Syl tidak tahu apa yang akan dilakukan Maria saat ini. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengikuti dengan tenang di belakang Maria. Namun, setelah obrolan panjann dengan Dayat dan Norman, Syl bisa tahu gambaran lebih luas dari apa yang akan terjadi. Dan jika Syl bisa lolos seleksi saat ini, kehidupan kerjanya setelahnya akan menjadi sedikit lebih baik dan nyaman.
"Kita sudah sampai. Tunggu di luar dulu. Aku akan laporan dengan Kepala Bagian dulu."
Setelah melihat Syl mengangguk, Maria masuk ke dalam kantor dengan tenang. Namun, sebelum Maria masuk, dia sudah memberikan tatapan peringatan kepada para QC lakk-laki yang bertugas dalam membuat lem. Hal ini hanya bisa membuat Syl terkekeh pelan. Benar-benar merasa para QC ini benar-benar imut.
"Syl, semoga betah di QC ya," ucap salah satu dari mereka. Syl sama sekali tidak tahu salah satu nama dari mereka. Namun, Syl pernah melihat cowok yang berdiri di dekat pagar. Saat itu, Syl melihat lelaki ini berjalan bersama Ande
Untuk sebagian orang, sebuah promosi adalah berkah. Namun, bagi Syl ini benar-benar sebuah masalah baru. Akan ada banyak tanggung jawab yang akan dia terima. Dan Syl hanya bisa menerimanya dengan penuh syukur. Lagi pula, dengan naiknya pangkat, gaji juga akan berubah. Seperti yang sedang diterangkan oleh Pak Restu sekarang."Kamu akan bertugas di line core sebagai inti, tapi kamu akan juga bertugas di Dryers untuk memastikan kelembapan dari core. Menurut diskusi kami, kamu akan berada di core selama dua minggu. Dan di Dryers selama satu minggu. Untuk di core, penanggung jawab kamu adalah Maria. Kamu sudah mengenalnya. Untuk di Dryers, kamu akan bersama dengan Danu. Perkenalan kamu dengan Staff QC akan dilakukan besok. Sekarang, kamu bisa ikut dengan Maria kembali ke core," ucap Pak Restu menerangkan. Dia memikirkan apa lagi yang harus dia ucapkan. "Satu lagi, masa percobaan untuk menjadi Staff QC adalah tiga bulan. Jadi, bekerjalah dengan baik. Aku menunggu hasil kerjamu," la
Hari-hari Syl sebagai QC dimulai setelah hari dia lolos seleksi pribadi. Syl akan berkeliaran di sekitar Maria. Atau mungkin akan berada di sisi Kepala Bagian Mekanik untuk menanyakan cara kerja dari mesin Join Core. Hal ini membuat para fans Syl sama sekali tidak bisa mendekati dia dengan alasan apapun. Contohnya saja seperti Erpan. Dia mengira bahwa Syl akan sama seperti Shifa. Sayangnya, ketika dia memanggil QC yang datang adalah Maria. Lalu, setelah mendengar peringatan Maria, Erpan hanya bisa menahan dirinya sendiri."Gimana bisa?"Pak Winarto—Kepala QC—dengan rajin memantau perkembangan Syl. Untuk para atasan, Syl termasuk dari talenta berbakat yang sulit ditemukan. Jadi, Pak Win sendiri tidak mau bila Syl menemukan sebuah masalah yang tidak bisa diselesaikan. Apalagi, menurut cerita Maria, Syl memiliki daya tarik yang tak bisa ditolak. Gadis itu sangat mirip dengan tokoh utama yang menjadi pusat tragedi tahun itu."Alhamulilah, selama ini belu
Syl duduk di depan messnya sambil merenung. Dia sama sekali tidak menanggapi orang-orang julid yang setiap saat datang menghampiri. Bahkan Mak Nem merasa cukup heran dengan wajah Syl yang bingung. Dia segera mendekati Dewi yang sedang teleponan dengan orang tuanya. Menurut Mak Nem, Syl sedikit mengkhawatirkan."Mak Nem bilang apa? Ada apa sama Syl?" tanya Dewi dengan bingung. Dia segera mematikan sambungan teleponnya bahkan tanpa menyebutkan salam. Semua yang berkaitan dengan Syl membuat Dewi takut."Dia bengong gitu di depan. Gak pernah ngomong apapun juga. Jadi, Mak sendiri juga bingung ngehadapinnya gimana. Soalnya gak jawab pertanyaan dari Mak sama sekali," jawab Mak Nem degan nada khawatir.Dewi menatap sekeliling dengan penasaran sebelum tatapan terpaku pada Mun. Hal yang pertama kali Dewi pikirkan adalah nahwa Mun sedang merencanakan sesuatu. Namun, setelah melihat wajah penuh arimata Mun saat menonton drama korea, Dewi tahu bahwa ini bukanlah apa y
