Syl baru saja membuka matanya saat dia merasakan bahwa sekitarnya terlalu ribut. Dia ingin memarahi orang-orang ini sebelum akhirnya mengingat bahwa dia sekarang berada di asrama, bukan berada di kamar pribadinya. Syl duduk sebentar sebelum akhirnya memilih untuk menuangkan air putih ke gelasnya. Ini adalah hal-hal rutin yang dia lakukan setelah bangun tidur. Minum air putih dua gelas sebelum cuci muka dan sikat gigi.
"Syl sudah bangun?" tanya seorang wanita paruh baya yang ranjangnya terletak di depannya. Syl ingat bahwa nama wanita paruh baya ini adalah Mak Nem.
"Sudah, Mak. Biasanya aku juga sholat subuh lebih awal. Cuma hari ini bener-benar capek. Ngomong-ngomong, kita sholatnya di mana ya?" tanya Syl sambil melihat sekeliling. Tidak ada tempat yang bisa untuk sholat di dalam kamar asrama ini.
"Kita sholatnya di Masjid. Masjid ada di antara asrama cowok sama cewek. Mak, biar Dewi saja yang nganterin," ucap seorang cewek yang ranjangnya tepat di samping Syl.
"Baiklah. Dewi hari ini dapat jatah cuti. Nanti kalau Syl mau ke mana-mana, bilang aja sama Dewi," ucap Mak Nem.
Mak Nem di asrama ini bukanlah yang paling tua. Yang tertua di sini adalah Mbah Yah. Dia kerja di bagian dapur sama seperti Mak Nem. Dua orang itu sudah bisa dianggap sesepuh oleh seisi asrama tiga. Tempat di mana Syl akan menghabiskan waktu tidurnya. Sedangkan Wulan, dia berada di asrama lima yang terletak di lantai atas.
"Ayo, Syl."
Sylvhy mengangguk singkat sebelum akhirnya mengambil dompet isi peralatan mandinya. Dia juga tidak lupa untuk membawa mukena. Dari penjelasan Ibu Mess, setiap anak akan mendapatkan satu loker di setiap ruang umum. Contoh seperti di Masjid atau di kamar mandi. Jadi, mereka tidak harus membawa peralatan itu setiap hari.
"Ini tempat wudlu sekaligus tempat cuci muka. Ruangan itu adalah toilet. Nah, kamu maju terus ke arah sana sampai pojok. Di sana kita mandi sama-sama," ucap Dewi sambil menunjuk beberapa ruangan.
Syl hanya mengangguk sambil menggambar peta di otaknya. Dia harus menghapal tempat-tempat ini agar tidak kesasar. Kilang ini benar-benar tidak seperti pikiran Syl. Ini lebih besar dan luas dari yang gadis itu bayangkan. Setelah cuci muka, sikat gigi, dan Wudlu, mereka berdua berjalan bersama menuju ke mushola. Sebelum itu, Dewi mengantar Syl ke loker yang ada di samping toilet. Di sini, semua pegawai menyimpan alat mandi mereka. Dengan kunci yang sudah diberikan Ibu Mess, Syl akhirnya menemukan lokernya sendiri.
"Besok, waktu kamu dapat cuti, kamu harus duplikat kunci-kunci itu. Jadi kalau hilang kamu gak akan susah," ucap Dewi. Gadis ini benar-benar menganggap Syl sebagai adiknya. Yah, umur Dewi memang dua tahun lebih tua dari pada Syl. Jadi, wajar saja jika Dewi bersikap seperti seorang Kakak.
"Kak Dewi nanti keluar, kan? Aku titip aja deh," ucao Syl sambil tersenyum manis.
Syl tidak menyadari bahwa sifat manjanya yang disengaja ini membuat beberapa orang di sekitar mereka blank. Ya, Syl dan Dewi saat ini sudah dekat dengan Masjid. Jadi, sudah ada beberapa lelaki yang berniat untuk melakukan sholat subuh yang begitu telat.
"Dew, gak mau ngenalin adeknya sama kami?"
"Dew, dia seasrama sama kamu?"
"Dew, punya temen kayak peri begitu jangan di simpen aja!"
