POV PramonoPagi itu saya pergi jogging selepas mengantar Naomi ke sekolah bersama teman-teman relasi bisnis, sehabis jogging kami duduk cari sarapan kopi di pinggiran kota, sambil menunggu waktu menjemput Naomi di sekolah.Ya, sekarang saya yang antar jemput Naomi sendiri. Sebab saya khawatir kejadian penculikan itu terjadi lagi karena kelengahan Reno.Saya sangat menyayangi Naomi, apalagi ia adalah kemungkinan anak saya meski dari hasil hubungan gelap. Saya tak ingin terjadi apa-apa dengannya. Bahkan Reno sekalipun saya ancam jika terjadi apa-apa dengan Naomi maka berhadapan dengan saya.Naomi begitu lucu menggemaskan dan cantik. Tiap hari saya selalu meluangkan waktu mengajaknya jalan-jalan selepas pulang sekolah. Segala permainannya saya penuhi, makanan maupun hobby dia saya salurkan. Naomi terbilang anak yang penurut dan tidak neko-neko. Namun begitu, saya ingin melihat ia bahagia karena selama ini ia pasti tidak pernah mengenyam rasa bahagia hakiki semenjak lahir ia harus hidup
POV DONAHari demi hari sudah aku lalui di sel Tahanan ini. Sungguh tidak menyenangkan sama sekali berada di tahanan. Sudah mirip di neraka rasanya. Orang-orang yang menghuni pun kumuh-kumuh penampilannya. Cuma aku aja yang paling cantik dan bersih. Namun, jika aku kelamaan di sini bisa jadi kecantikanku akan memudar. Duh gawat. Padahal perawatan kecantikan itu mahal. Sia-sia dong selama ini aku sering ke klinik kecantikan untuk mempertahankan kecantikanku.Ini semua gara-gara bocah udik itu. Aku masuk penjara, digugat cerai oleh Reno, Andrean juga masuk sel, belum dapat hartanya Reno lagi. Huh! Sial ... Sial ....!Di sel aku juga kerap di bully. Katanya model dan calon artis sinetron kok masuk tahanan. Katanya banyak duit kok, duitnya gak bisa membebaskan dari sel tahanan. Benar-benar ya, mereka kelewatan. Tidak sudi aku kumpul dengan kalian para penjahat. Kalau aku bukan penjahat. Aku anak pejabat teras, calon artis sinetron mana level duduk dan tidur satu tikar dengan kalian. H
Bab 48Alhamdulillah, sudah beberapa puluh rumah sudah deal. Lumayan upahnya bisa untuk menyambung hidup.Kring kring kringTerlihat nomor tak di kenal di layar ponselku."Hallo, selamat sore, ini Rini marketing PT Indah Propertindo, dengan siapa yah? Ada yang bisa saya bantu?" jawabku."Nte! Ini Andika, Nte," Suara anak kecil laki-laki terdengar diseberang telfon."Oh, Andika, apa kabar Andika, ini nomer kamu yah, kok gak pakai nomer Papa kamu?" ucapku sambil tersenyum."Iya Nte, ini nomer Andika, simpan ya, Nte.""Kabar baik Nte, ini Nte, Besok Andika mau pindahan ke rumah Baru, Nte ke sini yah?" ucap Andika."Oh, sudah mau pindahan, ya, Insya Allah, emang barang-barangnya sudah di pindah ke rumah baru semua?" tanyaku."Sudah Nte tadi siang, rumah sudah kosong. Ini Andika tinggal di hotel Nte sama Papa, mau bicara sama Papa gak Nte?" ucap Andika."Gak usah, Papa kamu kan sibuk, besok kalau Tante jadi ke sana kan ketemu," ujarku."Gak sibuk kok Dek, Rini. he he he. Kami mau adakan
49Acara doa bersama di rumah mas Reyhan berlangsung sederhana saja. Hanya mengundang tetangga kompleks. Sembari memperkenalkan diri sebagai warga baru. Aku juga ikut membantu mempersiapkan hidangan untuk tamu undangan hingga acara selesai. Bersih-bersih piring dan gelas bekas hidangan.Pekerjaanku usai sekitar jam sembilan malam. Akhirnya aku pamit pulang."Mas, Rini pamit pulang, ya," ucapku ketika seluruh perabotan, piring dan gelas sudah aku bereskan bersama Bi Iyem."Tunggu, Mas antar ya, udah larut malam. Ntar ada apa-apa lagi di jalan, yah," ucap Mas Reyhan."Gak usah Mas, Rini biasa sendiri kok, insya Allah gak ada apa-apa," ucapku menolak dengan halus."Gak, kamu yang mengundang aku jadi aku tanggung jawab hingga kamu pulang, Ok," ucap Mas Reyhan."Nte, nginap sini aja, Nte, ntar tidurnya sama Andika saja, yah," ucap Andika tiba-tiba.Mas Reyhan memalingkan wajahnya ke arah Andika. "Andika ... Sssttt ...." ucap Reyhan melarang Andika."Terima kasih Andika, masa Nte tidur di
