lama tak kudengar. Ini suasana yang kutunggu, yang kuimpikan sejak dulu.Terima kasih, Ya, Allah ....Terima kasih. Atas kemurahanMu, Kau permudah segalanya. Ini kebahagian yang sesungguhnya, yang kucari sejak dulu.***Tak ada setiap detik yang terlewat tanpa adanya cerita. Dari rangkaian minggu yang berganti bulan, lalu berguling menjadi tahun, tak ada masa yang terlewat tanpa adanya kenangan dan sebuah pengajaran.Pelajaran hidup. Ica gadis kecilku, kini ia sudah kanak-kanak. Ia bukan lagi anak kecil yang merengek ketika kutinggal. Yang harus kuberikan mainan agar bisa terdiam, ketika aku disibukkan dengan

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    60. Perlakuan Pak Bahri

    Sumpah Al-Qur'an (60)PoV; Asti***Aku bergeming sesaat, mengatur napas. Jika kubersihkan sekarang, waktunya mepet. Lagipun, ini sudah malam. Bukan waktunya beberes. Biarlah esok hari saja aku ke mari. Aku menghela napas panjang. Tak berpikir untuk menyalahkan Bu Ramlah juga atas kondisi rumah yang teramat kotor ini. Aku paham di posisinya.Yang tak habis pikir kenapa Pak Bahri bisa demikian tak peduli pada Bu Ramlah. Siapa istri keduanya, hingga membuat Pak Bahri tergila-gila?Ah, biarlah. Ini menjadi urusan keluarga Pak Bahri. Aku orang luar, tidak ada hak untuk itu. Aku kembali ke ruang tengah. Mata Bu Ramlah tarkatup rapat. Aku memperhatikannya dengan seksama. Betapa malangnya hidup Bu Ramlah kini. Wajahnya mulai kusam, tanpa bedak dan lipstik. Kurus."Dari mana, As?" Aku mengerjap saat Bu Ramlah tiba-tiba membuka matanya. Kupikir ia sudah lelap."Da-dari dapur, Bu," sahutku, "Kupikir Ibu sudah tidur.""Ngapain? Udah di sini aja. Saya hanya butuh teman.""Bu, makan, ya. Dikit

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    59. Pengakuan Bu Ramlah

    Sumpah Al-Qur'an (59)PoV; Asti***Bu Ramlah tersenyum. Masam. "Lama. Mungkin tiga bulanan. Anehnya saya nggak mati-mati. Padahal saya nggak berobat. Makan juga nggak teratur. Allah seakan dengan sengaja menyiksa saya seperti ini. Dia tidak puas melihat penderitaan saya, As!" Bu Ramlah tergelak.Astaghfirullah."Bu, istighfar. Jangan bicara seperti itu. Yakin, Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya." Aku berkata lembut. Mencoba memberi pengertian.Bukan maksud menggurui, atau sok pintar. Namun, aku tak mau Bu Ramlah berprasangka buruk kepada pencipta. Dia sang Maha, maha segalanya."Hidup kamu sudah enak, ya, sekarang. Tadi aja saya liat kamu mau bangun rumah lagi, kan. Selamat, ya. Kamu pasti tertawa liat kondisi saya sekarang kayak gini. Kamu di atas sekarang." Bu Ramlah tertawa. Seolah menertawakan dirinya sendiri.Dari sini aku dapat menangkap. Mungkin Bu Ramlah tadi terganggu dengan keramaian Ibu-Ibu dan pengangkut barang. Lalu ia berusaha mengintip dari pin

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    58. Bu Ramlah Dipoligami?

    Sumpah Al-Qur'an (58) PoV; Asti. _ "Mas Bahri membawa mereka, tinggal bersama istrinya." Deg. Jantungku, jantungku seolah berhenti berdetak sesaat. Apa maksud Bu Ramlah. Apa dia ngelantur. Istri? "Ma-maksud, Bu Ramlah?" Aku menatapnya dalam. Pandangan Bu Ramlah yang sebelumnya terpaku pada langit-langit ruangan, sontak menoleh padaku sesaat. Jelas, matanya memerah. Bukan hanya tangis yang terlihat. Namun, luka. Aku bisa melihat dari matanya, Bu Ramlah menyimpan luka yang dalam. Bu Ramlah mencoba bangkit. Aku membantunya, lalu menyusun bantal di balik punggung, agar ia nyaman duduk dengan posisi bersandar. Aku meraih jahe hangat yang sebelumnya kuletakkan di kepala ranjang. Ranjang di ruang tengah ini ranjang kuno. Bukan ranjang kekinian empuk yang aku tak tahu namanya, tetapi pernah kulihat di kamar Bu Ayu waktu memijat Pak Bahul tempo lalu. Di bagian kepala ranjang, terbuat dari kayu jati dan berupa semacam lemari kecil. Khas ranjang kuno. "Minum, Bu." Aku menyodorkan te