Syl bangun pagi dengan sedikit cepat. Ini membuat Mak Nem menoleh dengan kaget ke arah Syl. Semenjak Syl bekerja di staff QC, Syl akan bangun lebih lambat dari Dewi. Lalu, dia akan melakukan segalanya dengan tergesa-gesa. Mak Nem sudah selalu mengingatkan agar Syl tidak tidur lagi setelah subuh. Namun, wajah lelah Syl membuat Mak Nem merasa kasihan dengan gadis itu."Tumben udah bangun Syl," gurau Mak Nem sambil tersenyum."Enggak tahu deh, Mak."Syl hanya tersenyum malu dengan gurauan Mak Nem. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa dirinya benar-benar bangun cepat karena chat pengingat Imam bukan? Apa lagi saat ini, Syl akan berada di dryers untuk yang pertama kalinya. Danu dan Anjar yang merupakan QC dryers sudah memberitahunya berulang kali untuk secepatnya belajar dryers. Karena dia sendiri sudah mengerti dengan quality core, dia tidak lagi bisa menghindar dari masalah ini sekali lagi.Syl melakukan kegiatan paginya dengan santai. Bahkan Dewi melihat Syl
Syl menatal Maria dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang menjadi sebab dinginnya suhu line core. Meskipun Syl merasa kalau matahari bersinar dengan teriknya. Bahkan, para operator menjadi setenang ini. Sebenarnya Syl agak menyesal untuk mengintip ke line core. Namun, Syl takut bila Maria membutuhkan bantuan. Itulah yang menyebabkan Syl meminta izin pada Danu untuk datang ke line core."Kak Maria, ada apa?" tanya Syl dengan bingung.Maria melihat ke arah Syl dengan sabar. Dia tahu bahwa Syl tidak sengaja. Namun, kedekatannya dengan Imam memang tidak cukup wajar. Menurut Maria, Syl tidak akan bisa dekat dengan orang lain secepat itu. Dan Syl dan Imam ini bahkan membuat geger banyak orang termasuk Pak Win dan Pak Restu."Syl katakan dengan jujur, kamu dan Imam ada hubungan apa?" tanya Maria dengan serius. Sedangkam Syl yang ditanya hanya melongo. Dia bahkan baru bahwa Norman dan Faiz sudah berada di sampingnya."Bang Norman dan Bang Faiz kapan sampai sini?
Waktu berlalu begitu cepat ketika kita tidak ingin hari-hari berlalu. Saat ini, Syl masih enggan bangun dari ranjangnya ketika dia mendengar layar ponselnya berdering. Ini mengingatkan Syl dengan ajakan Andera kemarin. Dia benar-benar tidak bisa menghindari hal ini. Bahkan Dewi sudah mewanti-wanti dirinya untuk tidak menghindarinya. Dan dari Dewi juga dia tahu bahwa rumor tentangnya sudah sampai ke halaman atas. Halaman atas ini sebenarnya adalah tempat para petinggi tinggal."Hallo," sapa Syl dengan malas."Baiklah. Aku baru saja bangun. Kasih aku satu jam untuk mandi dan bersiap-siap."Syl hanya bisa menggerutu ketika panggilan telepon itu berakhir. Dia menatap layar ponsel dengan sedih sebelum melihat jam yang terlihat di layar. Saat ini baru pukul delapan pagi, Syl tidak tahu mengapa Andera bisa bangun tidur secepat ini padahal di hari libur. Benar-benar cowok yang sangat mendekati sempurna."Baiklah. Ayo pergi mandi!"Syl bangkit dari ranjangn