Dewi hanya bisa menendang para lelaki yang sangat berisik di sekitarnya. Ini benar-benar seperti para lebah yang melihat bunga yang indah. Namun, Dewi juga mengakui bahwa Syl cantiknya keterlaluan. Jadi, tidak heran kalau cowok-cowok di sini pada ribut seperti ini.
"Jangan malu-maluin ngapa? Syl malu sial kalau lihat kalian begini!" sungut Dewi.
Para lelaki yang berada di sekeliling Dewi hanya tertawa. Mereka memang sudah akrab dengan diva paling tomboy dari asrama karyawan putri. Mereka hanya tidak percaya bahwa Dewi bisa sedekat ini dengan Syl. Mereka benar-benar melihat bahwa Dewi ini sepertinya sangat menjaga Syl.
"Dew, kamu gak takut Dayat kesemsem sama anak baru itu? Lihat, mereka semua aja bertingkah seperti ini."
Sebuah suara sinis terdengar saat Dewi sedang asyik mengobrol dengan para bujangan. Saat Dewi melihat ke arah asal suara itu, dia tahu bahwa itu adalah Mun. Salah satu gadis terpopuler karena pengejaran cintanya selama dua tahun ke June, salah satu idola di antara karyawan wanita. June ini berada di genk yang sama dengan orang-orang hits. Dia juga cukup lama bekerja di sini.
"Kenapa harus takut? Jika Dayat emang begitu ya udah, lepasin aja. Aku bukan tipe orang yang bakalan ngejar-ngejar orang," ucao Dewi dengan sinis.
Mun yang mendengar apa yang diucapkan Dewi hanya bisa memerah. Dia tahu maksud dari ucapan Dewi. Dia hanya tidak menyangka bahwa Dewi akan mengucapkan hal ini. Sama sekali tidak mempertimbangkan wajahnya. Sebelum Mun bisa menjawab, sebuah suara terdengar dari belakang Dewi
"Kak Dewi!"
Saat ini, Syl sedang berjalan ke arah Dewi. Di sampingnya ada seorang lelaki yang cukup tampan. Mereka berdua terlihat sangat akrab. Dan Mun tahu siapa lelaki itu. Yah, Mun bukan hanya tahu, dia juga sangat hapal dengan cara berjalannya. Karena lelaki itu adalah June. Orang yang dikejar Mun hampir dua tahun lamanya.
"Sudah?" tanya Dewi.
"Iya sudah. Maaf lama ya," ucap Syl sambil memberikan tatapan permintaan maaf. Dia benar-benar mirip seorang kucing yang menggemaskan. Jika ini berada di dalam anime, laki-laki yang tadi mengelilingi Dewi pasti sudah akan mimisan.
"Gakpapa. Kamu lapar? Dari sini mau ke kantin? Kamu udah ketemu lokernya?"
Syl akhirnya tersenyum saat melihat bahwa Dewi tidak marah dengannya. Sebenarnya, Syl sudah selesai sholat dari tadi, hanya saja dia tidak bisa menemukan lokernya yang berada di Masjid. Jadi akhirnya dia hanya bisa kebingungan di sana. Untungnya June datang dan membantunya untuk mencari loker itu.
"Sudah ketemu lokernya. Untungnya ada Bang June yang bantu. Kalau enggak, aku kayaknya baru ketemu nanti pas Sholat Dhuha."
Jawaban Syl membuat semua laki-laki yang ada di sekitar Dewi menatap June dengan tidak bersahabat. Menurut mereka, June benar-benar sudah mencuri start dari mereka. Jika mereka tahu bahwa Syl tidak dapat mencari loker, mereka pasti akan menunggunya di ruang loker. Sayangnya, kesempatan ini malah jatuh ke tangan orang seperti June.
Siapa sih June itu? Semua orang yang kerja di kilang Cairnfield tahu tentang urutan lelaki terganteng ataupun wanita tercantik. Dan June ini berada di urutan nomer tiga. Sedangkan urutan nomer pertama adalah Andera. Mereka berdua berada di satu genk yang sama. Dan bekerja di Line yang sama juga. Andera, June, dan Faiz bisa disebut segitiga setan di line mesin. Meskipun Faiz hanya di urutan ke empat dan sudah menikah, tapi pesonanya benar-benar masih sangat kuat. Sedangkan urutan kedua adalah Tantowi—semua orang menyebutnya Anto. Dia salah satu mekanik handal yang dimiliki kilang ini.
