Alina memandang seorang anak perempuan yang tak jauh dari posisinya sedang mendekap boneka
kesayangannya. Wajahnya hancur penuh dengan darah bercampur nanah. Bola mata sebelah kanannya juga hampir lepas dari sarangnya. Gadis itu langsung mencengkeram erat tangan kanan Indra itu."Lin, kamu gak apa-apa kan?" tanya Indra."Itu, Kak." Haris dan Indra langsung menoleh ke arah yang Alina tuju."Oh, anak itu. Sudah cuekin aja!" pinta Haris.Alina menutup kedua matanya sambil mengikuti Indra yang membimbingnya untuk berjalan ke arah mobil. Rasanya tak sanggup berlama-lama disana karena banyak lagi penampakan yang mendekati gadis itu seperti pocong dan kuntilanak yang terbang melintas."Do, Sa, kita sewa hotel, ya?" tanya Indra saat masuk ke dalam mobilnya."Memangnya masih jauh, Kak?""Lumayan, sih, lagian kayaknya kita bakal kemalaman, lagian kalian bilang nggak dicariin kalau ngikut," ucap Indra."Iya juga sih,Ketiganya lantas keluar dari kamar hotel. Rossa dan Alina sudah menunggu di depan kamar para pemuda itu. Akan tetapi, sebelum Haris menutup pintu kamar hotelnya, Alina melihat ke arah cermin. Sosok perempuan mengenakan daster putih dengan rambut panjang terurai sampai selutut, sedang berdiri di samping cermin. Kepalanya selalu menunduk. Alina langsung terperanjat dan ketakutan. Gadis itu bersembunyi di belakang tubuh Rossa. Haris tahu kalau Alina melihatnya, ia menutup pintu kamar hotel dengan segera. Ia meninggalkan sosok hantu perempuan itu di kamar hotel.Indra memutuskan untuk mencari makan di restoran dalam hotel ketimbang harus keluar. Dia juga tak tau daerah tersebut sehingga berada di dalam hotel rasanya lebih nyaman dan aman."Mau pesen apa, nih?" tanya Indra dengan tangan yang sudah siap mencatat di atas kertas menu."Aku mau nasi goreng sama air putih aja, Bang," sahut Haris."Aku juga, tapi minumnya teh hangat," sahut Alina.
"Ini di lantai berapa sih?" tanya Alina ke arah Haris yang sama-sama memandang angka yang tertera di atas pintu lift."13"Kelima orang dalam lift itu saling berpandangan tak mengerti."Emang tadi ada lantai tiga belas? Kan kata si mas tadi sore kalau di sini nggak ada lantai tiga belas," ucap Aldo.Mendadak kemudian, sebuah tangan anak kecil muncul dari dinding luar lift."Nah, ini kali nih tangan yang iseng." Aldo lantas menarik tangan tersebut segera."Waaaaaaaaaaaaaa!!!"Aldo dan Rossa langsung teriak bersamaan saat melihat tangan yang tadi di tarik pemuda itu ternyata hanya sebatas siku. Tangan buntung itu penuh luka berongga dengan darah bercampur nanah."Semuanya baca ayat kursi!" perintah Haris."Aku nggak hapal, Ris, gimana dong?" Aldo lantas melempar tangan buntung tersebut pada Indra."Kok dikasih ke aku sih? Tuh, buang nih ke sana!"Indra lantas melempar tangan buntung itu
Tak lama kemudian, Irwan datang dengan membawa seutas tali tambang di tangannya. Ia memasangnya pada kayu penyangga atap di gudang kosong itu. Ia menjangkau dengan menumpuk beberapa kayu untuk dinaiki agar ia dapat menjangkau atap. Setelah itu, Irwan meraih tubuh korban dan menjerat lehernya dengan tambang tersebut lalu menariknya sampai menggantung. Semua dilakukannya dengan rapi tanpa jejak apapun. Ia sudah merencanakan semuanya karena pria tersebut menggunakan sarung tangan dan jaket lengan panjang yang ia kenakan. Ia sengaja menggunakannya agar tak ada kontak fisik yang menempel di tubuh Sandra.Haris kembali ke dimensi waktu nyata dan pemuda itu terlihat pusing serta lunglai. Alina sampai terkejut dengan posisi pemuda itu sampai duduk di sampingnya. Gadis itu menatap Haris dengan wajah panik."Kamu lihat apa, Ris?" Alina meraih lengan Haris berusaha mencari jawaban."Dia nggak bunuh diri, Lin. Dia dibunuh sama pacarnya. Aku pernah lihat wajah pria itu," ucap Haris."Kamu lihat di
Malam itu, arloji bertali kanvas hitam di tangan Alina menunjukkan pukul sembilan malam."Indah, anterin aku yuk bersihin muka," ajak Alina pada kawan barunya itu."Ayuk, sekalian aku mau pipis," jawab Indah.Keduanya lantas berjalan dan memasuki toilet bersama tiga anak perempuan lainnya. Saat Alina menyelesaikan hajatnya, terdengar sayup-sayup suara anak perempuan yang menangis."Duh, nggak ada apa-apa aku harus yakin kalau enggak ada apa-apa. Tapi, iitu nangisnya dari mana ya?" gumamnya sambil menyiramkan air pada kloset jongkok di hadapannya.Tiba-tiba, Alina melihat kepala manusia dengan rambut hitam berantakan keluar dari dalam kloset. Sedikit demi sedikit memperlihatkan wajahnya. Wajahnya yang rata, tanpa mata, hidung, mulut dan segalanya makin menambah keseraman saat melihat kepala hantu itu keluar dari lubang kloset."Astagfirullah." Alina langsung ketakutan dan berusaha membuka kunci toiletnya berkali-kali, tetapi sulit untuk terbuka.Cekrek.Seorang santriwati membuka pintu