Akhirnya setelah menunggu sepuluh menit, Syl dan Andera akhirnya melihat batang hidung Imam. Dia masih menggunakan kaos yang sama. Hanya saja, dia mengganti celana jinsnya dan juga memakai jaket jins. Membuat dandanannya sedikit terlihat rapih. Taksi online yang dipesan Andera sudah datang dari tadi. Mereka hanya menunggu Imam untuk balik mempersiapkan diri."Maaf kalau terlalu lama," ucap Imam dengan sedikit rasa yang tidak enak."Enggak kok. Cuma sepuluh menit," ucap Syl sambil melihat jam tangannya. Dia melirik ke arah Andera yang sepertinya enggan untuk bangun. "Bangun woy," ucap Syl dengan lantang."Kamu ternyata punya bakat buat jadi penagih hutang. Teriakan dan pukulanmu sakit banget," gurau Andera.Syl sebenarnya agak bingung, Andera saat ini dan Andera di tempat kerja entah bagaimana sangat berbeda. Namun, Syl tidak menemukan di mana perbedaannya. Mungkin itu hanya sesuatu yang Syl rasakan. Dan sepertinya perubahannya itu cukup baik. Jadi, Syl ti
Perjalanan tur hari ini benar-benar berakhir dengan sangat menyenangkan. Wajah lurus Andera sudah sedikit mengendur. Dan aura suram menakutkan di sekitar Imam juga sedikit mereda. Jika ada orang yang mengenal mereka sekarang, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang itu akan terkejut. Apalagi saat ada sedikit senyum di wajah ke dua cowok itu."Harusnya kalian gak perlu taruhan soal lempar bola itu. Akhirnya gak ada yang menang atau kalah. Dan aku malah dapet dua boneka besar banget. Susah bawa dari gerbang depan ke mess," rengek Syl.Meskipun merengek, Syl masih tersenyum sangat lebar. Dia senang hari ini. Imam dan Andera membawa dirinya ke beberapa tempat yang mengesankan. Bahkan beberapa dari tempat itu tertulis dalam surat yang pernah dia terima. Membuat Syl merasa perjalanan jni benar-benar tidak sia-sia. Selain itu, Syl juga bisa melihat sisi kekanak-kanakan Andera yang langka. Apalagi saat Syl melihat Andera dan Imam berebut satu-satunya es krim rasa mangga yang t
Kehidupan Syl kembali seperti biasanya setelah dirinya merasa banyak orang mengamatinya. Meskipun begitu, Syl tidak benar-benar merasa dirinya terbebas. Akan aneh bila semua orang akan berubah begitu cepat. Dan kini, Syl mulai merasa bahwa Dewi mulai mencurigakan. Dia selalu berharap bahwa Dewi bukanlah bagian dari orang-orang itu. Syl benar-benar akan merasa tidak terima bila orang terdekatnya melakukan hal seperti itu."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Maria.Saat ini, Syl dan Maria berada di shift malam. Ini sudah keputusan yang dibuat Pak Restu. Semua karyawan akan merasakan perputaran shift kecuali anak-anak office atas. Itu tidak termasuk dengan mixer. Jadi, mau tidak mau semua orang yang terbiasa dengan satu shift, harus beradaptasi dengan peraturan baru."Tidak apa-apa. Hanya merasa ada sesuatu yang aneh," kekeh Syl.Maria mengangguk dengan paham. Beberapa hari yang lalu, semua orang memandang Syl dengan tatapan seolah ingin tahu. Terutama anak-anak
Syl menatap sekeliling dengan santai. Dia melihat bahwa beberapa anak repair core terlihat sedang mengamatinya. Namun, cara mereka mengamati dirinya tidak sama seperti biasanya. Seperti ada tatapan menyelediki dan ingin menguliti kepalanya begitu saja. Apalagi saat melihat ke arah dadanya tempat kalung liontin miliknya tersembunyi di balik baju kemejanya."Banyak masang cctv ternyata," kekeh Syl.Dengan santai dia berjalan ke arah area mesin. Sama sekali tidak memikirkan tatapan dari orang-orang itu. Sesampainya di area mesin, Syl dapat melihat Maria yang sepertinya agak kerepotan. Seperti yang dikatakan dalam meeting—setelah masalah kebocoran pada pipa mixer—akan ada bahan baru yang disebut unyil. Selain itu, ada juga bahan 2.1 yang akan keluar. Mesin empat milik Hari dan mesin sembilan milik Andera menjadi tempat bahan 2.1. Untungnya, Maria mengalah untuk tetap berada di area 2.5, meskipun bahan 2.1 ini tetap dia yang akan mengamati."Apakah aku te