"Ya udah kita sarapan aja sebelum balik ke asrama ya," ajak Dewi.
Syl hanya mengangguk setuju dan memeluk tangan Dewi dengan hangat. Dia senang bahwa ada orang yang bisa menerimanya sebaik Dewi. Sebenarnya, Syl benar-benar tidak yakin apakah dia punya teman atau tidak. Semua temannya selalu menjauh dari dirinya karena alasan yang tidak masuk akal. Dia terlalu cantik. Lalu, saat bertemu dengan Wulan yang polos, Syl berharap mereka bisa menjadi teman. Sayangnya, mereka betul-betul tidak satu kamar asrama. Jadi Syl takut bahwa dia akan kembali sendirian lagi.
"Kamu ngapain ngikutin kita?"
Suara Dewi yang terkesan galak membuat Syl kembali dari lamunannya. Dia bisa melihat Dewi sedang melotot ke arah June yang sedang berjalan santai di samping Syl. Namun, sikap santainya itu benar-benar membuat Dewi marah.
"Mau sarapanlah. Kamu gak mau sarapan sama Dayat?" tanya June sambil tersenyum mengejek.
"Sarapan sama Dayatlah. Kita sarapan bertiga!"
"Mau bikin Syl jadi obat nyamuk?"
"Trus apa hubungannya sama kamu?!"
Syl hanya bisa menghela napas saat melihat ke dua orang ini ribut. Meskipun suara mereka tidak sekeras itu, tapi Syl masih bisa merasakan tatapan orang-orang tertuju pada mereka. Namun, Syl sebenarnya tidak tahu. Tatapan itu bukan karena Dewi dan June ribut, tapi karena sebuah adegan di mana June mau berjalan berdampingan selain dengan teman-teman satu genknya.
"Kak Dewi, sudah ih. Nanti Bang Dayat nunggu lama," bisik Syl. Dia berharap bahwa Dewi mau mengalah kali ini.
Dewi melotot sebentar ke arah June sebelum akhirnya bertukar posisi dengan Syl. Ketika melihat perlakuan Dewi, June hanya bisa tertawa pelan. Dewi benar-benar tidak mau mengalah sedikitpun. Dia sangat tahu bahwa June tidak akan mau berdiri di sebelah Mun, jadi dia mengubah posisi mereka agar Dewi berada di sebelah June. Sedangkan Syl berada di tengah-tengah antara Dewi dan Mun.
"Kenapa lama, Dew?"
Saat rombongan itu masuk ke ruang kantin, mereka bisa melihat seorang lelaki dewasa berdiri di pintu. Dia sepertinya menunggu seseorang. Dan matanya bercahaya senang saat melihat Dewi mendekat. Dia bahkan tidak melirik ke arah Syl sedikitpun. Ini membuat Syl menghela napas dengan lega. Bukannya Syl kepedean atau apalah, tapi hal-hal seperti ini sudah sering terjadi. Syl hanya tidak ingin melihat Dewi dengan wajah seperti dikhianati.
"Ngurusin bujang-bujang yang ngejar-ngejar Syl. Padahal Syl baru semalem di sini, belum ada dua puluh empat jam, tapi tuh bujang udah kek lebah, berisik banget."
Dayat hanya tertawa ketika melihat Dewi bersungut-sungut. Dia juga mengakui bahwa Syl memang sangat cantik. Untungnya, dia sudah cinta mati dengan wanita yang menjadi pacarnya selama tiga tahun ini. Jadi, tanggapannya saat melihat Syl dari dekat tidak terlalu antusias seperti para jomblo-jomblo itu.
"Baiklah. Aku sudah ambil nasi dan sayur juga. Ayo makan sama-sama bertiga," ucap Dayat.
Sepertinya dia belum sadar bahwa ada June dan Mun di kelompok itu. Dan June, melihat bahwa Dayat melupakannya, dia hanya bisa menatap sekeliling dan menemukan genknya sedang asyik makan dan mengobrol.