"Astagfirullahalazim."Alina langsung ketakutan dan gemetar. Ia mundur beberapa langkah nyali nya ciut juga kala melihat penampakan tersebut. Terlihat bagian leher seragam sekolah pesantren hantu itu penuh darah. Bau busuk menyeruak bercampur dengan anyir darah yang menusuk ke dalam hidung, membuat mual menyeruak ke dalam tubuh yang isinya ingin memberontak minta di keluarkan."Ma-maaf, sa-saya nggak bermaksud mengganggu kamu."Alina mencoba kembali lagi ke atas tempat tidurnya dan bersembunyi di balik selimut hijau motif bunga. Gadis itu merebahkan tubuhnya sambil mencoba untuk terlelap. Sesuatu menggelinding seperti bola menuju ke arah ranjang. Sesuatu itu yang sempat terantuk kaki ranjang."Aduh, apa itu?" tanya Alina pada diri sendiri.Seketika gadis itu membuka matanya dan langsung membuatnya terbelalak. Sesuatu yang menggelinding itu adalah kepala perempuan yang sedang menatapnya sambil tersenyum menyeringai. Wajahnya pucat pasi den
Ucapan panjang lebar Rossa malah membuat Alina terdiam, karena ia melihat sosok mengerikan baru saja mengintip dari balik pintu menuju ke kamar mandi."Lin, aku lagi ngomong sama kamu, dijawab apa?" seru Rossa dari seberang sana."I-iya-iya, Ros, aku tadi hanya … ada banyak hantu tau di sini, aku takut deh semenjak bisa lihat mereka," bisik Alina."Kan ada Haris, kamu minta tolong lah sama dia, minta ajarin biar nggak takut lihat hantu," ucap Rossa."Aku nggak kuat, aku mau minta tutup penglihatan aku aja deh pas diruqyah nanti," ucap Alina."Ya udah, kamu banyak berdoa aja sama belajar Al quran sama Haris tuh, aku juga nanti mau belajar baca tulis Al quran juga pas di sana." "Ya udah, pokoknya cepet sampai sini, ya. Aku tungguin kamu banget, nih," ucap Alina lalu ia menutup sambungan teleponnya dengan Rossa.Ia kembali melihat sosok gadis berwajah rusak dan bersimbah darah kembali mengintip di tempat yang sama sampai m
"Kalau menurutku harusnya ada sih, Ndah. Tapinya pakai bahan cd kamu, mau?" goda Alina."Ah, Alina mah ... kan aku cuma nanya, cuma nawar juga, kali aja boleh ditawar gitu hehehe, yang lima puluh ribu, deh," pinta Indah"Nggak ada, Ndah, udah ini aja sih, tenang aja aku yang beliin, kan." Alina mengambil tas rajut berwarna hijau itu yang kebetulan pas sekali karena stok tas itu tinggal dua buah."Kalau itu sih ya saya mau, hehehe. Tapi nanti ditotal nggak sama semua yang kamu beliin buat saya tadi?" tanya Indah mulai takut."Coba lihat wajah aku baik-baik, ada gitu tampang ku itu kayak debt collector atau rentenir?" tanya Alina mulai menunjukkan dengan nada kesal pada Indah."Hehehe, nggak ada, Lin, nggak ada. Malahan wajah kamu mah kayak bidadari yang jatuh dari surga, tapi … pas jatuh sempet kepleset hihihi," sahut Indah.Alina memandang Indah dengan tatapan sinis sampai membuat Indah tertunduk malu. "Sinis
Malam itu, Alina sudah bersiap untuk melakukan pembersihan tubuhnya dari jin jahat yang dikirim untuk memusnahkan seluruh anggota keluarganya. Sayangnya, Pak Kiai harus bergegas ke desa di kota sebelah karena ada yang membutuhkan bantuannya segera. Kepergian pemilik pesantren itu memakan waktu sekitar tiga hari."Nggak apa-apa kan, Lin?" tanya Haris yang malam itu menemaninya bersama Indah dan santri lainnya."Nggak apa-apa, aku masih kuat kok. Doain aja nggak akan terjadi apa-apa di sekitarku," ucap Alina."Mudah-mudahan sih enggak ada apa-apa, toh buktinya kamu udah terbiasa sama dering ponsel.""Iya bener. Semua ini berkat Kak Indra." Alina menunjukkan ponselnya ke hadapan Haris. Di sudut samping kamar para santriwati, Marisa memperhatikan kedekatan Haris dan Alina dengan tatapan sinis."Aku ngantuk nih, balik aja yuk!" ajak Indah.Alina lantas bangkit dan pamit pada Haris. Namun, sandal yang ia pakai tak sengaja men
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka