Mak Nem hanya bisa menghela napas saat melihat kaki Syl yang dibalut. Untungnya, kakinya hanya terkilir. Bila kakinya retak, akan lama untuk sembuh. Bukannya, Mak Nem enggan untuk mengurus Syl, hanya saja Syl baru saja masuk kerja belum genap seminggu. Dan dia sudah harus absen selama seminggu juga.
"Apakah kakimu masih sakit?" tanya Mak Nem.
Ini sudah hari ketiga sejak Syl kembali ke asrama dengan digendong oleh Andera. Mak Nem mengenal dengan betul bagaimana sifat asli Andera. Meski anak lelaki itu selalu bersifat dingin dan sepertinya enggan berhubungan dengan orang lain, dia tetap akan sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua. Menurut Mak Nem, Andera bisa dibilang anak yang lebih ramah dan sopan dari pada June. Sang Casanova yang terkenal welcome dengan siapa saja.
"Sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Mungkin pas hari kelima udah bisa ngambil nasi sendiri," gurau Syl.
Mak Nem hanya bisa menepuk pundak Syl dengan gemas. Menurut Mak Nem, Syl adalah gadis yang cukup riang. Hanya saja, pesona yang dimiliki Syl benar-benqr membuat canggung orang di sisinya. Mungkin, hanya Dewi yang bisa berjalan dengan santai di sisinya. Andai semua orang berpikir seperti Dewi, maka mungkin Syl tidak perlu menyendiri seperti ini.
"Syl, makan siang sudah datang!"
Mak Nem memandang ke arah pintu. Dia bisa melihat Dewi yang masih menggunakan seragam kerja. Sekarang, dia sedang sibuk membuka sepatunya. Memberikan tempat makan yang ada di tangannya ke Mak Nem yang mendekat. Lalu, pergi ke toilet untuk cuci kaki dan tangan. Jika dia tidak melakukan itu, Mak Nem akan memukulnya.
"Kak Dewi pasti cukup capek untuk setiap hari bawain makan kayak gini," ucap Syl dengan sedih. Dia senang bahwa ada orang yang tulus untuk bersahabat dengannya. Namun, dia tidak ingin terlihat seperti dia memanfaatkannya.
"Tidak apa-apa. Dewi selalu memandangmu sebagai adiknya. Dia memang seperti ini. Yah, Dewi pernah bercerita bahwa dia menginginkan seorang adik. Dan akhirnya bisa dia wujudkan dengan memanjakanmu," ucap Mak Nem sambil tersenyum tulus.
Syl terkekeh pelan sebelum akhirnya mengangguk. Dia membuka tempat makan yang dibawa oleh Dewi. San seperti biasa, dia bisa melihat lauk, sayur, dan nasi yang berlebihan. Apalagi sepertinya beberapa dari lauk ini bukan menu makan siang di sini.
"Aku makan nunggu Kak Dewi balik aja. Pasti Bang Dayat juga gak makan di makan di kantin dalam, kan?" tanya Syp kepada Mak Nem. Mak Nem hanya mengangguk tidak yakin.
Menurut Mak Nem, Dayat itu tipe yang cinta mati dengan Dewi. Dia akan melakukan apa saja yang diminta oleh gadis itu. Jika Dewi tidak dekat dengan Syl, Dayat pasti akan memilih menjayh. Untungnya, tiga orang ini benar-benar hidup dengan rukun. Syl juga sepertinta tidak ada rasa yang berlebihan untuk Dayat. Mak Nem tahu tentang ini. Yang membuat Mak Nem bersyukur adalah Dayat yang tidak seperti lelaki lainnya.
"Kamu belom makan?"
Dewi dengan wajah yang masih basah masuk ke dalam asrama. Sebelum Mak Nem memarahinya, Dewi sudah dengan secepat kilat menuju ranjangnya. Mengambil handuk dan mengelap sisa air yang masih ada di muka dan tangannya.
"Ayo makan sama-sama. Lihatnya seberapa banyaknya makanan ini," ajak Syl sambil menatap kotak makan tiga tingkat milik Dewi.
"Kamu tidak tahu betapa susahnya aku mencari itu," sungut Dewi.
"Terima kasih, Kakakku," balas Syl sambil bersikap manja. Andai saja kakinya tidak sakit, Syl pasti sudah berlari untuk memeluk Dewi.
"Yah, kamu memang harus tahu tentang ini. Makanan ini dari tiga orang. Sebenarnya ada yang lain yang bermiat untuk memberi juga, tapi aku tolak. Tiga orang ini benar-benar susah untuk ditolak," sungut Dewi.
"Tiga orang?"
Syl menatap Dewi dengan bingung. Apalagi saat dia melihat ke arah Mak Nem yang sepertinya menghela napas dengan lelah. Sepertinya Mak Nem sudah tahu siapa tiga orang yang akan disebutkan oleh Dewi. Pamor tiga orang ini sepertinya tidak akan bisa ditahan oleh Syl. Makanya, Mak Nem dan Dewi memilih untuk diam.
"Kenapa Mak Nem dan Kakak tiba-tiba pucat?"
Syl menatap ke dua orang itu dengan bingung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Kamu gak paham?"
Syl kembali bingung dan menggelengkan kepala dengan tanpa daya. Melihat tatapan bingung dan polos itu, Mak Nem tidak bisa membantu tetapi merasa lega. Andai itu wanita lain yang memiliki wajah dan pesona seperti Syl, Mak Nem sudah bisa memastikan bahwa akan ada pertikaian di antara karyawan laki-laki yang sudah dianggap anak oleh Mak Nem.
"Kenapa kalian begitu susah untuk memberitahunya? Lihatlag wajah cucu baruku ini. Benar-benar kebingungan."
Suara Mak Yah membuat mereka bertiga memandang ke arah pintu. Wanita tua yang sudah seperti nenek bagi setiap karyawan itu berdiri dengan bertolak pinggang di depan pintu. Mak Yah kemudian menggelengkan kepala sebelum melangkah ke arah Syl dan Dewi. Mengelus dengan lembut puncak kepala milik dua anak perempuan yang beranjak dewasa itu.
"Apa yang memnuat kaliam begitu susah untuk memberitahunya?" tanya Mak Yah. "Yah, aku juga tahu apa yang kalian pikirkan," lanjut Mak Yah tanpa menunggu jawaban dari ke duanya.
"Baiklah, Syl. Kami mau mendengar setelah atau sebelum makan?" tanya Mak Yah kembali. Kali ini, dia menatap Syl dengan lembut.
"Setelah makan saja. Kak Dewi akan segera kembali ke kilang, kan?" tanya Syl.
Dewi mengangguk dengan setuju. Syl menerima piring dan sendok yang diulurkan Dewi. Mereka juga mengajak Mak Yah dan Mak Nem untuk ikut makan bersama. Sayangnya, dua orang tua yang mereka hormati itu menolak. Sementara Dewi dan Syl makan, Mak Yah memilih untuk sholat ke Masjid. Masih akan ada waktu setelah dia melakukan kewajibannya.
***
Mak Yah melihat Syl sedang bermain ponsel saat dia memasuki asrama. Dia juga tidak melihat Dewi di sana, sepertinya gadis itu sudah kembali bekerja. Memang, bell khusus untuk karyawan kilang akan berbunyi lima menit lagi. Itu berbeda dengan karyawan yang bekerja di bagian dapur atau koperasi.
"Dewi sudah balik?" tanya Mak Yah.
"Iya. Barusan aja pergi," jawab Syl sambil meletakkan ponselnya. Dia tahu bahwa berbicara dengan orang yang lebih tua tidak akan sopan jika dia sambil bermain ponsel.
"Baiklah. Kamu sudah bisa menebak dari siapa makanan itu?" tanya Mak Yah.
"Syl awalnya ngira ini dari Bang Dayat. Sepertinya bukan yah? Kalau tebakan Syl berikutnya entah mengapa Syl mengarah ke arah Bang June? Selain Bang Dayat dan Kak Dewi, Syl hanya dekat dengan Bang June. Lalu untuk dua orang lainnya, Syl gak bisa nebal sama sekali," jawab Syl sambil menggaruk kepala. Dia merasa bingung dan sesekali melirik kotak makan yang sudah dicuci oleh Dewi.
"Yah, salah satunya itu dari June. Sedangkan dua lainnya dari Anto dan Andera," ucap Mak Yah kemudian.
Syl hanya bisa melongo mendengar ucapan Mak Yah. Bahkan Syl menengok ke arah Mak Nem untuk mencari kebenaran dari ini. Dan Syl bisa melihat Mak Nem mengangguk. Itu artinya, Mak Yah tidak berbohong. Lagi pula, Mak Yah tidak akan berbohong tentang hal-hal seperti ini.
"Kenapa harus Anto dan Andera?" gumam Syl sambil mengelus keningnya dengan gusar.
