OkPOV DONATerlihat, Reno pulang ke rumah dengan menggendong Naomi. Hatiku langsung gusar ketika melihat Naomi. Aku jadi ingat ibunya. Si janda udik tak tahu malu.Ke mana dia sebenarnya. Kok sama Reno terus sih! Kenapa Reno begitu sayang sama Naomi?Naomi, kenapa juga ia bisa sama Reno hari ini. Bukankah aku sudah menyuruh dua orang untuk menyingkirkan anak itu? Ah! Sia-sia uang yang sudah Kukeluarkan! Mereka ternyata tidak becus! Awas yah? Aku minta lagi uangnya karena gagal mengambil Naomi! Huuhh!Gara-gara Naomi aku jadi bertengkar tadi dengan Reno. Padahal aku harus bersikap manis kepada Reno agar aku bisa meluluhkan hatinya agar perusahaannya dialihkan atas namaku.Gara-gara bocah itu, malam harinya Reno malah tidak tidur di kamar denganku. Kulihat Reno justru tidur bersama Naomi.Padahal, malam itu aku ingin kembali merayu Reno agar bersedia mengalihkan perusahaannya atas namaku setelah aku melayaninya, membuatnya merasa aenag dengan pelayananku. Kurang ajar!! Akhirnya aku t
POV RENOHari ini rencananya mau ke rumah Bu Donita bersama Naomi. Ingin membahas tentang kasus Rini. Sembari sekalian mengajak jalan-jalan Naomi.Ditengah perjalanan, aku melihat mobil Bu Donita ada pinggir jalan. Ada dua orang pria terlihat sedang mengelilingi mobilnya. Gelagatnya sepertinya tidak bermaksud baik.Aku meminggirkan mobilnya. Naomi aku suruh tetap berada dalam mobil.Keluar dari mobil aku di sambut mereka berdua dengan wajah menantang. Sudah kuduga. Keberadaan mereka pasti tidak bermaksud baik."Maaf, ada apakah kalian disamping mobil itu," tanyaku."Itu bukan urusanmu," ucap salah seorang dari mereka."Maaf, itu menjadi urusan saya. Karena yang berada dalam mobil itu adalah teman saya," ucapku sambil memasang kuda-kuda."Oo, begitu," ucap salah seorang dari mereka."Iya, jika kalian tidak segera pergi dari sini. Maka nasib kalian ada dibalik jeruji besi atau rumah sakit!" ucapku mengancam mereka."Ha ha ha, kamu pikir kami ini anak ingusan. Mendengar gertakanmu kami
POV DONAHari ini aku berdandan cantik, rencananya mau ketemuan sama yayangku Andrean. Ia rencanya akan mengajak aku menginap di puncak.Kesempatan ini aku gunakan mumpung Reno sedang sibuk dengan beberapa projek-projek dia. Ada tentang projek tender pembangunan jalan tol dan pembuatan pabrik spare part.Selain itu Reno juga sibuk dengan bocah udik itu. Heran, bocah kayak gitu aja dibelain. Tapi ada untungnya juga, aku bisa lebih bebas bertemu dengan Andrean sang pangeran bule dari Amrik."Hai, honey, sudah lamakah menunggu aku?" tanyaku ketika sudah berada di hadapannya. Seperti biasa kami ketemuan di restoran mewah khas makanan luar negeri. Yang pastinya harga makanannya mahal-mahal. Yah, namanya juga orang kaya pasti harus makanan mahal. Kalau makanan kaki lima, ah! Ogah banget, jorok tempatnya. Lagian gak romantis.Beda dengan makan di restoran. Tentu menambah gengsi kita sebagai kaum kasta tertinggi. Kalau janda udik itu, aku yakin, jangankan makan di restoran mewah. Beli makanan
POV RENOAkhirnya setelah aku mendesak kepolisian untuk membuat para penculik Naomi itu mengaku dapat juga otak si penculik.Aku gak nyangka sama sekali dengan Andrean, kenapa ia melakukan hal tersebut? Padahal kami tidak ada masalah apa-apa. Malah kami dalam rangka kerja sama dengan perusahaan tempat ia bekerja.Aku pun kemudian kembali mendesak kepolisian untuk mengungkap motif apa sebenarnya dengan apa yang dilakukan Andrean. Gak habis pikir saja!Dalam waktu satu hari, akhirnya aku mendapat kabar yang sangat mengejutkan.Yah, Dona! Dona di balik semua peristiwa tersebut. Sungguh, aku tidak menyangka sama sekali. Dona yang berparas cantik jelita memiliki hati buruk rupa.Ketika waktu di kantor, aku mendapatkan kabar dari kepolisian bahwa Dona sudah dijemput dari rumah dan sudah dalam sel tahanan.Kasihan sebenarnya Dona yang biasa hidup enak dan tidur di kasur empuk, rumah mewah lengkap dengan pembantu yang selalu siap melayaninya harus mendekam dalam sel tahanan yang pasti jauh da