Syl berdiri di bagian paling ujung meja panjang di seberang tempak Pak Restu duduk. Mukanya terlihat sangat tenang. Sebagai seorang yang terlatih di bawah asuhan Papanya, Syl bukanlah gadis lemah yang bisa ditekan dengan diam seperti ini. Malahan, Syl akan menunggu sampai kapan mereka akan berbicara. Dia juga sudah terbiasa berdiri lama, jadi ini tidak akan membuat kakinya sakit ataupun pingsan. Pak Restu yang melihat keteguhan di wajah Syl hanya bisa menyerngitkan keningnya. Dia tidak menyangka bahwa Syl akan setegar ini melihat dirinya diam. Bila itu karyawan lain, mereka pasti sudah bergetar ketakutan."Apa kamu tahu mengapa kamu dipanggil ke sini?" tanya Pak Restu. Dia sudah tidak tahan melihat sikap tenang dan cuek dari Syl. Apalagi melihat tatapan kagum dari Win yang duduk tepat di sebelahnya."Tidak," jawab Syl singkat. Pak Restu kembali menyerngitkan keningnya. Bahkan Syl tidak bertanya tentang keperluan apa sehingga dirinya masih tertahan di sini. Apakah dia b
Syl menatap ke arah lemari yang berada di ranjangnya. Dia melihat bahwa ada sesuatu yang janggal dengan lemari itu. Untungnya saja tidak akan ada yang bisa membukanya. Ini adalah kunci yang secara khusu dia bawa. Dan memang menghindari jika ada sesuatu yang mencurigainya. Atau seseorang berniat tidak baik seperti mencoba mencuri. Dan sepertinya, saat ini ada seseorang yang mencoba main-main dengannya."Bodoh," gumam Syl dengan pelan. Dia menatap sekeliling dan merasa tidak ada yang berubah."Benar-benar hanya lemari ya?" kekeh Syl.Syl menatap sekeliling sebelum dia mengambil laptopnya yang ada di meja. Dengan cekatan, tangannya mengetik beberapa huruf di keyboardnya. Dan layar destop yang seperti biasa berubah secara bertahap. Warna biru dan putih Bunga Hyacinth berubah menjadi warna merah darah yang perlahan-lahan memekat. Dan kemudian berubah menjadi hitam pekat dengan tulisan berwarna putih. Di sana terlihat sebuah website yang sepertinya berbeda dengan webs
Imam menatap ke wilayah yang oleh para karyawan disebut dengan halaman atas. Sudah cukup lama bagi Imam untuk menginjakkan kaki di sini. Mungkin ada sekitar lima tahunan atau malah lebih? Imam tidak tahu pasti. Dia berada di sini karena hasil diskusi yang dia dan dua orang itu—Andera dan Faiz."Imam, kamu kenapa kamu ke sini?"Imam menoleh dan melihat bahwa Pak Restu—yang mengenakan sarung—terlihat di persimpangan jalan. Sepertinya Pak Restu baru saja seluar dari Masjid yang terlihat tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Imam hanya tersenyum dan menanggapi pertanyaan Pak Restu dengan sederhana. Memang, Faiz sudah mengatakan bahwa jangan ada siapapun yang tahu tentang rencana ini. Apalagi sebelum Pak Win membuat keputusan akan ikut campur atau tidak. Jika Pak Win tidak ingin ikut campur, mereka bertiga akan mencari jalan lain. Ini adalah pilihan terbaik yang bisa diputuskan oleh Faiz—yang tertua dari ke tiga orang itu. Dan juga, Faiz memiliki pe