Mak Yah yang melihat tingkah laku Syl hanya bisa tersenyum. Dia sudah tahu bagaimana perlakuan karyawati-karyawati saat di dalam kilang. Yah, memang banyak rumor yang beredar yang wanita tua itu dengar. Namun, dia memilih untuk tidak percaya. Kali ini, sepertinya dia semakin yakin bahwa rumor yang beredar itu tidak ada yang benar. Jika memang Syl seperti yang diceritakan oleh rumor, harusnya Syl akan memerah dan tersenyum dengan genit. Namun, dia malah terlihat agak jengkel.
"Kayaknya Syl nanti malam harus ngasih tahu Kak Dewi untuk menolak lauk ini lagi," gumam Syl lagi.
Mak Yah dan Mak Nem terkekeh pelan ketika melihat Syl bergidik ngeri. Inu benar-benar seperti Syl sedang melihat seekor kutu atau sejenisnya. Andai Tanto dan Andera tahu, bukankah mereka akan muntah darah? Belum pernah ada gadis yang menolak mereka seperti apa yang Syl lakukan kali ini. Mak Yah juga akhinya mengerti apa yang terjadi. Sepertinya bukan Syl yang keganjenan jika bertemu dengan ke tiga anak lelaki ini. Namun, ke tiganyalah yang tidak bisa menolak pesona Syl.
"Kalau kamu melakukan itu, kamu hanya akan membuat Dewi berada di posisi yang cukup canggung," ucap Mak Nem memperingatkan.
"Kenapa begitu?" tanya Syl dengan bingung.
"Karena tidak ada alasan bagi Dewi untuk menolak. Jika dia bilanv bahwa kamu tidak mau menerimanya lagi, bukankah Dewi akan memberitahu mereka bahwa kamu sudah tahu? Jika begini, semua orang akan berada di posisi yang cukup canggung," jawab Mak Nem sambil tersenyum. Mak Yah mengangguk setuju.
"Jadi, aku harus diam saja?"
"Yah, kamu hanya bisa berpura-pura tidak tahu," ucap Mak Yah sambil terkekeh pelan.
"Mana bisa seperti ini!"
***
Ini adalah hari kelima sejak Syl tidak bisa berjalan ke mana-mana. Namun, saat ini Syl sudah bisa berdiri dan berjalan ke kantin sendirian. Saat ini, Syl sedang berjalan ke kantin, berniat sarapan karena semua karyawan pabrik sudah masuk kerja. Jadi, dia berpikir bahwa kantin sudah sepi. Sayangnya dia lupa bahwa masih ada anak malam yang belum kembali.
"Syl sudah bisa berjalan sendiri?" tanya Mbak Sah. Dia juga salah satu karyawan dapur seperti Mak Nem dan Mak Yah.
"Alhamdulillah sudah bisa jalan sebentar. Dokter Chu juga bilang kalau harus dipakai jalan biar ototnha cepat membaik," jawab Syl sambil tersenyum.
Mbak Sah hanya mengangguk ringan sebelum mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Syl. Dia juga memberikan bonus kepada Syl. Hal ini membuat Syl tersenyum sangat manis. Bagi Mbak Sah, Syl adalah orang yang ramah dan baik. Dia memiliki energi yang membuat semua orang ingin ikut menjaganya. Mbak Sah hanya bisa menggeleng sambil melihat punggung Syl yang menjauh dan duduk di salah satu pojok belakang.
"Syl kayaknya lupa kalau masih ada anak malam yang belum balik," gumam Mbak Sah sambil melirik ke arah jam.
Benar saja, belum ada dua menit berselang, suara anak-anak yang ramai membuat Mbak Sah menghela napas. Akan ada keributan jika para bujang itu tahu bahwa Syl makan sendirian. Namun, sebelum Mbak Sah bisa menyuruh Syl makan di dapur, dia melihat sesosok yang dia kenal duduk di depan Syl.
***
Syl yang baru makan beberapa sendok nyaris tersedak saat dia mendengar suara tawa yang ramai dari arah security gate. Dia menepuk keningnya pelan saat berpikir bahwa dia melupakan anak yang kerja shift malam. Dia tidak mungkin kembali ke asrama saat ini. Dan salah satu pilihannya adalah makan di dapur dengan Mak Yah. Namun, sebelum Syl melakukan hal itu, sesosok yang dikenal Syl duduk di depannya.
"Lanjutkan makannya. Anggap aja aku gak ada."
Andera hanya meletakkan segelas cappucino yang dibawanya. Dia juga bersender di dinding dan menaikkan kaki ke bangku. Pose Andera yang sedang berselonjor di kursi panjang kantin hampir membuat Syl tersedak kembali. Namun, kedatangan Andera juga sangat ampuh. Para karyawan lelaki yang melihat Syl sendirian di kantin tidak berani untuk mendekat.