"Syl, aku ke temen-temenku dulu. Kalau kamu ada waktu, gabung sama kita!"
Dewi melihat June yang tersenyum manis sambil melambaikan tangan itu. Dia tahu bahwa June juga tertarik dengan adik barunya ini. Hanya saja, sikapnya tidak seketara bujang-bujang lapuk lainnya. Jadi, Dewi tidak terlalu membatasi interaksi antara dengan June dan Syl. Namun, Dewi tidak tahu, ada dua pasang mata lagi dari dua sudut berbeda yang memperhatikan adik barunya itu dengan penasaran. Meski Dewi tidak tahu, tapi Dayat merasakan itu.
Syl baru saja kembali dari koperasi saat dia melihat Ibu Mess berada di asramanya. Dia tidak tahu apa yang dilakukan orang sibuk seperti Ibu Mess di asramanya. Saat Syl dan Dewi masuk asrama, Ibu Mess sedang asyik mengobrol dengan Mak Nem dan Mak Yah."Oh, Sisyl udah balik. Apa aja yang dibeli di koperasi?"Syl hanya bisa tersenyum saat mendengar nama panggilan yang dibuat oleh Mak Yah. Dia tidak mencoba untuk membetulkan panggilan itu. Yah, Syl merasa bahwa itu adalah panggilan kesayangan dari nenek barunya."Cuma beberapa cemilan sama rinso gitu. Mak Nem sama Mak Yah lagi break ya? Ibu Mess juga ada di sini," ucap Syl dengan senyum lebar. Dia juga berjalan di belakang Dewi untuk menjabat tangan tiga wanita yang lebih tua itu."Ibu Mess di sini mau ketemu kamu. Dia mau tanya apa bener kamu S1 teknik dan S1 management?" tanya Mak Nem mewakili Ibu Mess yang hanya tersenyum di posisinya."Syl memang sarjana management tapi Syl baru kuliah empat semester u
Pagi menyapa dengan sangat cepat. Hari ini adalah hari pertama Syl kerja di kilang plywood ini. Rasanya gugup juga karena Syl tidak terbiasa di tempat yang sedemikian berdebu seperti ini. Syl sudah bangun pagi-pagi sekali bahkan mendahului Mak Nem. Apalagi Dewi yang setiap hari selalu bangun mepet waktu."Weh, rajin amat!"Syl menoleh dan melihat ke arah Dewi yang berantakan. Dia terkekeh sejenak sebelum melanjutkan untuk menggunakan cream pelembab kulitnya. Dia menggunakan ini agar kulitnya tidak gatal-gatal meskipun terkena debu dari triplek. Syl juga berencana untuk menggunakan suncream. Meskipun dja tahu bahwa dia tidak bekerja di bawah sinar matahari."Sarapan gak?" tanya Dewi.Gadis satu ini benar-benar mandi dengan sangat cepat. Apalagi dia juga berpakaian dengan sangat cepat. Bisa dibilang bahwa Dewi melakukan aktifitas paginya hanya lima belas menit. Namun, Syl bisa mengakui bahwa Dewi terlihat rapih meskipun bangun paling akhir."Aku sarapan r
Syl menatap sekelilingnya dengan kebencian. Apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh gadis-gadis ini? Sudah tiga hari dia kerja di sini dan repair miliknya juga sudah memenuhi standar, mengapa mereka masih mencoba memojokkannya? Apakah ini semacam peloncoan bagi anak baru?"Itu masih ada bolong di sudut segitiga atasnya."Suara yang sangat sinis itu membuat Syl akhirnya ditarik kembali dari alam kemarahan. Dia tidak bisa untuk begitu saja marah tanpa alasan yang jelas. Jika seperti ini, orang yang akan palijg bersalah adalah Syl. Jadi, Syl memutuskan untuk tetap diam. Dia ingin melihat apa lagi yang akan mereka lakukan."Makanya kerja jangan mojok aja. Repair kayak gini aja gak pernah bisa. Baru dateng aja udah kegatelan deketin semua cowok. Mana nemplok banget sama June dan Anto!"Syl melirik sumber suara yang memfitnahnya itu. Dan setelah mengetahui sumbernya, Syl tertawa pelan tanpa bisa dicegah. Hal ini benar-benae membuat semua orang merasa aneh. Biasanya
