Share

5.Reynand Amnesia

Penulis: Rika Jhon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa kau? Siapa mereka? Siapa kalian?" tanya Reynand.

Irani, Raymond, Mama Risa, dan Papa Rabbani, sangat terkejut mendengar pertanyaan Reynand tersebut. Mereka langsung berlari menghampirinya.

"Rey, syukurlah kau sudah sadar, 'Nak," ujar Mama Risa.

"Iya, 'Nak, kami sangat mengkhawatirkanmu," timpal Papa Rabbani.

"Terima kasih, Tuhan karena kau telah menyembuhkan adikku," Raymond pun menimpali.

"Siapa kalian?" tanya Reynand kembali.

Deg!

Semua orang yang berada di tempat tersebut sangat terkejut mendengarnya. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Bahkan, sejenak mereka melupakan ucapan Irani yang menyatakan bahwa Reynand yang telah menghamilinya. Kini, mereka tengah fokus pada Reynand yang terlihat sangat aneh sekali.

Raymond langsung berlari ke luar untuk memanggil dokter. Tidak berapa lama kemudian, dokter pun datang bersama dua orang suster yang mendampinginya, sementara Mama Risa dan Papa Rabbani, terlihat sangat tegang dan cemas. Begitu pula dengan Irani, ia pun tak kalah cemasnya. Dokter tersebut pun langsung memeriksa keadaan Reynand.

"Dok, apa yang terjadi pada putraku?" tanya Mama Risa.

"Iya, Dok, mengapa Reynand tidak bisa mengenali kami?" Papa Rabbani pun ikut bertanya.

Sang dokter menarik napas dengan berat, ia pun terlihat sangat tegang sehingga membuat keluarga Rabbani tersebut semakin cemas tak menentu.

"Begini, Tuan, Nyonya. Tuan Reynand ini mengalami amnesia atau lupa ingatan setelah terbangun dari koma. Ini akibat kecelakaan pada waktu itu sehingga menyebabkan kerusakan atau cedera pada otak akibat benturan keras di kepalanya pada saat kecelakaan," sang dokter menghela napas sejenak, kemudian ia kembali melanjutkannya. "Amnesia hanya bersifat sementara dan dapat sembuh ketika penderitanya pulih dari cedera otak yang memicu kondisinya tersebut," imbuh sang dokter.

Deg!

Deg!

Deg!

Jantung semua orang yang mendengarnya berpacu lebih cepat karena saking terkejut dan syok mendengarnya. Air mata pun sudah tidak bisa dibendung lagi.

Mama Risa dan Irani, kedua wanita itu tiada henti menangis, sementara Raymond dan Papa Rabbani, mereka pun sama, menangis, tapi mereka berusaha tegar.

***

Semenjak Reynand siuman dari koma dan dinyatakan amnesia, kini dia telah diperbolehkan oleh dokter untuk pulang, sementara masalah kehamilan Irani, kini menjadi bumerang untuknya karena keadaan Reynand yang lupa ingatan. Sehingga tidak bisa untuk mengingat semua yang telah ia lakukan terhadap Irani.

Sementara Raymond dan Mama Risa, semenjak mereka mengetahui bahwa Irani tengah mengandung benih pria lain, kini sikap mereka sangat berubah terhadap Irani.

Kini, Raymond dan Mama Risa terlihat sangat membenci Irani. Mereka merasa sangat jijik pada Irani dan mereka pun selalu mengabaikan Irani. Namun, berbeda halnya dengan Papa Rabbani. Karena dia tidak bisa bersikap seperti itu terhadap Irani, ia justru merasa kasihan terhadap menantunya tersebut.

Kini, Raymond dan Irani sudah tidur secara terpisah. Raymond tidur di kamar pribadinya, sementara Irani tidur di kamar pembantu. Dan kini, Irani diperlakukan layaknya seorang pembantu di rumah tersebut.

Semua pekerjaan rumah tangga, Irani lah yang mengerjakannya. Jika dia melakukan kesalahan, maka cacian, umpatan, dan kata-kata kasar lainnya akan terlontar dari mulut Raymond dan juga Mama Risa. Namun, Papa Rabbani lah yang selalu membela Irani.

Sementara Reynand, ia masih lupa ingatan. Ia Sehari-harinya hanya berada di dalam kamar. Ia tidak melakukan aktifitas apapun selain melamun dan semakin pendiam. Bahkan untuk makan dan minum pun, selalu dilayani oleh asisten rumah tangga, termasuk Irani. Terkadang Irani yang melayani kebutuhan Reynand.

