Tak berapa lama, aku melihat dua orang laki-laki dan perempuan, satu anak kecil dituntun oleh mereka.Aku perhatikan dengan seksama hingga mendekat.Semakin dekat semakin jelas wajah mereka.Bu Donita?Siapa laki-laki itu?Tunggu-tunggu, Reno? Bocah itu ... Na-na-Naomi ...?Melihat sosok Naomi aku lalu berdiri dari bangku. Kemudian aku berlari ke arah Naomi. Air mataku luruh tak terbendung lagi rasanya."Naomi ....." teriakku.Kulihat Naomi juga berlari, begitu menatapku dan mengenali."Mama ...." Teriak Naomi.Begitu Naomi semakin dekat. Langsung menghambur ke pelukanku di mana tanganku aku buka lebar-lebarn. Kupeluk erat sekali tubuh Naomi. Tubuh yang selama ini aku rindukan.Rasanya tak ingin aku melepaskannya. Naomi mulai terisak, mataku juga memanas."Naomi .... Maafkan Mama, kamu baik-bail saja kan Naak?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca."Baik, Ma ... Mama kemana aja? Kok gak mau menemui Nomi, hu hu hu hu ...," ucap Naomi sambil menangis hingga bajukupun basah."Maafkan, Mama s
POV RENODonita mengajakku masuk dalam gedung tersebut.Ia kemudian berbincang-bincang sebentar dengan petugas yang ada dibelakang meja resepsionis.Setelah itu ia memberi kode kepadaku agar mengikuti langkahnya.Aku kemudian mendekat ke arah Donita dan mengikuti langkahnya. Kami mampir dulu di meja resepsionis, mengisi buku tamu. Bawaan kami juga digeledah oleh petugas berseragam cokelat tua.Setelah menurut mereka bawaan kami aman. Akhirnya kami dipersilahkan untuk memasuki sebuah lorong.Kuiringi saja langkah Donita menelusuri lorong tersebut. Lorong menuju sebuah pintu berjeruji besi.Di depan pintu itu, kembali kami diperiksa dan dimintai kartu pengenal sebagai tamu.Setelah berbincang-bincang sedikit dan bertanya jawab. Akhirnya kami memasuki sebuah ruangan di sana kami juga mendapati sebuah pintu gerbang berjeruji besi kembali dan diperiksa oleh para petugas berseragam cokelat tua.Sungguh, pengamanan yang sangat ketat dan berlapis. Akan amat sulit tembus untuk melarikan diri
POV DONAKulihat Reno pulang dengan Naomi dengan membawa berbagai mainan.Huh! Enak betul anak itu diajak jalan-jalan terus dan dibelikan berbagai macam mainan. Awas yah!Setelah Bu Rokayah memandikan Naomi. Gegas aku mendekatinya."Bi, awas yah jika sampai mengadu sama Tuan Reno. Saya pecat dan aku bejek-bejek kamu, Bu!" ancamku pada Bi Rokayah.Ia tampak ketakutan mendengar acamanku. Jelas, aku kan bos di rumah ini. Makanya harus nurut sama bos.Dan benar saja, esok paginya ia pamitan pulang, undur diri jadi pengasuh Naomi.Ha ha ha ... Bagus! Biar aku mudah ngerjain si Naomi!Keenakan jika dia tidak dikerjain.Siang itu, Naomi dijemput sekolah sama Bu Inah, karena pengasuhnya undur diri gak tahan he he he."Bi Inah, tolong saya hari ini buatkan masakan soto Betawi ya, Bu, yang enak! Jangan sampai gak enak. Awas kalau gak enak. Aku siram ke wajah Bi Inah! Atau Bi Inah makan sekaligus sampai semuanya habis!" perintahku sama Bu Inah setelah ia selesai menjemput Naomi dari sekolah TK.