Andera saat ini termenung di dekat pagar pembatas balkon. Messnya yang memang terletak di lantai dua membuatnya bisa dengan mudah mengamati aktifitas beberapa orang di lantai bawah. Apalagi melihat aktifitas di depan mess milik Syl. Entah angin apa, posisinya sekarang mengingatkannya tentang seorang gadis yang telah lama pergi. Dia pergi dengan membawa separuh hati dan jiwanya. Namun sekarang, Andera merasa sedikit bingung. Apakah gadis itu merelakan hatinya kembali karena akan ada gadis lain yang mirip dengannya? Sebenarnya, Andera tidak ingin terlihat jahat kepada Syl. Jika Syl tahu bahwa dirinya mendekati Syl karena kemiripannya dengan gadis lain, apakah Syl akan memakinya? Mengingat bagaimana dia memaki Heri dengan sangat kejam membuat Andera sedikit bergidik."Masih tidak yakin dengan dengan hatimu sendiri?"Andera menoleh setelah mendengar pertanyaan itu. Faiz sudah beberapa bulan ini sering mengunjungi mess putra lajang. Dia kadang hanya akan bermain kartu denga
Hari ini benar-benar lelah, tapi Syl sangat senang karena mendapatkan beberapa ilmu. Syl pulang ke mess bersama staff QC perempuan lainnya. Sebenarnya, Syl ing pulang bareng Imam dan menanyakan beberapa hal tentang kejadian tadi. Sayangany, Imam harus menemui Pak Win terlebih dahulu karena ada yang harus mereka obrolkan. Kalau kata Nonik ini semua berhubungan dengan mixer. Kecuali Imam dan Eka, yang lain bisa dibilang masih newbie."Syl!"Semua orang yang pulang balik dengan Syl menoleh. Dan mereka bisa melihat Tanto yang sedang tersenyum ramah. Karena Syl harus menunggu Tanto mendekat, teman-teman lainnya pulang terlebih dahulu. Lagipula, mereka sama sekali tidak mau menjadi obat nyamuk untuk dua orang itu."Bang Tanto dari mana aja? Beberapa minggu ini enggak kelihatan," ujar Syl berbasa-basi.Tanto yang mendengar pertanyaan Syl tersenyum bahagia. Bagaimanapun juga, Tanto tidak berharap bahwa Syl akan menanyakannya. Karena bagi Tanto, Syl sudah tahu dar
Syl sesekali menatap ke arah Imam yang berada tepat di seberang. Mereka dipisahkan oleh jalan seluas lima meter dan kadang, lori pembawa bahan menuju ke arah repair menghalangi pandangannya. Meskipun begitu, Syl masih dengan sangat senang melihat ke arah Imam yang sedang mengukur dengan sangat serius."Banyak sekali yang bilang dia itu jelmaan Dewa Perang. Kalau begitu, Andera bisa dibilang jelmaa Dewa Pembantai? Entah dari mana orang-orang ini memilih kata kiasan," gumam Syl.Syl masih sibuk dengan pemikirannya ketika sebuah tepukan membuatnya menoleh. Dia bisa melihat seorang operator yang dikenal dengan nama panggilan Heri atau Hari. Syl tidak begitu ingat karena dia juga tidak terlalu akrab. Biasanya, Maria yang akan selalu berada di area 2.5. Sedangkan Syl berada di area 3.3. Syl bukan seperti Maria yang akan akrab dengan semua operator dengan baik. Jadi jangan salahkan Syl jika tidak mengingat mereka dengan baik."Ada apa, Bang?" tanya Syl dengan ramah.
Perjalanan tur hari ini benar-benar berakhir dengan sangat menyenangkan. Wajah lurus Andera sudah sedikit mengendur. Dan aura suram menakutkan di sekitar Imam juga sedikit mereda. Jika ada orang yang mengenal mereka sekarang, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang itu akan terkejut. Apalagi saat ada sedikit senyum di wajah ke dua cowok itu."Harusnya kalian gak perlu taruhan soal lempar bola itu. Akhirnya gak ada yang menang atau kalah. Dan aku malah dapet dua boneka besar banget. Susah bawa dari gerbang depan ke mess," rengek Syl.Meskipun merengek, Syl masih tersenyum sangat lebar. Dia senang hari ini. Imam dan Andera membawa dirinya ke beberapa tempat yang mengesankan. Bahkan beberapa dari tempat itu tertulis dalam surat yang pernah dia terima. Membuat Syl merasa perjalanan jni benar-benar tidak sia-sia. Selain itu, Syl juga bisa melihat sisi kekanak-kanakan Andera yang langka. Apalagi saat Syl melihat Andera dan Imam berebut satu-satunya es krim rasa mangga yang t