"Abang gak makan?" tanya Syl pelan.
Niatnya, jika Andera bangkit dan mengambil makan, Syl akan berlari sekuat tenaga ke arah dapur. Namun, Andera hanya menggeleng. Yang berarti bahwa dia memang tidak berniat untuk makan. Sepertinya dia ke mari hanya ingin menyeduh sebungkus cappucino instan. Namun, kenapa dia gak balik ke asrama laki-laki saja? Bukannya malah duduk satu meja dengab Syl dan membuat lebih banyak rumor tentang gadis itu.
"Bagaimana kakimu?" tanua Andera pelan.
"Sudah baik. Mungkin hari selasa sudah bisa masuk kerja lagi," jawab Syl sambil tersenyum manis.
Andera yanh melihat senyum manis itu hanya bisa tertengun sebentar. Dia tidak menyangka bahwa senyuman Syl bisa berefek seperti ini. Pantas saja banyak teman seasramanya yang menjadi gila hanya karena disenyumin secara sekilas. Bahkan jika senyum itu bukan untuk mereka.
"Aku akan ke dapur," gumam Syl malu saat dia sadar Andera menatapnya begitu lama.
"Mau apa ke dapur?" tanya Andera dengan tenang. Hal ini membuat Syl gugup. Tidak mungkin dia bilang ke lelaki itu bahwa dia ingin kabur, bukan?
"Itu ... em ... ah ... buat susu cokelat," jawab Syl dengan gugup. Meskipun begitu, Syl tidak segera bangkit. Dia tahu bahwa dia tidak membawa susu cokelat dengannya pagi ini.
"Tapi kamu gak bawa susu, kan?"
Mampus! Syl rasanya ingin segera menggali tanah dan mengubur diri. Sialan sekali laki-laki di depannya ini. Bagaimana bisa dia berbicara segampang ini? Wajah Syl hanya bisa memerah dengan sangat cepat.
"Anu, tadi Mak Yah bilang mau kasi susu hangat!"
Andera hampir terkekeh saat melihat betapa paniknya Syl saat ini. Dia belum melihat seorang gadis yang sangat ingin pergi dari hadapannya. Padahal biasanya banyak gadis yang ingin semeja dengan Andera. Hal ini membuat Andera merasa tertarik dengan Syl.
"Baiklah tunggu di sini."
Syl hanya melongo saat Andera meletakkan buku di meja. Dia tidak menyangka bahwa lelaki itu akan pergi ke dapur dan mengambilkan dirinya susu cokelat. Ini benar-benar membuat Syl ingin lari. Namun, semua mata saat imi sedang melihat ke arah Syl. Kantin saat ini sedang ramai. Benar-benar rasanya ingin menghilang saja.
Tanto berjalan tergesa ke arah kantin saat dia ingat bahwa Syl tertatih-tatih ke arah sana sepuluh menit yang lalu. Saat dia melihatnya, Tanto baru saja berniat untuk mandi. Jadi, dia tidak bisa mengejarnya begitu saja. Hal inilah yang membuat Tanto ingin memaki dirinya sendiri. Andai Tanto mandi lebih awal, dia pasti akan bisa segera mengejar gadis itu."Mau ke mana?" tanya salah satu teman sekamar Tanto."Kantin!"Tanto sama sekali tidak berniat menunggu temannya itu. Dia melihat ke arah jam tangannya. Sial! Para bujang lapuk shift malam pasti sudah sampai di security gate. Jika mereka tahu Syl sarapan sendirian, Tanto bisa melihat apa yang akan mereka lakukan. Hal ini membuat Tanto merasa tidak nyaman. Apalagi Dewi bilang bahwa Syl tidak suka ditatap seperti itu. Makanya, selama ini Tanto berusaha untuk memandangnya dengan biasa saja. Hanya dia yang tahu bagaimana jantungnya berdetak setiap saat."Syl di kantin sama Andera!""Gila, Andera yang alergi
Hari pertama Syl masuk kerja bisa dibilang adalah hari sial. Syl benar-benar tidak habis pikir bahwa rekan kerjanya akan menjadi orang yang sepicik ini. Tidak tahu apa yang menjadi alasan mereka, tapi mereka menjadi semakin sering untuk membuat masalah. Contohnya seperti saat ini, Syl sedang repair core 2.9. Core ini sudah diberi perintah agar repairnya sedikit lebih rapih. Kalau bisa di-repair sesedikit mungkin. Jadi, Ina dan Syl hanya bisa untuk memilih dan memilah core. Ina berpikir bahwa dia harus mengasingkan terlebih dahulu core dengan mata kayu ataupun lapuk terlalu banyak. Seharusnya, Syl bisa bekerja lebih santai. Hanya saja, selalu ada saja yang menimpanya."Kenapa kamu menabrakku begitu?"Syl memandang ke arah salah satu rekan kerjanya yang sepertinya berniat numpang lewat. Namun, entah mengapa dia malah seperti mendorong Syl. Dan itu menyebabkan air di dalam kaleng akhirnya tumpah di atas core. Menyebabkan setumpuk tinggi core menjadi kembali basah. Ina yang