Akan tetapi, jika malam hari, Reynand akan turun ke lantai bawah, seperti ke dapur untuk mengambil minum. Karena jika malam hari para asisten rumah tangga sudah beristirahat dan Reynand tidak ingin mengganggu istirahat mereka.

***

Siang itu, ketika Irani tengah memasak di dapur, tiba-tiba ia dikejutkan oleh kehadiran Reynand yang saat itu berada di dapur, yang sedang mengambil air minum dan baru kali ini Reynand turun ke dapur ketika siang hari.

Mata Irani terus tertuju pada sosok Reynand yang tengah meneguk air minum. Matanya berkaca-kaca, ia menatap Reynand sembari mengelus-elus perutnya.

Reynand yang tengah fokus minum itu, merasa jika dirinya sedang ditatap oleh Irani. Reynand seketika menoleh ke arah Irani sehingga matanya bersirobok dengan mata teduh Irani yang sedang berkaca-kaca. Tatapan Reynand pun turun ke bawah, ia memerhatikan tangan Irani yang sedang mengusap-usap perutnya yang masih rata itu.

"Kakak ipar, apakah kau haus? Ataukah keponakanku di dalam sedang kehausan?" tanya Reynand.

Irani memejamkan matanya, butiran bening pun membanjiri pipinya yang terlihat tirus karena semakin kurus. Hatinya terasa sangat sakit dan sedih ketika ia mendengar ucapan Reynand yang memanggilnya kakak ipar.

Karena ini kali pertama Reynand memanggilnya seperti itu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, ketika Reynand menyebut bayi dalam kandungannya itu—keponakan. Sungguh betapa hancur hati Irani mendengarnya.

Tubuh Irani terasa tidak bertenaga lagi. Tungkai kakinya terasa lemas. Tubuhnya pun merosot ke bawah. Ia berpegangan pada sisi meja yang ada di dekatnya. Irani menumpahkan tangisannya secara tertahan. Reynand yang melihat itu, merasa kebingungan, lalu ia pun bergegas menghampiri Irani.

"Kakak Ipar, ada apa? Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau menangis? Apakah perutmu terasa sakit? Apakah keponakanku di dalam, nakal?" tanya Reynand dengan bertubi-tubi.

Tangisan Irani pun semakin menjadi karena Reynand kembali memanggilnya kakak ipar dan menyebut bayi dalam kandungannya keponakan. Irani langsung menatap tajam Reynand dengan berlinangan air mata.

"Rey, apakah kau benar-benar tidak mengingatku? Apakah kau lupa aku ini siapa? Dan apakah kau lupa dengan bayi yang tengah aku kandung ini?" tanya Irani dengan bertubi-tubi pula.

"Tentu saja aku ingat siapa dirimu dan bayi dalam kandunganmu itu," jawab Reynand.

Bibir Irani pun seketika menyunggingkan senyuman ketika mendengar jawaban Reynand tersebut. Ada setitik harapan dalam dirinya bahwa Reynand sudah kembali mengingat semuanya, mengingat tentang dirinya, kehamilannya, dan peristiwa pada masa lalu mereka.

"Rey, cepat katakan, siapa aku dan bayi yang aku kandung!" titah Irani.

"Tentu saja kau adalahkakak iparku dan bayi dalam kandunganmu itu adalah keponakanku," jawab Reynand.

Deg!

Hancur dan pupus sudah harapan Irani mendengar jawaban Reynand. Tubuhnya kembali lemas tak bertenaga.

***

Malam itu, ketika Irani akan berbaring tidur, tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali. Lalu, ia pun ke luar menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun, ternyata di dapur sedang ada Reynand yang sedang minum juga.

Irani yang merasa terkejut, hampir saja terjengkang karena saking terkejutnya. Reynand yang melihat itu langsung berlari dan menahan tubuh Irani agar tidak jatuh. Reynand memeluk pinggang Irani dan Irani memegang lengan kekar Reynand.

Mata kedua insan itu saling bertatapan dengan lekat. Reynand menatap dalam ke dalam bola mata Irani dan Irani pun balas menatapnya. Reynand mengernyitkan keningnya, tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri. Reynand langsung melepaskan pelukannya di tubuh Irani. Lalu, ia memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Irani merasa sangat cemas melihat keadaan Reynand tersebut.