"Rini Amanda Tyas, silahkan ikut saya, ada yang ingin bertemu," ucap salah seorang sipir siang itu ketika aku sedang kursus menjahit."Baik, Bu," ucapku.Aku kemudian mengikuti sipir penjaga menuju tempat seperti biasanya. Di dekat lapangan badminton.Terlihat di sana dari kejauhan sudah menunggu anak gadisku Naomi berada di tengah-tengah pak Pramono dan Bu Rosalinda.Melihat aku datang, Naomi berlari-lari kecil menghampiriku. Kami langsung berpelukan melepas kangen. Kuciumi pipinya Naomi yang sudah kembali semula. Gembil, tampak bersih kulitnya dan wajahnya ceria.Alhamdulillah, berarti Naomi bahagia bersama pak Pramono dan Bu Rosalinda. Tampaknya mereka begitu menyayanginya. Namun, kembali rasa bersalah menelusup hatiku kepada Bu Rosalinda. Seandainya ia tahu siapa Naomi apakah ia akan menyayangi Naomi?Ya Allah, aku ingin bertaubat sekaligus ingin meminta maaf dan berterus terang kepada Bu Rosalinda, tapi bagaimana caranya ya Allah.Berilah hamba jalan keluar yang terbaik agar aku
"Mbak Rini, selamat ya, sudah bebas, jangan lupa jenguk kami di sini," ucap teman satu sel. "Insya Allah saya akan menjeguk kalian," ucapku. Mereka semua satu persatu memelukku. Memeluk tanda perpisahan. Ada juga yang menangis karena haru mendengar aku bisa lepas dari segala tuntutan karena mendapat amnesti dari Bapak Presiden.Mereka semua mengucapkan selamat. Aku juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan teman-teman satu sel. Dalam hati aku berjanji akan menjenguk dan berbagi makanan bila sudah memiliki Rizki.Setelah berpamitan dan mengurus surat-surat pembebasan. Akhirnya aku keluar dari sel dan menghirup udara bebas. Didepan gedung tahanan aku sujud syukur atas kebebasan ini."Terima kasih banyak Bu Donita, atas banatuan ibu selama ini. Saya tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan ibu. Selain membantu proses hukum ibu juga sering mengirim makanan buat saya. Terima kasih banyak Bu," ucapku ketika aku di sambut keluar oleh Bu Donita."Tidak usah dipikirin
"Maaf Tante, gak sengaja tidur dipangkuan Tante. Habis nyaman sih, kayak tidur dipangkuan Mama. Bedanya kalau mama sambil elus-elus rambut Andika. He he he," ucap Andika sambil garuk-garuk kepala."Tidak apa-apa, Andika. Tuh lihat mata Andika ada tai matanya," ucapku sambil membersihkan kotoran di sudut matanya karena habis tidur."Terima kasih Tante, Tante baik sekali. cantik sekali lagi. Gak kalah sama Mama cantiknya, Pa. Mau dong Tan, di ajak jalan-jalan nanti sambil digandeng tangan Tante. Boleh ya, Pa, Andika minta di ajak jalan-jalan sama Tante Rini," rengek Andika."Kalau Papa sih boleh saja. Tapi kamu tanyakan dulu sama Tante Rini, mau gak? Lagian Tante Rini juga sibuk gak kayak kamu main game Mulu kerjaanya," cecar Reyhan sambil keluar dari mobil. Begitupun aku dan Andika sama keluar dari mobil lalu berjalan beriringan."Ya, aku main game kan karena kesepian Pa, gak ada Mama. Coba ada Mama, ada yang nganterin sekolah, ada yang nganterin berenang, ada yang nganterin beli buku
POV PramonoPagi itu saya pergi jogging selepas mengantar Naomi ke sekolah bersama teman-teman relasi bisnis, sehabis jogging kami duduk cari sarapan kopi di pinggiran kota, sambil menunggu waktu menjemput Naomi di sekolah.Ya, sekarang saya yang antar jemput Naomi sendiri. Sebab saya khawatir kejadian penculikan itu terjadi lagi karena kelengahan Reno.Saya sangat menyayangi Naomi, apalagi ia adalah kemungkinan anak saya meski dari hasil hubungan gelap. Saya tak ingin terjadi apa-apa dengannya. Bahkan Reno sekalipun saya ancam jika terjadi apa-apa dengan Naomi maka berhadapan dengan saya.Naomi begitu lucu menggemaskan dan cantik. Tiap hari saya selalu meluangkan waktu mengajaknya jalan-jalan selepas pulang sekolah. Segala permainannya saya penuhi, makanan maupun hobby dia saya salurkan. Naomi terbilang anak yang penurut dan tidak neko-neko. Namun begitu, saya ingin melihat ia bahagia karena selama ini ia pasti tidak pernah mengenyam rasa bahagia hakiki semenjak lahir ia harus hidup
Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p
Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti
Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi
Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i
Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang
Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba
Bab 57Antara Aku, Majikanku dan AnaknyaKring kring kringTertulis Mas Reyhan di ponselku"Assalamu'alaikum, Mas ...." sapaku."Wa'alaikumussalam, maaf, sibuk gak Dek?" tanya Mas Reyhan."Enggak, mas, ada apa, Mas,?" tanyaku."Nanti malam, Mas mau ngajak jalan, dek, free gak?" tanya Mas Reyhan."Boleh, Mas, jam berapa?" jawabku."Jam tujuh malam Mas jemput," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, mau makan dimana?" tanyaku."Di tempat yang romantis," ucapannya."Andika?""Andika tetap ikut, dia malah yang mengajak," ucap Mas Reyhan."Baik, Mas," jawabku."Sampai nanti, yah, Dek. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam, Mas."KlikKumatikan sambungan telepon. Karena sudah tidak ada lagi ketemu klien, bergegas sore itu langsung pulang. Seperti yang dijanjikan. Mas Reyhan datang tepat waktu. Mobilnya terlihat terparkir di pinggir jalan.Setelah itu Andika dan Mas Reyhan menuju ke kostanku dimana aku juga mulai bergegas mengunci rumah kost."Nte, wah, cantik sekali Nte. Kita langsung berangkat Nte,"
Bab 56POV RENOHari ini aku menghadiri sidang perceraianku dengan Dona dengan sebelumnya pihak pengadilan agama melayangkan surat undangan sidang kepadaku.Aku langsung sendiri menghadiri sidang gugatan perceraian yang sudah aku layangkan ke pengadilan agama.Pukul 09.00 WIB, aku sudah memasuki ruang sidang begitu juga dengan Dona.Sidang mulai dibuka.Panitera membacakan protokol."Assalamu’alaikum, wr.wb Sidang dengan no. perkara 256 /JKT. akan dimulai, majelis hakim memasuki ruang sidang para hadirin dimohon untuk berdiri," Kami semua berdiri ketika majelisnya hakim memasuki ruangan dan duduk di depan meja sidang."hadirin mohon untuk duduk kembali.""Assalamu’alaikum, wr.wb sidang dengan no. perkara 256/JKT sidang terbuka untuk umum," ucap hakim ketua."Penggugat atas nama Reno Adian dan tergugat Dona Manohara dipersilahkan duduk di tempat masing-masing," ucap Panitera"Saudara penggugat, benar nama anda adalah Reno Adian?" tanya hakim ketua."Benar, yang mulia hakim," ucapku.
Bab 55POV DonitaDuh, kok bisa aku harus bertemu dengan wanita semacam Dona? Gak habis pikir aku, ada juga wanita seperti itu. Tidak melihat situasi jika berbicara seolah-olah dunia miliknya saja.Karena inseden tersebut akhirnya aku dan Mas Reno memilih menyingkir saja. Jika diladeni bisa-bisa sampai malam.Akhirnya aku memilih minta diantar pulang oleh Reno. Dengan berat hati Reno mengantarku pulang.Setelah Reno pergi dari rumah, akhirnya aku mengeluarkan mobilku dari garasi dan memilih jalan sendiri saja. Sekalian mau mutar-mutar ibu kota. Rencananya iseng sambil mencari Rini yang setelah bebas langsung hilang bak ditelan bumi.Setahuku ia tinggal di rumah pak Pramono. Namun ternyata tidak ada juga bahkan Naomi seperti ditinggal begitu saja. Padahal setahuku Rini begitu menyayangi Naomi. Namun, aneh kok bisa-bisanya ia meninggalkan Naomi. Sepertinya ada sesuatu yang menyebabkan ia harus melakukan itu.Setelah mutar-mutar di ibu kota tak juga aku menemukannya. Apakah ia tidak ting