Syl memandang seorang Kakak Perempuan yang memakai seragam yang beda dari miliknya. Kakak perempuan itu tersenyum lembut sebelum memeriksa jatuhan core yang begitu lebar-lebar. Andera yang tukar mesin dengan Faiz juga berada di samping Kakak Perempuan itu. Sedangkan Faiz terlihat berjalan mendekat ke arah mereka. Andera yang melihat Faiz datang hanya bisa menghela napas gusar sebelum kembali ke mesinnya sendiri."Yah, merajuk," ucap Faiz sambil terkekeh. "Syl, ini Kak Maria. Kalau ada bahan besar-besar begini jatuh banyak, kamu panggil kakak ini. Jangan diem aja. Atau lapor ke aku biar aku yang jalan-jalan."Syl mengangguk dan tersenyum ke arah Maria. Dia melihat bahwa Maria tidak sama seperti anak-anak di bagian repair. Maria memiliki wajah yang menyejukkan. Senyumnya sangat manis, apalagi saat perempuan ini sedang terkekeh."And merajuk?" tanya Maria. Tangannya masih mengukur ketebalan core di setiap sisi."Iya. Padahal bahannya bagus."Maria terkekeh
Andera menatap sejenak ke punggung penyampah barunya. Saat ini, dia melihat ke arah Syl yang sedang duduk di besi penyangga ban berjalan. Sesekali dia juga berbicara dengan Bang Rahman, operator yang menjaga mesin pencacah sampah. Bang Rahman sendiri terbilang damah. Dia juga sudah memiliki seorang istri seperti Faiz. Dan sifatnya yang super membuatnya bisa dekat dengan siapapun. Andera juga bisa melihat Syl dengan nyaman mengobrol dengannya."Gimana kerja di sini?"Andera bisa dengan samar-samar mendengar percakapan dari mereka berdua. Dia juga tahu bahwa sebenarnya Syl tertipu oleh agent yang membawanya. Dan Syl gak berani untuk pulang karena takut untuk ditertawakan oleh ibunya. Andera tahu bahwa Syl pergi ke sini karena tidak ada tempat untuk kembali. Dan ini benar-benar sangat nekad. Andaikan Syl bertemu dangan pabrik yang buruk, dia akan sangat sengsara."Syl, naik ke sini!"Setelah Bang Rahman sibuk dengan mesin pencacah sampahnya, Andera akhirnya
Faiz menatap June yang masih betah berada di mesin sembilan. Dia bingung harus berbuat apa, jadinya dia menatap Maria untuk meminta bantuan. Bagaimanapun juga, Maria adalah seorang perempuan. Dan dia pasti tahu apa yang harus dilakukan. Jadi, Faiz ingin dia membantunya mengatasi krisis ini. Jika hal ini tidak ditangani dengan cepat, Faiz takut bahwa akan ada perpecahan antara Andera dan June. Meskipun Faiz tahu bahwa cepat atau lambat akan ada gesekan antara keduanya, Faiz tidak ingin hal ini begitu cepat terjadi. Untuk Faiz, Andera dan Faiz sudah seperti adiknya sendiri. Jadi, Faiz ingin meminimalkan dampak yang akan dibawa oleh Syl kepada mereka."Syl!"Maria akhirnya membuka suara. Hal ini membuat semua orang—selain Faiz— yang berada di dekat Maria merasa bingung. Terutama untuk para mekanik yang sedang memperbaiki mesin sepuluh."Kak Maria manggil Syl?" tanya Syl.Saat Maria memanggil namanya, Syl langsung bergegas untuk turun dari m
Sinar matahari di ufuk barat mulai memancarkan warna jingganya yang begitu indah. Meskipun begitu, tidak ada yang sempat untuk mengaguminya. Para pekerja migran yang berada di pabrik yang sama dengan Syl sedang sibuk membereskan tempat kerjanya. Seperti halnya Andera di mesin sembilan, dia sedang sibuk menyapu bagian bawah mesin sembilan. Sedangkan yang sedang mengoperasikan mesin adalah Faiz. Mesin milik Faiz sendiri belun selesai diservis. Menurut Tanto, mungkin masih perlu waktu lama untuk memperbaikinya."Syl pergi ke mana sama Maria?" tanya Andera sambil mulai mengangkat sampah yang sudah dia kumpulkan."Enggak tahu. Kayaknya ke office atas. Abis huru-hara mesinnya Hari trus enggak kelihatan lagi mereka berdua," jawab Faiz sambil mengendikkan bahu.Andera juga cuma bisa menghela napas tanpa daya. Memang, saat huru-hara masalah bahan core milih Hari—saat itu pukul tiga sore—Maria dan Syl masih terlihat di antara kelompok besar itu. Namun, setelah