"Rey, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?" tanya Irani dengan cemas.

"Aakkhh! Kepalaku sakit sekali!" Reynand berteriak.

"Irani! Apa yang telah kau lakukan terhadap putraku?!"

TO BE CONTINUED

Bab terkait

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   6.Sumpah Serapah Ibu Mertua

    "Irani! Apa yang telah kau lakukan terhadap putraku?!"Irani tersentak tatkala ia mendengar suara teriakan sang ibu mertua. Mama Risa bergegas menghampiri Reynand yang tengah kesakitan."Dasar wanita jalang! Tidak tahu malu! Kau pasti sengaja 'kan ingin menggoda putra bungsuku karena kau sedang mencari tumbal untuk menutupi anak harammu itu!" hardik Mama Risa.Betapa sakit dan hancurnya hati dan perasaan Irani, tatkala mendengar sumpah serapah yang dilontarkan oleh sang ibu mertua. Butiran bening telah membanjiri pipinya yang tirus."Ma, mengapa Mama berbicara seperti itu terhadap Kakak ipar? Bukankah bayi yang dikandungnya merupakan calon cucu Mama? Anak Kak Ray?" tanya Reynand.Mama Risa tidak menjawab pertanyaan Reynand, ia justru mengajak sang putra untuk kembali ke kamarnya. "Sudahlah, 'Nak, lebih baik kau beristirahat saja di kamarmu," ujar Mama Risa untuk mengalihkan pertanyaan Reynand."Iya, Ma," sahut Reynand patuh.Mama Risa membantu Reynand bangkit berdiri, kemudian, mereka

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   7.Hinaan Dari Suami dan Ibu Mertua

    "Sedang apa kalian di dalam kamar mandi berduaan?!"Suara Mama Risa terdengar melengking. Dia tiba-tiba sudah berdiri di pintu kamar mandi. Betapa terkejutnya Irani dan ketakutannya pun semakin terpancar dari wajahnya karena kini dia dipergoki tengah berduaan di dalam kamar mandi bersama Reynand—adik iparnya, yang merupakan mantan kekasihnya itu."Dasar tidak tahu malu kau, ya! Dasar wanita jalang. Apa-apaan kau ini, Irani? Ingat! Bahwa Rey adalah adik iparmu! Jadi, kau tidak pantas jika ingin menggodanya!" teriak Mama Risa.Irani hanya menundukkan wajahnya, air mata pun sudah berlinangan membasahi pipinya. Dia tidak berani untuk mengangkat wajahnya untuk melihat wajah sang ibu mertua. Tubuhnya gemetaran dan keringat dingin pun sudah membanjiri tubuhnya."Kau benar-benar tidak tahu diri, ya! Kau mencari kesempatan dan memanfaatkan putra bungsuku untuk kau jadikan tumbal sebagai ayah biologis dari anak harammu itu!" dada Mama Risa terlihat naik turun karena dia sedang dilanda emosi. "K

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   8.Irani Mengidam

    Pagi itu, Irani sedang membersihkan halaman belakang rumah. Dia sedang menyapu dedaunan kering yang sangat banyak. Karena di belakang rumah keluarga Rabbani tersebut terdapat kebun buah-buahan.Sebenarnya, di kediaman keluarga Rabbani itu ada banyak asisten rumah tangga dan mereka memiliki peran masing-masing atau tugas masing-masing. Namun, semenjak Irani ketahuan hamil bukan anak Raymond maka sejak saat itu pula, Mama Risa—sang ibu mertua, selalu menghukumnya dan memperlakukannya seperti pembantu.Semua pekerjaan pembantu di rumah tersebut, Irani lah yang harus mengerjakannya, sementara Raymond yang kecewa dan masih marah pada Irani, tidak mempedulikan hal tersebut, dia justru selalu menunjukkan kebenciannya terhadap sang istri.Ketika Irani sedang menyapu di bawah pohon mangga dan sedang berbuah lebat, dia melihat ke atas pohon tersebut. Di atas pohon itu terlihat berjuntaian buah mangga yang masih muda-muda. Irani menelan air liurnya sembari mengusap-usap perutnya. 'Sepertinya ena

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   9.Mangga Muda Pembawa Bencana