Mak Nem hanya bisa menghela napas saat melihat kaki Syl yang dibalut. Untungnya, kakinya hanya terkilir. Bila kakinya retak, akan lama untuk sembuh. Bukannya, Mak Nem enggan untuk mengurus Syl, hanya saja Syl baru saja masuk kerja belum genap seminggu. Dan dia sudah harus absen selama seminggu juga."Apakah kakimu masih sakit?" tanya Mak Nem.Ini sudah hari ketiga sejak Syl kembali ke asrama dengan digendong oleh Andera. Mak Nem mengenal dengan betul bagaimana sifat asli Andera. Meski anak lelaki itu selalu bersifat dingin dan sepertinya enggan berhubungan dengan orang lain, dia tetap akan sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua. Menurut Mak Nem, Andera bisa dibilang anak yang lebih ramah dan sopan dari pada June. Sang Casanova yang terkenal welcome dengan siapa saja."Sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Mungkin pas hari kelima udah bisa ngambil nasi sendiri," gurau Syl.Mak Nem hanya bisa menepuk pundak Syl dengan gemas. Menurut Mak Nem, Syl adalah gadis y
Tanto berjalan tergesa ke arah kantin saat dia ingat bahwa Syl tertatih-tatih ke arah sana sepuluh menit yang lalu. Saat dia melihatnya, Tanto baru saja berniat untuk mandi. Jadi, dia tidak bisa mengejarnya begitu saja. Hal inilah yang membuat Tanto ingin memaki dirinya sendiri. Andai Tanto mandi lebih awal, dia pasti akan bisa segera mengejar gadis itu."Mau ke mana?" tanya salah satu teman sekamar Tanto."Kantin!"Tanto sama sekali tidak berniat menunggu temannya itu. Dia melihat ke arah jam tangannya. Sial! Para bujang lapuk shift malam pasti sudah sampai di security gate. Jika mereka tahu Syl sarapan sendirian, Tanto bisa melihat apa yang akan mereka lakukan. Hal ini membuat Tanto merasa tidak nyaman. Apalagi Dewi bilang bahwa Syl tidak suka ditatap seperti itu. Makanya, selama ini Tanto berusaha untuk memandangnya dengan biasa saja. Hanya dia yang tahu bagaimana jantungnya berdetak setiap saat."Syl di kantin sama Andera!""Gila, Andera yang alergi
Hari pertama Syl masuk kerja bisa dibilang adalah hari sial. Syl benar-benar tidak habis pikir bahwa rekan kerjanya akan menjadi orang yang sepicik ini. Tidak tahu apa yang menjadi alasan mereka, tapi mereka menjadi semakin sering untuk membuat masalah. Contohnya seperti saat ini, Syl sedang repair core 2.9. Core ini sudah diberi perintah agar repairnya sedikit lebih rapih. Kalau bisa di-repair sesedikit mungkin. Jadi, Ina dan Syl hanya bisa untuk memilih dan memilah core. Ina berpikir bahwa dia harus mengasingkan terlebih dahulu core dengan mata kayu ataupun lapuk terlalu banyak. Seharusnya, Syl bisa bekerja lebih santai. Hanya saja, selalu ada saja yang menimpanya."Kenapa kamu menabrakku begitu?"Syl memandang ke arah salah satu rekan kerjanya yang sepertinya berniat numpang lewat. Namun, entah mengapa dia malah seperti mendorong Syl. Dan itu menyebabkan air di dalam kaleng akhirnya tumpah di atas core. Menyebabkan setumpuk tinggi core menjadi kembali basah. Ina yang