Dewi menatap ke arah Syl yang masih terkutat dengan layar ponselnya. Meskipun Dewi tahu bahwa Syl sedang chat dengan keluarganya, Dewi masih merasa tidak nyaman karena kejadian tadi sore. Jika Dayat tidak menemaninya, Dewi pasti sudah gemetar ketakutan. Bagaimana tidak, mungkin hanya Syl yang bisa membuat tiga orang itu terpesona. Dan karena mereka begitu terkenal, Dewi menjadi semakin takut akan keselamatan Syl. Masih mending hari ini Syl hanya dipindah dari repair core ke bagian sampah. Jika ada kesempatan kedua, serangannya mungkin tidak akan selemah ini."Kak Dew!"Dewi melonjal kaget ketika dia mendengar Syl berteriak di telinganya. Tidak pernah berpikir bahwa Syl ternyata sudah selesai dari tadi. Dia sedang bingung mengapa Dewi menatapnya dengan kening berkerut. Ada rasa khawatir yang terpancar jelas di wajahnya. Membuat Syl merasa sangat beruntung bisa kenal dengan Dewi di sini."Kakak sedang mikirin apa? Mikirin para cewek gak jelas itu? Tenang aja. Syl
Syl tidak tahu apa yang akan dilakukan Maria saat ini. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengikuti dengan tenang di belakang Maria. Namun, setelah obrolan panjann dengan Dayat dan Norman, Syl bisa tahu gambaran lebih luas dari apa yang akan terjadi. Dan jika Syl bisa lolos seleksi saat ini, kehidupan kerjanya setelahnya akan menjadi sedikit lebih baik dan nyaman."Kita sudah sampai. Tunggu di luar dulu. Aku akan laporan dengan Kepala Bagian dulu."Setelah melihat Syl mengangguk, Maria masuk ke dalam kantor dengan tenang. Namun, sebelum Maria masuk, dia sudah memberikan tatapan peringatan kepada para QC lakk-laki yang bertugas dalam membuat lem. Hal ini hanya bisa membuat Syl terkekeh pelan. Benar-benar merasa para QC ini benar-benar imut."Syl, semoga betah di QC ya," ucap salah satu dari mereka. Syl sama sekali tidak tahu salah satu nama dari mereka. Namun, Syl pernah melihat cowok yang berdiri di dekat pagar. Saat itu, Syl melihat lelaki ini berjalan bersama Ande
Kehidupan Syl kembali seperti biasanya setelah dirinya merasa banyak orang mengamatinya. Meskipun begitu, Syl tidak benar-benar merasa dirinya terbebas. Akan aneh bila semua orang akan berubah begitu cepat. Dan kini, Syl mulai merasa bahwa Dewi mulai mencurigakan. Dia selalu berharap bahwa Dewi bukanlah bagian dari orang-orang itu. Syl benar-benar akan merasa tidak terima bila orang terdekatnya melakukan hal seperti itu."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Maria.Saat ini, Syl dan Maria berada di shift malam. Ini sudah keputusan yang dibuat Pak Restu. Semua karyawan akan merasakan perputaran shift kecuali anak-anak office atas. Itu tidak termasuk dengan mixer. Jadi, mau tidak mau semua orang yang terbiasa dengan satu shift, harus beradaptasi dengan peraturan baru."Tidak apa-apa. Hanya merasa ada sesuatu yang aneh," kekeh Syl.Maria mengangguk dengan paham. Beberapa hari yang lalu, semua orang memandang Syl dengan tatapan seolah ingin tahu. Terutama anak-anak