    "Irani! Apa yang tengah kau lakukan?!"Suara teriakan Mama Risa terdengar melengking. Irani seketika melepaskan dirinya dari tubuh Reynand. Reynand dan Irani langsung bangkit. Mereka melihat kedatangan Mama Risa yang tergesa-gesa dengan wajah yang sudah memerah."Irani, apa yang kau lakukan terhadap putraku?!" Mama Risa kembali berteriak."Ma, a-aku —" "Aku apa?" Mama Risa langsung menyela ucapan Irani."Ma, jangan marah pada kakak ipar, dia tidak bersalah," Reynand menimpali.Seketika Mama Risa menatap Reynand. Matanya terbelalak ketika melihat wajah dan tubuh putra bungsunya itu sudah merah dan dipenuhi bentol. "Ya, Tuhan, Rey, kau kenapa, Nak? Apa yang terjadi padamu?" tanya Mama Risa dengan cemas.Mata Mama Risa melihat ke arah buah mangga yang tergeletak di tanah dan dia melihat tangga yang masih berdiri di pohon mangga tersebut. Mama Risa menatapnya lama, lalu matanya beralih menatap ke arah Irani."Ini pasti perbuatanmu 'kan, wanita jalang? Kau 'kan yang menyuruh putraku untuk

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   10.Reynand Mencurigai Irani

    "Rey, Irani, kalian sedang apa duduk berdua di gazebo belakang rumah?!"Reynand dan Irani yang sedang menikmati rujak buah mangga muda tersebut, seketika tersentak mendengar suara Raymond yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat gazebo.“Kak Ray,” ucap Reynand.“Mas, kau sudah pulang?” tanya Irani.Raymond menatap Reynand dan Irani dengan tajam karena pada saat itu Reynand masih bertelanjang dada. “Kalian sedang apa? Dan kau, Rey, mengapa kau bertelanjang dada seperti itu? Apa yang terjadi?” tanya Raymond.“Ah … maaf, Kak, tadi Kakak ipar menginginkan mangga muda yang ada di atas pohon. Jadi, aku berinisiatif menolongnya untuk mengambilkan buah mangga muda tersebut,” jawab Reynand, “Tetapi karena di pohon mangga itu banyak serangga sehingga aku digerogoti serangga. Makanya aku membuka bajuku,” imbuhnya.“Oh, begitu!” ucap Raymond dengan ketus.Raymond menatap Irani dengan tatapan yang jijik, sedangkan Irani hanya menundukkan kepalanya. Dia tidak berani untuk membalas tatapan sang suami. R

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   11.Pembokat

    Setelah Reynand keluar dari kamar pembantu tersebut, Irani kembali menumpahkan tangisannya. Dia masih membayangkan perempuan yang tadi datang ke rumah bersama Raymond dan bergelayut manja dengan suaminya tersebut. ‘Siapa perempuan itu sebenarnya? Mengapa dia bersikap manja pada Mas Ray. Jika hanya sekretaris, tidak akan mungkin dia bersikap seperti itu,’ batin Irani, ‘Apakah dia tidak tahu bahwa aku adalah istrinya Mas Raymond dan apakah Mas Raymond tidak memberitahu bahwa dia sudah memiliki istri,’ batin Irani kembali.Irani masih sesenggukkan. ‘Ya Tuhan, begitu berat cobaan hamba setelah menikah. Apakah hamba mampu menghadapi ujian ini untuk seterusnya? Bagaimana dengan nasib dan masa depan anakku nanti, Tuhan,’ Irani kembali membatin.“Enak sekali, ya, pagi-pagi begini kau sudah tidur di kamar!”Suara Mama Risa terdengar melengking. Irani yang kala itu sedang membaringkan tubuhnya, seketika terduduk. Dia langsung mengusap air matanya dan langsung berdiri. “Maaf, Ma, aku … aku sedan

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   12.Reynand Dan Irani Tidur Bersama

    “Kakak ipar, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis?” tanya Reynand.Irani tidak bisa berkata-kata, dia hanya bisa menangis dengan sesenggukkan. Reynand meraih kepala Irani dan dipeluknya. Dia mengusap punggung Irani dan kepalanya. Ketika Reynand memeluk tubuh sang kakak ipar, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang tidak asing. Keningnya mengerut, perasaan aneh itu pun tiba-tiba hadir kembali. Dia merasa seperti tidak asing dengan semua ini. Namun, karena kondisi Irani sedang tidak baik-baik saja, dia terpaksa melupakan perasaan anehnya itu.“Kakak ipar, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau menangis malam-malam dan mengapa kau berada di kamar pembantu ini lagi? Kau tidur di sini?” Reynand melepaskan pelukannya dan menatap Irani.Irani mengangguk. “Iya, Rey, aku … aku … tidur di sini, aku merasa gerah,” ucap Irani dengan terbata.Reynand mengernyitkan keningnya mendengar jawaban dari kakak iparnya tersebut. Dia menatap mata Irani dengan dalam, tetapi Irani tidak berani untuk membalas tat