Bab 34POV RENOKring kring kring kringTerlihat nama bi Inah memanggil."Halo, iy bi Inah, ada apa?" tanyaku."Ma- ma- maaf tuan, Naomi hilang Tuan, bagaimana ini? setelah pulang dari TaK aku lanuq Naomi dan saya suruh makan. Setelah itu bermain diruang tengah. Setelah selesai aktivitas didapur. Aku kembali menengok dan Naomi. Tapi Naomi tidak ada Pak. Bagaimana mana, ini Pak. Maaf aku tuan," ucapnya sambil menangis dan gugup."Apa! hilang?" Ucapku.Ya, Allah lindungilah Naomi.Aku kemudian langsung cabut dari kantor untuk kemudian pulang ke rumah memastikan, apakah benar jika Naomi tidak ada di rumah?!"Bi Inah, bagaimana? Sudah beneran di cek dan di telusuri seluruh ruangan dalam rumah?" ucapku sambil mengemudi kepada Bi Inah yang barusan aku hubungi lewat sambungan seluler."Benar Tuan, sudah saya masukin semua ruangan tidak bertemu juga," jawab Bi Inah."Waktu itu Naomi pakai baju warna apa? Bi," tanyaku."Celana jeans biru ada gambar hello Kitty di bagian paha. Baju kaos leng
Bab 35POV RENOSetelah itu aku melanjutkan menuju pondok indah mencari informasi mengenai mobil Alphard warna putih yang dimiliki pasangan suami-istri.Di sana aku nongkrong di sebuah rumah makan untuk mengisi perut dan istirahat sebentar sambil menunggu informasi dari bang Rojak dan Bang Gopar.Shubuh telah berlalu, matahari mulai memancarkan sinarnya diantara dedaunan. Malam ini aku tidak tidur sama sekali.Mengantuk sih, tapi hatiku resah jadi belum ingin pulang sebelum menemukan Naomi.Ku langkahkan kakiku keluar rumah makan menuju pelataran parkir dengan tubuh lesu. Kring kring kring Nama papa tertulis di layar ponsel."Hallo, ya, Pa, ada apa?" ucapku setelah aku memencet tombol terima di ponsel."Reno, bisa ke rumah Papa pagi ini?" ucap papa."Pa, belum bisa Pa. Reno sedang ada kepentingan, Pa?" jawabku tidak semangat."Sebentar saja Reno, Papa ingin menunjukkan sesuatu kepadamu," ucap Papa."Emangnya ada apa, Pa?" "Ada deh, selekasnnya kamu kemari, yah, Papa tunggu," ucap P
Bab 36Dalam tahanan itu, waktu terasa begitu lama. Berbeda ketika kita jalan atau beraktivitas yang kita sukai di luar sel tahananMenunggu sidang lanjutan saja rasanya sudah tidak sabar. Waktu seperti terulur panjang padahal baru beberapa hari yang lalu sidang pertama digelar.Setiap pagi aktivitas aku hanya berolahraga, agak siang sedikit kursus menjahit, sehabis dhuhur ada kursus memasak habis magrib nonton televisi bersama teman-teman senasib. Setelah Isa bengong sambil merenungi nasib hingga kantuk menguasai atau bahkan kerap sulit tidur hingga subuh menjelang.Begitu terus waktu berputar, jika tidak tahan mental bisa jadi depresi stress atau yang lebih ngeri adalah bunuh diri.Menurut cerita teman-teman yang sudah cukup lama mendekam di tahanan. Ada beberapa kasus bunuh diri di dalam sel.Mereka yang bunuh diri biasanya tidak tahan menghadapi tuntutan dakwaan, atau malu kepada keluarga atau bisa jadi karena terlalu dalam memikirkan nasibnya yang menurut mereka sangat sial hingg
Bab 37Sidang kali ini sungguh membuatku sangat nervous. Sebab ini adalah sidang pembuktian. Baik barang bukti dan beberapa saksi baik saksi yang berkaitan dengan kejadian perkara maupun saksi. Ahli.Apalagi kasusku di sorot oleh beberapa media. Perasaanku tak menentu.Dari rumah tahanan aku dinaikkan mobil tahanan menuju gedung pengadilan negeri.Sesampainya di halaman gedung pengadilan. Aku melangkah menuju ruangan sidang di dampingi oleh pengacara yang menyambutku saat turun dari mobil tahanan. Tampak media sudah bergerombol ingin mewawancaraiku.Untungnya ada petugas yang menghalangi. Sebab aku belum siap menjawab pertanyaan para pemburu berita itu. Hari ini betul-betul gundah.Setelah memasuki ruangan sidang aku kemudian duduk di kursi terdakwa di samping kanan pengacara. Menunggu majelis hakim masuk.Hakim ketua dan hakim anggota mulai memasuki ruang sidang, disusul para panitera, jaksa penuntut umum, kemudian pengunjung sidang yang kebanyakan adalah anggota Komnas perempuan dan