Syl menatap sekeliling dengan santai. Dia melihat bahwa beberapa anak repair core terlihat sedang mengamatinya. Namun, cara mereka mengamati dirinya tidak sama seperti biasanya. Seperti ada tatapan menyelediki dan ingin menguliti kepalanya begitu saja. Apalagi saat melihat ke arah dadanya tempat kalung liontin miliknya tersembunyi di balik baju kemejanya."Banyak masang cctv ternyata," kekeh Syl.Dengan santai dia berjalan ke arah area mesin. Sama sekali tidak memikirkan tatapan dari orang-orang itu. Sesampainya di area mesin, Syl dapat melihat Maria yang sepertinya agak kerepotan. Seperti yang dikatakan dalam meeting—setelah masalah kebocoran pada pipa mixer—akan ada bahan baru yang disebut unyil. Selain itu, ada juga bahan 2.1 yang akan keluar. Mesin empat milik Hari dan mesin sembilan milik Andera menjadi tempat bahan 2.1. Untungnya, Maria mengalah untuk tetap berada di area 2.5, meskipun bahan 2.1 ini tetap dia yang akan mengamati."Apakah aku te
Syl berdiri di bagian paling ujung meja panjang di seberang tempak Pak Restu duduk. Mukanya terlihat sangat tenang. Sebagai seorang yang terlatih di bawah asuhan Papanya, Syl bukanlah gadis lemah yang bisa ditekan dengan diam seperti ini. Malahan, Syl akan menunggu sampai kapan mereka akan berbicara. Dia juga sudah terbiasa berdiri lama, jadi ini tidak akan membuat kakinya sakit ataupun pingsan. Pak Restu yang melihat keteguhan di wajah Syl hanya bisa menyerngitkan keningnya. Dia tidak menyangka bahwa Syl akan setegar ini melihat dirinya diam. Bila itu karyawan lain, mereka pasti sudah bergetar ketakutan."Apa kamu tahu mengapa kamu dipanggil ke sini?" tanya Pak Restu. Dia sudah tidak tahan melihat sikap tenang dan cuek dari Syl. Apalagi melihat tatapan kagum dari Win yang duduk tepat di sebelahnya."Tidak," jawab Syl singkat. Pak Restu kembali menyerngitkan keningnya. Bahkan Syl tidak bertanya tentang keperluan apa sehingga dirinya masih tertahan di sini. Apakah dia b
Syl menatap ke arah lemari yang berada di ranjangnya. Dia melihat bahwa ada sesuatu yang janggal dengan lemari itu. Untungnya saja tidak akan ada yang bisa membukanya. Ini adalah kunci yang secara khusu dia bawa. Dan memang menghindari jika ada sesuatu yang mencurigainya. Atau seseorang berniat tidak baik seperti mencoba mencuri. Dan sepertinya, saat ini ada seseorang yang mencoba main-main dengannya."Bodoh," gumam Syl dengan pelan. Dia menatap sekeliling dan merasa tidak ada yang berubah."Benar-benar hanya lemari ya?" kekeh Syl.Syl menatap sekeliling sebelum dia mengambil laptopnya yang ada di meja. Dengan cekatan, tangannya mengetik beberapa huruf di keyboardnya. Dan layar destop yang seperti biasa berubah secara bertahap. Warna biru dan putih Bunga Hyacinth berubah menjadi warna merah darah yang perlahan-lahan memekat. Dan kemudian berubah menjadi hitam pekat dengan tulisan berwarna putih. Di sana terlihat sebuah website yang sepertinya berbeda dengan webs
Imam menatap ke wilayah yang oleh para karyawan disebut dengan halaman atas. Sudah cukup lama bagi Imam untuk menginjakkan kaki di sini. Mungkin ada sekitar lima tahunan atau malah lebih? Imam tidak tahu pasti. Dia berada di sini karena hasil diskusi yang dia dan dua orang itu—Andera dan Faiz."Imam, kamu kenapa kamu ke sini?"Imam menoleh dan melihat bahwa Pak Restu—yang mengenakan sarung—terlihat di persimpangan jalan. Sepertinya Pak Restu baru saja seluar dari Masjid yang terlihat tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Imam hanya tersenyum dan menanggapi pertanyaan Pak Restu dengan sederhana. Memang, Faiz sudah mengatakan bahwa jangan ada siapapun yang tahu tentang rencana ini. Apalagi sebelum Pak Win membuat keputusan akan ikut campur atau tidak. Jika Pak Win tidak ingin ikut campur, mereka bertiga akan mencari jalan lain. Ini adalah pilihan terbaik yang bisa diputuskan oleh Faiz—yang tertua dari ke tiga orang itu. Dan juga, Faiz memiliki pe