Syl memandang seorang Kakak Perempuan yang memakai seragam yang beda dari miliknya. Kakak perempuan itu tersenyum lembut sebelum memeriksa jatuhan core yang begitu lebar-lebar. Andera yang tukar mesin dengan Faiz juga berada di samping Kakak Perempuan itu. Sedangkan Faiz terlihat berjalan mendekat ke arah mereka. Andera yang melihat Faiz datang hanya bisa menghela napas gusar sebelum kembali ke mesinnya sendiri."Yah, merajuk," ucap Faiz sambil terkekeh. "Syl, ini Kak Maria. Kalau ada bahan besar-besar begini jatuh banyak, kamu panggil kakak ini. Jangan diem aja. Atau lapor ke aku biar aku yang jalan-jalan."Syl mengangguk dan tersenyum ke arah Maria. Dia melihat bahwa Maria tidak sama seperti anak-anak di bagian repair. Maria memiliki wajah yang menyejukkan. Senyumnya sangat manis, apalagi saat perempuan ini sedang terkekeh."And merajuk?" tanya Maria. Tangannya masih mengukur ketebalan core di setiap sisi."Iya. Padahal bahannya bagus."Maria terkekeh
Andera menatap sejenak ke punggung penyampah barunya. Saat ini, dia melihat ke arah Syl yang sedang duduk di besi penyangga ban berjalan. Sesekali dia juga berbicara dengan Bang Rahman, operator yang menjaga mesin pencacah sampah. Bang Rahman sendiri terbilang damah. Dia juga sudah memiliki seorang istri seperti Faiz. Dan sifatnya yang super membuatnya bisa dekat dengan siapapun. Andera juga bisa melihat Syl dengan nyaman mengobrol dengannya."Gimana kerja di sini?"Andera bisa dengan samar-samar mendengar percakapan dari mereka berdua. Dia juga tahu bahwa sebenarnya Syl tertipu oleh agent yang membawanya. Dan Syl gak berani untuk pulang karena takut untuk ditertawakan oleh ibunya. Andera tahu bahwa Syl pergi ke sini karena tidak ada tempat untuk kembali. Dan ini benar-benar sangat nekad. Andaikan Syl bertemu dangan pabrik yang buruk, dia akan sangat sengsara."Syl, naik ke sini!"Setelah Bang Rahman sibuk dengan mesin pencacah sampahnya, Andera akhirnya
Kehidupan Syl kembali seperti biasanya setelah dirinya merasa banyak orang mengamatinya. Meskipun begitu, Syl tidak benar-benar merasa dirinya terbebas. Akan aneh bila semua orang akan berubah begitu cepat. Dan kini, Syl mulai merasa bahwa Dewi mulai mencurigakan. Dia selalu berharap bahwa Dewi bukanlah bagian dari orang-orang itu. Syl benar-benar akan merasa tidak terima bila orang terdekatnya melakukan hal seperti itu."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Maria.Saat ini, Syl dan Maria berada di shift malam. Ini sudah keputusan yang dibuat Pak Restu. Semua karyawan akan merasakan perputaran shift kecuali anak-anak office atas. Itu tidak termasuk dengan mixer. Jadi, mau tidak mau semua orang yang terbiasa dengan satu shift, harus beradaptasi dengan peraturan baru."Tidak apa-apa. Hanya merasa ada sesuatu yang aneh," kekeh Syl.Maria mengangguk dengan paham. Beberapa hari yang lalu, semua orang memandang Syl dengan tatapan seolah ingin tahu. Terutama anak-anak
Syl menatap sekeliling dengan santai. Dia melihat bahwa beberapa anak repair core terlihat sedang mengamatinya. Namun, cara mereka mengamati dirinya tidak sama seperti biasanya. Seperti ada tatapan menyelediki dan ingin menguliti kepalanya begitu saja. Apalagi saat melihat ke arah dadanya tempat kalung liontin miliknya tersembunyi di balik baju kemejanya."Banyak masang cctv ternyata," kekeh Syl.Dengan santai dia berjalan ke arah area mesin. Sama sekali tidak memikirkan tatapan dari orang-orang itu. Sesampainya di area mesin, Syl dapat melihat Maria yang sepertinya agak kerepotan. Seperti yang dikatakan dalam meeting—setelah masalah kebocoran pada pipa mixer—akan ada bahan baru yang disebut unyil. Selain itu, ada juga bahan 2.1 yang akan keluar. Mesin empat milik Hari dan mesin sembilan milik Andera menjadi tempat bahan 2.1. Untungnya, Maria mengalah untuk tetap berada di area 2.5, meskipun bahan 2.1 ini tetap dia yang akan mengamati."Apakah aku te