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    57. Miris Kondisi Bu Ramlah

    Sumpah Al-Quran (57)PoV ; Asti****Bu Ramlah.Ia terkapar di lantai. Tubuhnya sangat kurus. Bu Ramlah yang cantik dan anggun, kini terlihat tua tak terurus. Wajahnya pucat. Rambut hitam legamnya itu kini nampak kusut dan tak lagi lebatTak jauh dari Bu Ramlah terbaring, tepat di sebelah kirinya terdapat pecahan gelas serta cairan bening dan irisan jahe tercecer di lantai. Aku termangu menatapnya sebentar, sebelum akhirnya kesadaran menyergap."Buuu!" pekikku. Aku tergopoh menghampiri.Bu Ramlah mengangkat tangan, mengulurkannya padaku. Aku segera peka, ia hendak berdiri.Aku menyambut uluran tangannya dan membantu untuk berdiri. Tubuhnya yang dulu berisi, kini sungguh kurus. Bahkan aku tak merasa keberatan walau menopang tubuh Bu Ramlah sendiri"Ranjang, As," lirihnya.Aku menuntunnya untuk ke ranjang, di ruang tengah yang berada di depan televisi. Setelahnya, aku dengan tergesa keluar, untuk pamit pada Nia jika aku berada di rumah Bu Ramlah. Lalu segera kembali menghampiri Bu Ram

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    56. Tuduhan Orang-orang

    Sumpah Al-Qur'an (56)PoV; Asti.***Mobil pickup dengan bak berwarna hitam kombinasi hijau tosca memasuki halaman rumah, ketika aku baru saja tiba dari sungai. Aku hendak menjemur kain cucian di teras depan. Seorang lelaki turun dengan tergesa. Dia menghampiriku yang mematung di tempat."Benar ini dengan rumah Bu Asti?" tanyanya sopan. Aku menjawab dengan senyuman. "Iya, benar, Pak. Diturunkan di sini saja, ya!" pintaku menunjuk beranda rumah yang hanya beralaskan tanah.Dua lelaki itu mulai meletakkan barang-barang di bak pickup ke beranda rumah. Pintu terbuka, Nia keluar sembari menuntun Ica. Sedikit tergesa ia menghampiriku."Nia kaget. Nia pikir ada apa rame-rame kayak dibanting," celotehnya. Ia menguap, lalu segera ditutupinya dengan tangan.Aku tersenyum geli melihat ekspresi wajahnya. Ia baru saja bangun tidur. Beruntung Ica kecil tidak menangis. Aku meminta mereka untuk kembali ke dalam. Aku segera menyelesaikan menjemur kain, untuk kemudian membuat kopi. Khawatir mengangg

  • AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN    55. Kondisi Pak Bahul

    Sumpah Al-Qur'an (55) "Jadi Nia bohong?" tanyaku serius. Aku mengunci matanya dengan tatapanku. Nia sontak menghentikan tawanya, lalu menunduk. "Nia minta maaf." "Nia bilang kalau memang suka tidur di bawah, karena kasurnya panas." Aku terus memojokkannya dengan alasan yang selalu keluar dari mulutnya, ketika kutanya mengapa aku selalu menemukannya tidur di bawah setiap aku bangun di pagi hari, atau ketika malam saat hendak Tahajjud. Kasur lantai memang tak begitu luas. Beberapa kali kutemukan Nia tidur di bawah, di lantai semen tanpa alas apapun. Kasar, apalagi sebagian berlubang. "Gerah, Bu. Di bawah adem. Makanya Nia guling aja ke bawah." Begitu sahutnya untuk kesekian, ketika kutanya dengan perihal yang sama. Bukan hanya sekali, bahkan bisa dibilang setiap malam ia kutemukan tidur di bawah. Tidur meringkuk dengan menekuk lutut. Kedua tangannya bersilang memeluk lengan. Ketika aku bangun tengah malam, aku memindahkannya ke atas. Namun, esok harinya kutemukan ia di bawah

DMCA.com Protection Status