POV RENOWeekend ini, kemana, ya, di rumah juga sepi, Naomi dirumah Mama. Atau aku ajak jalan-jalan Noami saja. Kalau jalan sendiri tak enak gak ada yang diajak ngobrol.Tapi bagaimana cara mengajak Naomi agar diijinin sama Papa?Donita? Yah, Donita! Aku bisa ngajak Donita ke rumah Papa kemudian menjemput Naomi. Pasti di kasih!Segera ku pencet nomor ponsel Donita.Akhirnya tersambung juga."Selamat pagi Bu, apa kabar?" Sapaku sesopan mungkin kepada Donita."Pagi juga, Pak Reno," jawab Donita."Kok panggil Pak, kan kesepakatan panggilannya Mas," ucapku."Kok panggil Ibu, katanya mau manggil Nama," jawabnya."Oh, iya, Bu, eh, iya, Mbak, eh, iya Dek Donita, ma-ma-maaf he he he," ucapku sambil terkekeh."Ada apa nih, mas Reno," tanya Donita."Mmm, Mas mau minta tolong. Temenin Mas jemput Naomi dirumah Papaku yah, rencana Mas mau ajak Naomi jalan-jalan mumpung weekend, kamu sibuk gak?" tanyaku."Gak sibuk sih, boleh, sekarang?" jawabnya."Iya, Bu, sekarang eh, Dek Donita, iya sekarang
Kami memasuki restoran seafood menjelang senja.Restoran ini tempatnya bagus. Berada di pinggiran pantai. Jadi saat duduk di kursi dan meja makan. Mata kita dimanjakan dengan pemandangan laut apalagi menjelang senja begini. Di kejauhan terlihat kelap-kelip lampu gedung-gedung tinggi menjulang. Menambah kecantikan pemandangan."Pa, tempat papa kerja, gedung yang mana, Pa? Terlihat gak Pa, dari sini?" ucap Andika."Kamu lihat itu gedung paling tengah dan ada tower runcing di ujung gedung. Itu dia," ucap Mas Reyhan. "Wah keren.""Pa, kapan-kapan, Nte Rini, Andika ajak ke kantor Papa, ya, boleh gak?" tanya Andika."Kalau Nte Rini boleh, kalau Andika gak boleh soalnya biang rusuh!" ucap Reyhan."Papa tuh yang rusuh! Mau ngerebut Nte Rini dari tangan Andika," goda Andika lagi."Sudah, sudah, jadi makan gak kita, ini? Mau pesan apa, Andika, Mas Reyhan?" ucapku."Andika mau udang goreng dan ikan hiu bakar. Ma, eh, Nte, hi hi hi," ucap Andika."Mana ada ikan hiu, Dika!" ucap Reyhan gemes."Ya
Bab 52POV ReyhanEntah kenapa Andika begitu lengket dan nurut dengan wanita itu. Yah, Rini, wanita yang kukenal waktu aku membeli sebuah rumah melalui dia dan melalui dia juga rumahku bisa laku dengan cepatnya.Entah kenapa selain Andika yang tiba-tiba menyukainya. Aku juga penasaran dengan wanita itu. Wajahnya yang ayu dan teduh membuat hatiku bergetar. Padahal aku yang memiliki relasi banyak tentu sering berjumpa dengan wanita cantik. Bahkan pegawai kantorku yang sebagian juga diisi para wanita karir juga tentu memiliki paras yang cantik.Tapi dengan Rini. Entah kenapa, kecantikannya lain. Bukan cantik sih lebih ke ayu dan manis hingga tak jemu mata memandang. Selain memiliki paras yang ayu. Andika, anak semata wayangku sangat menyukainya. ia langsung akrab dan lengket juga manja kepadanya. Mungkin rasa nyaman terasa pada diri. Andika dengan sikap dan tutur katanya. Ia tidak genit juga tidak pendiam. Ia bisa mengimbangi kejahilan Andika. Ia tidak mudah marah lebih ke sabar. Aku jad
POV DONASial, sial, sial!Dasar bocah kurang ngajar! Aku yang cantik jelita ini masa disuruh bikin bubur ayam.Mana Reyhan gak mau antar pulang lagi gara-gara bocah tengik itu, Huh! Awas nanti, yah, jika aku sudah menikah dengan Papamu.Aku akan buat perhitungan denganmu Dika! Jangan harap papamu akan lebih menyayangimu ketimbang aku.Aku akan membuat Papamu bertekuk lutut dihadapanku! Ha ha ha. ..Dan semua hartanya akan berpindah ke tanganku.Ahay! Dapat hartanya Reno juga dapat hartanya Reyhan. Aku akan jadi boss besar!Aku harus cari cara agar bisa mendapatkan hati Reyhan. Kalaupun tidak mendapatkan hati Reyhan minimal aku harus bisa jadi istrinya.Aku yakin dengan kecantikan dan kemolekan tubuhku. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku Reyhan! Kalaupun kamu tidak jatuh cinta minimal aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku dan mau tidak mau kamu akan menikahiku.Bagaimana caranya? Ah! Nanti sambil jalan pasti akan ada caranya.Tinggal menunggu waktu yang tepat saja.Segala cara a
Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p
Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti
Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi
Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i
Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang
Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba
Bab 57Antara Aku, Majikanku dan AnaknyaKring kring kringTertulis Mas Reyhan di ponselku"Assalamu'alaikum, Mas ...." sapaku."Wa'alaikumussalam, maaf, sibuk gak Dek?" tanya Mas Reyhan."Enggak, mas, ada apa, Mas,?" tanyaku."Nanti malam, Mas mau ngajak jalan, dek, free gak?" tanya Mas Reyhan."Boleh, Mas, jam berapa?" jawabku."Jam tujuh malam Mas jemput," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, mau makan dimana?" tanyaku."Di tempat yang romantis," ucapannya."Andika?""Andika tetap ikut, dia malah yang mengajak," ucap Mas Reyhan."Baik, Mas," jawabku."Sampai nanti, yah, Dek. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam, Mas."KlikKumatikan sambungan telepon. Karena sudah tidak ada lagi ketemu klien, bergegas sore itu langsung pulang. Seperti yang dijanjikan. Mas Reyhan datang tepat waktu. Mobilnya terlihat terparkir di pinggir jalan.Setelah itu Andika dan Mas Reyhan menuju ke kostanku dimana aku juga mulai bergegas mengunci rumah kost."Nte, wah, cantik sekali Nte. Kita langsung berangkat Nte,"
Bab 56POV RENOHari ini aku menghadiri sidang perceraianku dengan Dona dengan sebelumnya pihak pengadilan agama melayangkan surat undangan sidang kepadaku.Aku langsung sendiri menghadiri sidang gugatan perceraian yang sudah aku layangkan ke pengadilan agama.Pukul 09.00 WIB, aku sudah memasuki ruang sidang begitu juga dengan Dona.Sidang mulai dibuka.Panitera membacakan protokol."Assalamu’alaikum, wr.wb Sidang dengan no. perkara 256 /JKT. akan dimulai, majelis hakim memasuki ruang sidang para hadirin dimohon untuk berdiri," Kami semua berdiri ketika majelisnya hakim memasuki ruangan dan duduk di depan meja sidang."hadirin mohon untuk duduk kembali.""Assalamu’alaikum, wr.wb sidang dengan no. perkara 256/JKT sidang terbuka untuk umum," ucap hakim ketua."Penggugat atas nama Reno Adian dan tergugat Dona Manohara dipersilahkan duduk di tempat masing-masing," ucap Panitera"Saudara penggugat, benar nama anda adalah Reno Adian?" tanya hakim ketua."Benar, yang mulia hakim," ucapku.
Bab 55POV DonitaDuh, kok bisa aku harus bertemu dengan wanita semacam Dona? Gak habis pikir aku, ada juga wanita seperti itu. Tidak melihat situasi jika berbicara seolah-olah dunia miliknya saja.Karena inseden tersebut akhirnya aku dan Mas Reno memilih menyingkir saja. Jika diladeni bisa-bisa sampai malam.Akhirnya aku memilih minta diantar pulang oleh Reno. Dengan berat hati Reno mengantarku pulang.Setelah Reno pergi dari rumah, akhirnya aku mengeluarkan mobilku dari garasi dan memilih jalan sendiri saja. Sekalian mau mutar-mutar ibu kota. Rencananya iseng sambil mencari Rini yang setelah bebas langsung hilang bak ditelan bumi.Setahuku ia tinggal di rumah pak Pramono. Namun ternyata tidak ada juga bahkan Naomi seperti ditinggal begitu saja. Padahal setahuku Rini begitu menyayangi Naomi. Namun, aneh kok bisa-bisanya ia meninggalkan Naomi. Sepertinya ada sesuatu yang menyebabkan ia harus melakukan itu.Setelah mutar-mutar di ibu kota tak juga aku menemukannya. Apakah ia tidak ting