Andera saat ini termenung di dekat pagar pembatas balkon. Messnya yang memang terletak di lantai dua membuatnya bisa dengan mudah mengamati aktifitas beberapa orang di lantai bawah. Apalagi melihat aktifitas di depan mess milik Syl. Entah angin apa, posisinya sekarang mengingatkannya tentang seorang gadis yang telah lama pergi. Dia pergi dengan membawa separuh hati dan jiwanya. Namun sekarang, Andera merasa sedikit bingung. Apakah gadis itu merelakan hatinya kembali karena akan ada gadis lain yang mirip dengannya? Sebenarnya, Andera tidak ingin terlihat jahat kepada Syl. Jika Syl tahu bahwa dirinya mendekati Syl karena kemiripannya dengan gadis lain, apakah Syl akan memakinya? Mengingat bagaimana dia memaki Heri dengan sangat kejam membuat Andera sedikit bergidik."Masih tidak yakin dengan dengan hatimu sendiri?"Andera menoleh setelah mendengar pertanyaan itu. Faiz sudah beberapa bulan ini sering mengunjungi mess putra lajang. Dia kadang hanya akan bermain kartu denga
Hari ini benar-benar lelah, tapi Syl sangat senang karena mendapatkan beberapa ilmu. Syl pulang ke mess bersama staff QC perempuan lainnya. Sebenarnya, Syl ing pulang bareng Imam dan menanyakan beberapa hal tentang kejadian tadi. Sayangany, Imam harus menemui Pak Win terlebih dahulu karena ada yang harus mereka obrolkan. Kalau kata Nonik ini semua berhubungan dengan mixer. Kecuali Imam dan Eka, yang lain bisa dibilang masih newbie."Syl!"Semua orang yang pulang balik dengan Syl menoleh. Dan mereka bisa melihat Tanto yang sedang tersenyum ramah. Karena Syl harus menunggu Tanto mendekat, teman-teman lainnya pulang terlebih dahulu. Lagipula, mereka sama sekali tidak mau menjadi obat nyamuk untuk dua orang itu."Bang Tanto dari mana aja? Beberapa minggu ini enggak kelihatan," ujar Syl berbasa-basi.Tanto yang mendengar pertanyaan Syl tersenyum bahagia. Bagaimanapun juga, Tanto tidak berharap bahwa Syl akan menanyakannya. Karena bagi Tanto, Syl sudah tahu dar
Syl sesekali menatap ke arah Imam yang berada tepat di seberang. Mereka dipisahkan oleh jalan seluas lima meter dan kadang, lori pembawa bahan menuju ke arah repair menghalangi pandangannya. Meskipun begitu, Syl masih dengan sangat senang melihat ke arah Imam yang sedang mengukur dengan sangat serius."Banyak sekali yang bilang dia itu jelmaan Dewa Perang. Kalau begitu, Andera bisa dibilang jelmaa Dewa Pembantai? Entah dari mana orang-orang ini memilih kata kiasan," gumam Syl.Syl masih sibuk dengan pemikirannya ketika sebuah tepukan membuatnya menoleh. Dia bisa melihat seorang operator yang dikenal dengan nama panggilan Heri atau Hari. Syl tidak begitu ingat karena dia juga tidak terlalu akrab. Biasanya, Maria yang akan selalu berada di area 2.5. Sedangkan Syl berada di area 3.3. Syl bukan seperti Maria yang akan akrab dengan semua operator dengan baik. Jadi jangan salahkan Syl jika tidak mengingat mereka dengan baik."Ada apa, Bang?" tanya Syl dengan ramah.
Perjalanan tur hari ini benar-benar berakhir dengan sangat menyenangkan. Wajah lurus Andera sudah sedikit mengendur. Dan aura suram menakutkan di sekitar Imam juga sedikit mereda. Jika ada orang yang mengenal mereka sekarang, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang itu akan terkejut. Apalagi saat ada sedikit senyum di wajah ke dua cowok itu."Harusnya kalian gak perlu taruhan soal lempar bola itu. Akhirnya gak ada yang menang atau kalah. Dan aku malah dapet dua boneka besar banget. Susah bawa dari gerbang depan ke mess," rengek Syl.Meskipun merengek, Syl masih tersenyum sangat lebar. Dia senang hari ini. Imam dan Andera membawa dirinya ke beberapa tempat yang mengesankan. Bahkan beberapa dari tempat itu tertulis dalam surat yang pernah dia terima. Membuat Syl merasa perjalanan jni benar-benar tidak sia-sia. Selain itu, Syl juga bisa melihat sisi kekanak-kanakan Andera yang langka. Apalagi saat Syl melihat Andera dan Imam berebut satu-satunya es krim rasa mangga yang t