Syl berdiri di bagian paling ujung meja panjang di seberang tempak Pak Restu duduk. Mukanya terlihat sangat tenang. Sebagai seorang yang terlatih di bawah asuhan Papanya, Syl bukanlah gadis lemah yang bisa ditekan dengan diam seperti ini. Malahan, Syl akan menunggu sampai kapan mereka akan berbicara. Dia juga sudah terbiasa berdiri lama, jadi ini tidak akan membuat kakinya sakit ataupun pingsan. Pak Restu yang melihat keteguhan di wajah Syl hanya bisa menyerngitkan keningnya. Dia tidak menyangka bahwa Syl akan setegar ini melihat dirinya diam. Bila itu karyawan lain, mereka pasti sudah bergetar ketakutan."Apa kamu tahu mengapa kamu dipanggil ke sini?" tanya Pak Restu. Dia sudah tidak tahan melihat sikap tenang dan cuek dari Syl. Apalagi melihat tatapan kagum dari Win yang duduk tepat di sebelahnya."Tidak," jawab Syl singkat. Pak Restu kembali menyerngitkan keningnya. Bahkan Syl tidak bertanya tentang keperluan apa sehingga dirinya masih tertahan di sini. Apakah dia b
Syl menatap ke arah lemari yang berada di ranjangnya. Dia melihat bahwa ada sesuatu yang janggal dengan lemari itu. Untungnya saja tidak akan ada yang bisa membukanya. Ini adalah kunci yang secara khusu dia bawa. Dan memang menghindari jika ada sesuatu yang mencurigainya. Atau seseorang berniat tidak baik seperti mencoba mencuri. Dan sepertinya, saat ini ada seseorang yang mencoba main-main dengannya."Bodoh," gumam Syl dengan pelan. Dia menatap sekeliling dan merasa tidak ada yang berubah."Benar-benar hanya lemari ya?" kekeh Syl.Syl menatap sekeliling sebelum dia mengambil laptopnya yang ada di meja. Dengan cekatan, tangannya mengetik beberapa huruf di keyboardnya. Dan layar destop yang seperti biasa berubah secara bertahap. Warna biru dan putih Bunga Hyacinth berubah menjadi warna merah darah yang perlahan-lahan memekat. Dan kemudian berubah menjadi hitam pekat dengan tulisan berwarna putih. Di sana terlihat sebuah website yang sepertinya berbeda dengan webs
Imam menatap ke wilayah yang oleh para karyawan disebut dengan halaman atas. Sudah cukup lama bagi Imam untuk menginjakkan kaki di sini. Mungkin ada sekitar lima tahunan atau malah lebih? Imam tidak tahu pasti. Dia berada di sini karena hasil diskusi yang dia dan dua orang itu—Andera dan Faiz."Imam, kamu kenapa kamu ke sini?"Imam menoleh dan melihat bahwa Pak Restu—yang mengenakan sarung—terlihat di persimpangan jalan. Sepertinya Pak Restu baru saja seluar dari Masjid yang terlihat tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Imam hanya tersenyum dan menanggapi pertanyaan Pak Restu dengan sederhana. Memang, Faiz sudah mengatakan bahwa jangan ada siapapun yang tahu tentang rencana ini. Apalagi sebelum Pak Win membuat keputusan akan ikut campur atau tidak. Jika Pak Win tidak ingin ikut campur, mereka bertiga akan mencari jalan lain. Ini adalah pilihan terbaik yang bisa diputuskan oleh Faiz—yang tertua dari ke tiga orang itu. Dan juga, Faiz memiliki pe
Andera saat ini termenung di dekat pagar pembatas balkon. Messnya yang memang terletak di lantai dua membuatnya bisa dengan mudah mengamati aktifitas beberapa orang di lantai bawah. Apalagi melihat aktifitas di depan mess milik Syl. Entah angin apa, posisinya sekarang mengingatkannya tentang seorang gadis yang telah lama pergi. Dia pergi dengan membawa separuh hati dan jiwanya. Namun sekarang, Andera merasa sedikit bingung. Apakah gadis itu merelakan hatinya kembali karena akan ada gadis lain yang mirip dengannya? Sebenarnya, Andera tidak ingin terlihat jahat kepada Syl. Jika Syl tahu bahwa dirinya mendekati Syl karena kemiripannya dengan gadis lain, apakah Syl akan memakinya? Mengingat bagaimana dia memaki Heri dengan sangat kejam membuat Andera sedikit bergidik."Masih tidak yakin dengan dengan hatimu sendiri?"Andera menoleh setelah mendengar pertanyaan itu. Faiz sudah beberapa bulan ini sering mengunjungi mess putra lajang. Dia kadang hanya akan bermain kartu denga