POV RENOHari ini aku bersama papa baru saja menghadiri sidang Rini di pengadilan negeri. Begitu kasihan aku melihatnya duduk dikursi pesakitan. Seandainya dulu ia tidak hamil karena aku. Mungkin nasibnya tidak seperti ini.Aku jadi merasa bersalah kepada Rini. Bagaimana cara aku menebus kesalahanku padanya?Bagaimana cara aku membantunya? Sedangkan aku tak kuasa mengatur hukum. Mau membawakan pengacara pun ia sudah mendapat pengacara dari LBH. Paling-paling nunggu putusan hakim nanti akan. Jika memang putusannya berat buat Rini. Mungkin akan aku bantu naik banding dengan pengacara yang lebih handal."Pa, mama boleh gak, kerja di kantor Papa?" ucap Dona Ketika aku sedang mengerjakan tugas kantor di ruang tengah."Mama, kan ada bisnis butik mama, ngapain juga kerja di perusahaan papa," ucapku."Cari pengalaman loh, Papa," ucap Dona."Tidak usah, gak kerja aja mama sering gak dirumah apalagi kerja," ucapku."Papa, please. Mama kerja di perusahaan Papa. Jadikan direktur kek, atau komisa
Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p
Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti
Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi
Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i
Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang
Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba
Bab 57Antara Aku, Majikanku dan AnaknyaKring kring kringTertulis Mas Reyhan di ponselku"Assalamu'alaikum, Mas ...." sapaku."Wa'alaikumussalam, maaf, sibuk gak Dek?" tanya Mas Reyhan."Enggak, mas, ada apa, Mas,?" tanyaku."Nanti malam, Mas mau ngajak jalan, dek, free gak?" tanya Mas Reyhan."Boleh, Mas, jam berapa?" jawabku."Jam tujuh malam Mas jemput," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, mau makan dimana?" tanyaku."Di tempat yang romantis," ucapannya."Andika?""Andika tetap ikut, dia malah yang mengajak," ucap Mas Reyhan."Baik, Mas," jawabku."Sampai nanti, yah, Dek. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam, Mas."KlikKumatikan sambungan telepon. Karena sudah tidak ada lagi ketemu klien, bergegas sore itu langsung pulang. Seperti yang dijanjikan. Mas Reyhan datang tepat waktu. Mobilnya terlihat terparkir di pinggir jalan.Setelah itu Andika dan Mas Reyhan menuju ke kostanku dimana aku juga mulai bergegas mengunci rumah kost."Nte, wah, cantik sekali Nte. Kita langsung berangkat Nte,"
Bab 56POV RENOHari ini aku menghadiri sidang perceraianku dengan Dona dengan sebelumnya pihak pengadilan agama melayangkan surat undangan sidang kepadaku.Aku langsung sendiri menghadiri sidang gugatan perceraian yang sudah aku layangkan ke pengadilan agama.Pukul 09.00 WIB, aku sudah memasuki ruang sidang begitu juga dengan Dona.Sidang mulai dibuka.Panitera membacakan protokol."Assalamu’alaikum, wr.wb Sidang dengan no. perkara 256 /JKT. akan dimulai, majelis hakim memasuki ruang sidang para hadirin dimohon untuk berdiri," Kami semua berdiri ketika majelisnya hakim memasuki ruangan dan duduk di depan meja sidang."hadirin mohon untuk duduk kembali.""Assalamu’alaikum, wr.wb sidang dengan no. perkara 256/JKT sidang terbuka untuk umum," ucap hakim ketua."Penggugat atas nama Reno Adian dan tergugat Dona Manohara dipersilahkan duduk di tempat masing-masing," ucap Panitera"Saudara penggugat, benar nama anda adalah Reno Adian?" tanya hakim ketua."Benar, yang mulia hakim," ucapku.
Bab 55POV DonitaDuh, kok bisa aku harus bertemu dengan wanita semacam Dona? Gak habis pikir aku, ada juga wanita seperti itu. Tidak melihat situasi jika berbicara seolah-olah dunia miliknya saja.Karena inseden tersebut akhirnya aku dan Mas Reno memilih menyingkir saja. Jika diladeni bisa-bisa sampai malam.Akhirnya aku memilih minta diantar pulang oleh Reno. Dengan berat hati Reno mengantarku pulang.Setelah Reno pergi dari rumah, akhirnya aku mengeluarkan mobilku dari garasi dan memilih jalan sendiri saja. Sekalian mau mutar-mutar ibu kota. Rencananya iseng sambil mencari Rini yang setelah bebas langsung hilang bak ditelan bumi.Setahuku ia tinggal di rumah pak Pramono. Namun ternyata tidak ada juga bahkan Naomi seperti ditinggal begitu saja. Padahal setahuku Rini begitu menyayangi Naomi. Namun, aneh kok bisa-bisanya ia meninggalkan Naomi. Sepertinya ada sesuatu yang menyebabkan ia harus melakukan itu.Setelah mutar-mutar di ibu kota tak juga aku menemukannya. Apakah ia tidak ting