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   13.Irani Tersiram Air Panas

    “Aku bermimpi —"“Kau bermimpi apa, Rey?” tanya Irani.“Aku setiap malam selalu bermimpi yang sama, Kakak ipar,” jawab Reynand.“Mimpi apa, Rey?” Irani merasa sangat penasaran.“Aku bermimpi … aku memiliki kekasih dan kekasihku itu mengandung benihku, tetapi … aku tidak tahu wajah kekasihku itu seperti apa.” Reynand menjelaskan seraya menatap lekat wajah Irani.Deg!Deg! Deg!Jantung Irani berdetak dengan sangat kencang ketika ia mendengar curahan hati Reynand, yang menceritakan tentang mimpinya itu. Apalagi Reynand bercerita seraya menatapnya dengan lekat. Jantungnya semakin tidak karuan rasanya. Irani pun membalas tatapan Reynand dengan lekat pula.‘Mimpimu itu bukan hanya sekedar mimpi, Rey, itu adalah kenyataan, kisah nyatamu. Dan kekasih yang kau maksud itu adalah aku,’ batin Irani, ‘Ingatlah tentang kita, Rey, ingatlah bahwa aku ini adalah wanita yang kau cintai. Dan bayi yang kukandung ini adalah benihmu. Aku mohon, ingatlah, Rey,’ batin Irani kembali.Mata Irani dan Reynand ma

Bab terbaru

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   40. Happy Ending

    4 tahun kemudian“Irana, jangan lari ke jalan terus, Nak, banyak kendaraan.” Suara Irani terdengar berteriak seraya berlari mengejar seorang gadis kecil.“Ibu, aku mau ke rumah Ayah Bahri.” Gadis kecil tersebut berbicara seraya berlari.Meskipun usia gadis kecil itu baru 3 tahun lebih, tapi dia sangat pintar sekali. Suaranya pun tidak terdengar cadel seperti kebanyakan anak-anak kecil pada umumnya.Irana, itulah nama gadis kecil tersebut. Anak yang dikandung oleh Irani 4 tahun lalu. Irana memanggil Bahri ayah karena selama ini Bahri lah yang selalu membantu Irani mengurusnya. Jadi, Irana taunya bahwa Bahri merupakan ayahnya.Walaupun Irani sudah Berulang kali menjelaskan pada sang anak, bahwa Bahri bukanlah ayahnya, tetapi Irana tidak mempercayainya. Dia tetap menganggap bahwa Bahri lah ayahnya karena lelaki itulah yang selama ini selalu mengurusnya seperti anak sendiri.Letak rumah Bahri yang tidak begitu jauh dari rumah Irani, membuat Irana begitu mudah untuk pulang pergi sendiri. N

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   39. Musyawarah

    Sementara itu, di kediaman Rabbani. Kini keluarga besar Rabbani dan orang tua Irani tengah berkumpul di ruang keluarga. Mereka sedang bermusyawarah tentang permasalahan rumah tangga anak mereka.“Di mana kita akan mencari Irani? Sedangkan tidak ada akses sedikitpun untuk berhubungan dengannya. Apalagi dia sedang hamil. Aku benar-benar sedih memikirkannya.” Bu Ina terisak-isak.Mama Risa mendekatinya. “Bu Ina, tolong maafkan aku. Semua ini salahku karena aku selalu bersikap buruk pada Irani.” Mama Risa pun terisak.“Maafkan aku juga, Bu, Pak. Karena selama aku menjadi suaminya, aku juga selalu bersikap buruk. Hingga akhirnya kami bercerai.” Raymond berkata dengan mimik wajah yang terlihat murung.Pak Ahmad dan Bu Ina menarik napas dengan berat. Dada mereka bergemuruh setiap kali mendengar pernyataan Mama Risa dan Raymond, yang mengakui dengan jujur tentang sikap buruk mereka pada Irani.Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Semua yang sudah terjadi tidak akan bisa kembali seperti semu