Hari ini benar-benar lelah, tapi Syl sangat senang karena mendapatkan beberapa ilmu. Syl pulang ke mess bersama staff QC perempuan lainnya. Sebenarnya, Syl ing pulang bareng Imam dan menanyakan beberapa hal tentang kejadian tadi. Sayangany, Imam harus menemui Pak Win terlebih dahulu karena ada yang harus mereka obrolkan. Kalau kata Nonik ini semua berhubungan dengan mixer. Kecuali Imam dan Eka, yang lain bisa dibilang masih newbie."Syl!"Semua orang yang pulang balik dengan Syl menoleh. Dan mereka bisa melihat Tanto yang sedang tersenyum ramah. Karena Syl harus menunggu Tanto mendekat, teman-teman lainnya pulang terlebih dahulu. Lagipula, mereka sama sekali tidak mau menjadi obat nyamuk untuk dua orang itu."Bang Tanto dari mana aja? Beberapa minggu ini enggak kelihatan," ujar Syl berbasa-basi.Tanto yang mendengar pertanyaan Syl tersenyum bahagia. Bagaimanapun juga, Tanto tidak berharap bahwa Syl akan menanyakannya. Karena bagi Tanto, Syl sudah tahu dar
Syl sesekali menatap ke arah Imam yang berada tepat di seberang. Mereka dipisahkan oleh jalan seluas lima meter dan kadang, lori pembawa bahan menuju ke arah repair menghalangi pandangannya. Meskipun begitu, Syl masih dengan sangat senang melihat ke arah Imam yang sedang mengukur dengan sangat serius."Banyak sekali yang bilang dia itu jelmaan Dewa Perang. Kalau begitu, Andera bisa dibilang jelmaa Dewa Pembantai? Entah dari mana orang-orang ini memilih kata kiasan," gumam Syl.Syl masih sibuk dengan pemikirannya ketika sebuah tepukan membuatnya menoleh. Dia bisa melihat seorang operator yang dikenal dengan nama panggilan Heri atau Hari. Syl tidak begitu ingat karena dia juga tidak terlalu akrab. Biasanya, Maria yang akan selalu berada di area 2.5. Sedangkan Syl berada di area 3.3. Syl bukan seperti Maria yang akan akrab dengan semua operator dengan baik. Jadi jangan salahkan Syl jika tidak mengingat mereka dengan baik."Ada apa, Bang?" tanya Syl dengan ramah.
Perjalanan tur hari ini benar-benar berakhir dengan sangat menyenangkan. Wajah lurus Andera sudah sedikit mengendur. Dan aura suram menakutkan di sekitar Imam juga sedikit mereda. Jika ada orang yang mengenal mereka sekarang, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang itu akan terkejut. Apalagi saat ada sedikit senyum di wajah ke dua cowok itu."Harusnya kalian gak perlu taruhan soal lempar bola itu. Akhirnya gak ada yang menang atau kalah. Dan aku malah dapet dua boneka besar banget. Susah bawa dari gerbang depan ke mess," rengek Syl.Meskipun merengek, Syl masih tersenyum sangat lebar. Dia senang hari ini. Imam dan Andera membawa dirinya ke beberapa tempat yang mengesankan. Bahkan beberapa dari tempat itu tertulis dalam surat yang pernah dia terima. Membuat Syl merasa perjalanan jni benar-benar tidak sia-sia. Selain itu, Syl juga bisa melihat sisi kekanak-kanakan Andera yang langka. Apalagi saat Syl melihat Andera dan Imam berebut satu-satunya es krim rasa mangga yang t