POV Arya
Aku membaca Surat Keputusan Kepala Daerah yang berisikan pemecatan diriku sebagai seorang aparatur sipil negara di tanganku dengan dada terasa bengkak.
Naas, walaupun sudah berkali-kali membela diri dengan memberikan alasan bahwa aku dan Maya tak lagi menjalani hubungan suami istri dan sudah berpisah, tetapi keputusan kepala daerah melalui badan kepegawaian daerah ini tak bisa dianulir lagi.
Dan di sinilah aku saat ini. Duduk resah di bangku depan kantor badan kepegawaian sambil menekuni SK di tangan dengan pandangan kabur dan hati gundah gulana.
"Bro, aku ikut prihatin ya. Gak nyangka gara-gara Ana ngelaporin kamu ke BKD kamu jadi dipecat dari pekerjaan sebagai ASN begini," ujar Heru, teman kantor yang barusan menemaniku mengambil surat ini, sambil duduk di sebelahku.
Aku menghela nafas mendengar ucapannya.
"Entah
Setelah berembuk bersama ibu dan Mira, akhirnya aku memutuskan untuk membuka usaha gorengan pinggir jalan.Aku sudah mempelajari cara-cara membuat aneka gorengannya yang biasanya dijual di pasar, tinggal mencari lokasi dan gerobak yang akan kugunakan untuk menggelar dagangannya lagi.Setelah mencari ke sana kemari bahan-bahan yang diperlukan, akhirnya benda sederhana yang bisa dipikul itu pun terbuat juga.Meski pun bentuknya sangat sederhana dan nyaris tak karuan, tapi beruntung juga bisa membuatnya sendiri, sebab kalau harus beli, modal pinjaman dari Heru ini pasti tak akan cukup lagi.💌💌💌💌💌Hari ini akhirnya aku mulai berjualan.Mengambil tempat di persimpangan jalan yang rame, aku mulai menggelar dagangan di sana."Mas, gorengan ya dua ribu. Dapat berapa?" tanya seorang remaja sambil mengulurka
Hari ini untuk pertama kalinya sejak berpisah dari Ana, akhirnya bibir ini bisa juga tersenyum gembira.Berkat kesabaran dan semangat untuk terus berusaha, usaha berjualan gorengan di pinggir jalan yang kulakukan hari ini menemui juga keberuntungannya.Tak sia-sia memang usahaku, alhamdulilah di hari pertama berdagang ini, aku bisa membawa pulang uang sebesar lima ratus ribu rupiah, yang sebagian akan kugunakan untuk modal belanja besok pagi sementara yang lainnya untuk biaya hidup kami bertiga esok hari."Ya, kamu sudah pulang? Gimana? Ada hasil nggak jualannya hari ini?" tanya ibu saat menyambut kepulanganku di depan pintu rumah.Aku tak langsung menjawab melainkan meletakkan gerobak dagangan yang sudah kosong ke sudut teras, baru menghadap beliau."Alhamdulillah, Bu. Gak sia-sia usaha dagang yang aku lakukan. Modal dua ratus, untung tiga ratus ribu, Bu. Semoga besok bisa lebih banyak lagi hasilnya," sahutku sambil tersenyum dan memperlihatkan ha
Mitha sendiri mewarisi bisnis perhiasan yang pangsa pasarnya telah merambah luar negeri. Benar-benar tipikal calon istri yang kuidam-idamkan.Namun, meski berasal dari keluarga kaya raya, gadis itu bukanlah tipikal gadis sombong dan tinggi hati.Ia justru senang berbagi kebahagiaan dan rezeki dengan sesamanya yang membutuhkan.Gadis itu bahkan memiliki beberapa yayasan yang bergerak di bidang sosial dan menjadi donatur beberapa panti asuhan.Kebiasaan lainnya adalah senang membeli makanan pinggir jalan yang dijual oleh pedagang kecil, seperti yang kulakukan kemarin.Itu dilakukannya demi membantu perekonomian pedagang kecil sepertiku. Itulah alasan yang dikemukakan Mitha tadi saat aku bertanya mengapa dengan kekayaan yang dia miliki dia justru senang berbagi dan tidak gengsi makan makanan dari pedagang kecil di pinggir jalan.Ternyata alasannya adalah demi kemanusiaan.Dan demi mendengar cerita Mitha itu, kekagumanku padanya pun semak
Hmm, jadi itu kekurangan dan syarat yang Mitha ajukan pada laki-laki yang ingin menikahinya?Hmm ... syarat pertama kurasa tidaklah terlalu sulit bagiku. Tidak punya anak dari Mitha, kurasa bukanlah hal yang berat, toh aku juga sudah punya Via, meskipun saat ini gadis kecil itu tinggal bersama ibunya.Tapi kalau kangen, tentu saja aku bisa sering-sering mengunjunginya. Apalagi kalau hidupku sudah kaya, tentu akan lebih mudah bagiku untuk menemuinya. Aku akan membawanya keliling mall dan memberikan apapun yang diminta putri kecilku itu tanpa kesulitan.Bahkan kalau aku mau dan Mitha juga tak keberatan, aku bisa saja meminta hak asuh anak atas Via. Meski aku tak yakin sebab Via masih terlalu kecil untuk tinggal terpisah dari ibu kandungnya.Namun, syarat ke dua. Ini yang cukup membuatku merasa khawatir.Bukan tidak yakin bahwa aku telah berubah dari laki-laki mata keranjang menjadi laki-laki setia setelah pengalaman buruk bersama Maya kemarin, tapi a
"Ada apa, Mas? Apa ada yang mau Mas Arya sampaikan?" tanya Mitha saat hari ini aku kembali mengajaknya bertemu di luar.Demi bisa bertemu, karena gadis itu juga sedang sibuk bekerja, aku bahkan sampai rela tak berdagang karena apa yang ingin aku sampaikan pada wanita cantik itu bagiku jauh lebih penting dari pada sekadar menggelar dagangan.Meski sama -sama demi masa depan, tetapi urusan Mitha tentu saja jauh lebih penting bagiku. Jika tak cepat-cepat dipastikan, aku takut gadis itu keburu diambil orang.Sejak bertemu Mitha, jujur konsentrasiku untuk bekerja memang mulai buyar.Ya, kalau ada jalan instan untuk cepat kaya kenapa harus melalui jalan yang melelahkan dan menguras tenaga? Itu pikirku."Benar, Mit, mas hanya ingin memastikan sama kamu kalau mas sanggup menerima semua persyaratan dari kamu. Soal anak, mas gak akan nuntut kamu memberikannya karena kamu juga sudah kehilangan rahim, jadi gak mungkin mas mau menuntut hal yang gak mungki
"Ya, kamu hari ini jualan nggak? Kok sudah jam segini belum prepare juga?" tanya ibu saat melihatku sedang berada dalam kamar.Hari ini aku memang memutuskan untuk kembali libur jualan, sebab rencana hendak mengajak Mitha jalan ke mall.Bukan untuk belanja atau membelikan ia barang yang dia inginkan melainkan sekedar cuci mata demi melakukan pendekatan lebih jauh agar ia tak ragu-ragu lagi menjadikanku calon suaminya.Aku memang sudah tak sabar lagi ingin segera bersanding dengan Mitha, sayang wanita itu harus mendahulukan pernikahan sepupunya lebih dulu ketimbang pernikahan kami.Tapi semoga saja pernikahan kami tidak gagal karena aku menggantungkan harapan yang sangat besar kepadanya.Kelak jika telah menikah dengannya, aku tentu bisa hidup lebih enak dan terjamin tanpa harus kerja keras lagi seperti saat ini.Dengan alasan patuh pada suami, aku akan memintanya memberikan sejumlah uang untuk membesarkan usaha ini agar kelak hid
[Okelah kalau gitu. Tapi gimana ini? Jadi nggak kita keluar? Mas udah siap-siap ini soalnya?] tanyaku lagi memastikan.[Besok aja gimana, Mas? Mas kan pagi-pagi gini biasanya jualan? Apa hari ini nggak?][Nggak, Mit.][Kenapa?][Kan rencana pengen ajak kamu jalan tadi, tapi kamunya nggak bisa.] balasku.[Ya, udah. Kalau mas ikut sekalian gimana? Jadi bisa sekalian kenalan sama calon istri kakak sepupuku itu?][Boleh. Kalau gitu tungguin ya, setengah jam lagi mas sampe ke sana. Di mana tempatnya?][Di deretan pertokoan jalan Sudirman. Mas ke sana aja dulu. Nanti aku hubungi kalau udah sampe. Lokasinya gak jauh dari situ kok.] balas Mitha lagi.[Oke.]Aku pun segera bersiap-siap. Setelah pamit pada ibu, bergegas aku meluncur menuju tempat yang disebutkan Mitha tadi.*****Aku mengangkat wajah saat dari kejauhan melihat mobil Alphard yang dinaiki Mitha berhenti tepat di parkiran depan pertokoan jalan Sudirman,
POV ARYA"Ya, kamu kenapa? Kok wajahmu pucat gitu?" sambut ibu saat aku sampai dan masuk ke rumah dengan langkah kaki terburu-buru.Usai meninggalkan kompleks pertokoan tadi aku memang langsung pulang ke rumah, ingin berembuk dengan ibu bagaimana caranya mengatasi masalah yang sedang kuhadapi saat ini."Gawat, Bu. Ternyata calon istri sepupu Mitha itu adalah Ana. Untung saja aku buru-buru kabur waktu hendak dikenalin tadi, kalau nggak, gak tau, deh Bu gimana kejadiannya. Bisa-bisa Mitha nggak mau lagi berhubungan sama aku," sahutku dengan nada mengeluh dan nafas memburu.Mendengar perkataanku, ibu tampak membelalak kaget."Apa? Jadi calon istri sepupu Mitha itu Ana? Yang bener, Ya? Bukannya mereka keluarga orang terpandang di kota ini? Mau gitu besanan sama keluarga Ana? Ck ...ck...ck... beruntung banget sih nasib si Ana! Lepas dari kamu sekarang jadi calon mantu konglomerat! Jangan-jangan pake jalan gak bener it