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   38. Pak Ahmad Murka

    Pak Ahmad terpancing emosi karena Raymond tak kunjung menjawab pertanyaannya tentang keberadaan Irani.Plak! Plak!Bugh! Bugh!Akhirnya, Pak Ahmad menampar dan memukul Reynand serta Raymond secara bergantian. Amarahnya benar-benar sudah memuncak. Wajah kedua kakak beradik itu, kini sudah babak belur.Akan tetapi, mereka menerima semua perlakuan Ayah Irani tersebut karena mereka menyadari dan mengakui kesalahan yang telah mereka perbuat.Mama Risa histeris melihat kedua putranya yang dihajar habis-habisan oleh Pak Ahmad. Dia berusaha untuk memasang badan, dan memohon untuk dihentikan. Namun, Papa Rabbani menahannya.“Pak Ahmad, tolong hentikan. Kasihan kedua putraku!” teriak Mama Risa.“Pa, tolong kedua putra kita. Mengapa Papa hanya diam saja?!” Mama Risa histeris pada sang suami.“Ma, tenanglah. Ini semua hukuman yang pantas untuk kedua putra kita. Karena mereka telah berbuat kesalahan pada Irani.” Papa Rabbani mengelus-elus punggung Mama Risa.“Pa, mengapa kau tega pada putra-putra

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   37. Reynand Sembuh Total

    Mata Irani membulat mendengar ucapan Bahri. Bagaimana tidak, di saat yang sedang genting seperti ini pun, Bahri masih tetap menyebalkan dan membuatnya kesal.Dengan sekuat tenaga Irani mencubit perut Bahri, hingga membuat lelaki tersebut menjerit karena merasakan perih di kulit perutnya.“Aww, aduh … Maharani, mengapa kau mencubitku? Aiiss, ini sangat sakit dan perih sekali rasanya,” ujar Bahri.“Karena kau selalu saja menyebalkan, Mas Bahri. Di saat aku sedang kesakitan dan kram seperti ini pun, kau masih saja bersikap seperti itu, huh!” Irani mendelikkan mata.“Ehehe … jangan marah-marah, nanti cantikmu hilang.”Ingin rasanya Irani kembali mencubit Bahri, tetapi rasa nyeri kembali menderanya. Akhirnya, dia hanya menurut saja mengikuti Bahri menuju ke arah motor, kemudian Bahri memboncengnya.Bahri menuju ke rumah seorang bidan yang membuka praktek di desa tersebut. Tidak butuh waktu lama, mereka telah sampai. Bahri bergegas menuntun Irani.“Assalamualaikum, Bu Bidan, tolong periksa

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   36. Reynand Mengingat Irani

    Semua orang sangat terkejut mendengar pertanyaan dari sepasang suami istri yang baru saja datang tersebut.Reynand dan Raymond saling melepaskan pelukan karena nama mereka dipanggil. Mereka menatap ke arah sumber suara. Reynand menatap sepasang suami istri paruh baya tersebut, dia mengernyitkan kening karena kebingungan sebab dia tidak mengenal mereka.Sementara Raymond, wajahnya sudah memucat. Dia menatap kedua orang tersebut dengan bibir yang gemetar. “Ayah mertua, Ibu mertua,” gumamnya.Ayunda yang berdiri tepat di sampingnya, bisa mendengar dengan jelas gumaman Raymond tersebut. Entah mengapa, perasaannya semakin tak menentu mendengar Raymond yang memanggil kedua orang tersebut dengan sebutan ayah mertua dan ibu mertua.“Raymond, jawab pertanyaan ibu. Di mana Irani, putriku?” ujar Bu Ina—Ibu Irani.“Iya, Nak Ray, mana Irani?” timpal Pak Ahmad—Ayah Irani.Raymond kehilangan kata-kata. Otaknya benar-benar buntu, sementara kedua orang tuanya menatap Raymond dan besannya secara bergan

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   35. Mood Ibu Hamil

    Suara teriakan seorang lelaki menghentikan tindakan para pemuda tersebut. Mereka beralih menatap ke arah sumber suara.Ayunda sangat mengenal suara itu. Dia mendongakkan wajah dan menatapnya. “Tuan Raymond,” gumamnya.“Kalian ini juga seorang perempuan, tetapi kalian malah menertawakannya. Di mana hati nurani kalian sebagai sesama perempuan?!” Raymond berteriak pada rombongan gadis yang tadi menertawakan Ayunda.Setelah itu, Raymond pun mulai berkelahi dengan para pemuda itu, sedangkan Edo berlari meminta bantuan para pengunjung lainnya, yang kala itu masih berada di alun-alun tersebut.Tentu saja perkelahian tersebut tidak seimbang. Karena Raymond yang hanya seorang diri, melawan beberapa orang. Dia kewalahan dan menjadi bulan-bulanan. Tubuhnya sudah tergeletak di rerumputan, ditendang oleh mereka. Raymond menutup wajahnya dengan tangan agar wajahnya tidak semakin lebam.Ayunda yang melihat itu berlari ke arah Raymond. Dia memeluk kepalanya dengan erat seraya menangis. Dia tidak teg

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   34. Bahri

    Semua orang saling bertatapan, kemudian mereka tertawa terpingkal-pingkal. Irani menatap heran pada mereka karena bukannya menolong, tetapi justru menertawakan.“Ahahaha ….”“K-kenapa k-kalian malah tertawa?” Irani bertanya dengan terbata.“Rani, jadi dari tadi kamu itu berjalan tergesa-gesa karena ketakutan sama laki-laki itu?” Bu Marni bertanya seraya menatapnya.Irani hanya mengangguk. Dia sudah kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan ibu angkatnya itu, sementara lelaki yang sedari tadi mengikutinya malah selengehan. Irani benar-benar merasa sangat geram melihatnya.“Rani, perkenalkan, itu anak ibu yang baru pulang dari kota. Namanya Bahri. Bahri, perkenalkan, ini Rani saudara angkatmu, dia dari Kota Jakarta.” Bu Marni memperkenalkan anak kandung dan anak angkatnya.Irani terperanjat mendengarnya. Dia menatap Bu Marni, kemudian beralih menatap Bahri. “J-jadi, d-dia anak Ibu?”“Iya, Nak. Mungkin usianya tua sedikit darimu. Jadi, kau bisa memanggilnya Mas Bahri.”Irani terseny

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   33. Reynand Masuk Kantor

    Pagi hari pun tiba. Raymond terbangun sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut nyeri. Dia duduk dan mengedarkan pandangan. Matanya menatap Ayunda yang masih terlelap di sofa.Kening Raymond mengernyit, matanya menyipit. Dia tengah berpikir, mengapa Ayunda tidur di sofa kamarnya, mengapa bukan tidur di kamar yang tamu. Dia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Namun, dia tidak bisa mengingatnya sama sekali.Perlahan kaki Raymond turun dari ranjang. Dia berjalan sempoyongan menghampiri Ayunda. Matanya menatap wajah Ayunda yang pucat, dan di keningnya terdapat noda darah yang sudah mengering.Raymond semakin mengernyitkan kening. Dia berusaha sekuat mungkin untuk bisa mengingat kejadian apa yang telah terjadi tadi malam, tetapi dia tetap tidak bisa mengingatnya.“Yunda, bangun. Mengapa kau tidur di sini, dan mengapa keningmu ada noda darah yang sudah mengering?” Raymond mengguncang bahu Ayunda.Ayunda menggeliatkan tubuh. Dia memegang kepalanya yang terasa nyeri. Matanya bersi

  • ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU   32. Tekad Irani

    Semua orang saling berpandangan ketika mereka mendengar penuturan Irani. Bu Marni mendekati Irani dan melihat uang serta perhiasan tersebut.“Rani, apakah kamu bersungguh-sungguh ingin mempergunakan uang dan perhiasan ini sebagai modal?” tanya Bu Marni.“Iya, Rani, coba kamu pikir-pikir lagi. Karena kamu sedang hamil dan pasti membutuhkan modal untuk biaya persalinan,” timpal Bu Leha.Irani menunduk, kemudian dia mendongak dan menatap Bu Marni serta warga yang lainnya. Matanya sudah berkaca-kaca karena perasaan sedih kini menggelayuti hatinya.“Aku sudah berniat, Bu, Pak. Memang benar jika aku membutuhkan biaya untuk persalinanku nanti, tapi aku juga tidak akan mungkin jika selama kehamilan ini hanya berdiam diri saja.” Irani menghela napas.“Aku ingin mempergunakan uang dan perhiasan ini untuk modal menyewa lahan, dan kebutuhan yang lainnya. Semoga modal ini cukup,” sambungnya.Pak RT Bahrum saling bertatapan dengan sang istri. Mereka saling menganggukkan kepala. Pak Bahrum berjalan

DMCA.com Protection Status