Hari ini adalah hari terakhir ujian semester, hari terakhir untuk mereka berpikir dengan keras. Saat ini Keyra sedang belajar di taman belakang di temani oleh roti dan susu kotak kesukaannya. Keyra terus membaca dengan sesekali mengunyah roti miliknya. Hingga alarm di ponselnya berbunyi dan menampilkan tulisan ‘waktunya masuk’. Dengan gerakan tenang Keyra membereskan buku-bukunya dan membawa dalam pelukannya.
Keyra mulai berjalan ke arah gedung Fakultasnya dengan gerakan tenang, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya tapi Keyra terus berjalan tanpa memedulikan semua tatapan itu. Hingga sebuah suara membuat fokusnya teralihkan.
“Panggilan untuk Mahasiswi yang bernama Keyra maharani dari Fakultas kedokteran jurusan dokter psikologi untuk segera ke ruang Dekan Fakultas kedokteran. Sekian pemberitahuan dari saya, selamat pagi” ucap orang di seberang sana dengan nada suara lemah lembut.
“Gue ada salah apa?” gumang Keyra dengan
“Kalau bukan kamu lalu siapa yang ada di dalam foto itu?” tanya sang Rektor dengan raut wajah tak percaya dan senyum remeh.“Tapi ini benar bukan saya, saya tak pernah melakukan ini semua. Apa lagi membeli kisi-kisi ujian akhir semester atau menyogok karyawan. Bapak tahu sendiri saya anak beasiswa hidup saja pas-pasan uang dari mana saya untuk melakukan itu semua?” tanya Keyra dengan raut wajah serius dan nada suara meyakinkan. Tapi beberapa orang masih menatap rendah ke arah Keyra dan memasang wajah datar.“Bukti sudah ada dan kamu ingin mengelak?” tanya sang Dekan dengan raut wajah datar.“Tapi ini benar-benar bukan saya pak” ucap Keyra dengan frustrasi.“Jika itu benar bukan kamu apa kamu punya bukti untuk membuktikan semua ucapanmu?” tanya sang Dekan yang lainnya dengan datar.“Saya belum punya bukti tapi beri saya waktu untuk membuktikannya” ucap Keyra dengan raut wajah ya
Keyra terus berjalan dengan lesu menuju ke asramanya, karena fitnah itu dia tak di perbolehkan ikut ujian akhir semester. Di sepanjang koridor ada banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan mencemoh dan merendahkan.“Lihat tuh, cewek beasiswa yang curang!” ucap salah satu dari mereka sambil menatap ke arah Keyra dengan tatapan merendahkan.“Wah wah wah, gak ada rasa malu!” ucap yang lainnya dengan nada dan raut wajah jijik.“Diem kalau gak tau apa-apa!” ucap Keyra dengan nada suara geram.“Cih! Anak beasiswa yang sok berkuasa!” ucap salah satu di antara mereka dengan senyum mengejek dan nada suara tak suka.“Pergi lu!” kata yang lain sambil melemparkan bola kertas ke arah Keyra, bahkan ada yang melemparkan tomat busuk dan beberapa sayuran busuk ke arah.Keyra yang melihat itu hanya bisa diam dan melindungi wajahnya dari lemparan mereka. Bajunya yang tadi bersih menjadi kotor
Sedangkan Arka dan Satria yang mendengar ucapan Bima barusan mulai mengerutkan dahinya bingung.“Abang?” gumang Satria sambil menatap ke arah Bima dengan raut wajah rumit.“Tunggu pembalasan dari keluarga Aditama karena kalian sudah lancang menyentuh permata kecil kami” ucap Bima dengan datar dan berlalu dari sana bersama Keyra yang sudah di gendongannya.Beberapa mahasiswa yang mendengar ucapan Bima tadi mulai menegang dan sangat menyesali perbuatan mereka. Karena perbuatan ceroboh mereka membawa kehancuran untuk masa depan mereka.Sedangkan Arka dan Satria masih diam di tempat sambil mencerna semua kejadian barusan. Mereka masih loading dengan ucapan Bima barusan.“Dia adik bang Bima yang hilang? Keyra adik bang Bima yang selama ini di cari?” ucap Satria dengan raut wajah linglung.Berbeda dengan Arka, dia malah menampilkan raut wajah senang dan bahagia? Entah apa alasannya yang membuat dia memasang raut
Tubuh Keyra saat ini sedang di baringkan di atas kasur dengan hati-hati, entah karena lelah atau dia ‘nya yang kebo sampai tidak terbangun dengan pergerakan atau suara apa pun. “Kamu keluar gih, Mama mau ganti baju adik mu dulu” ucap Mama Bima mengusir sang anak.“Mama ngusir Bima?” tanya Bima dengan raut wajah mendelik tak percaya.“Terus kamu mau di sini hah? Mau lihat adikmu ganti baju?” tanya sang Mama dengan raut wajah menahan geram.“Bangun ‘in aja, apa susahnya?” ucap Bima dengan malas dan duduk di meja belajar dengan tenang tak memedulikan tatapan nyalang dari sang Mama.“Ck, punya anak laki satu, di atur susahnya minta ampun” dumel Mama Bima dan berjalan ke arah Keyra berada.“Sayang...” ucap Bu Mila sambil menepuk pelan pipi Keyra.“Anak Mama, bangun yuk” ucap Bu Mila kembali saat tak mendapatkan respons dari Keyra.
Malam harinya, saat ini mereka sudah berkumpul di meja makan. Keyra sudah tahu akan satu fakta, bahwa mereka adalah keluarga kandungnya. Awalnya dia tak percaya dan menatap mereka dengan kecurigaan tapi semua kecurigaan itu lenyap saat melihat hasil tes DNA yang di berikan oleh Pak Bram. Hasilnya membuat Keyra terkejut yaitu 99% darahnya ada kecocokan dengan pak Bram.Saat Keyra masih tak percaya jika dia sekarang sudah berkumpul dengan keluarga, seperti kejadian hari adalah sebuah mimpi indah untuknya.‘Jika ini mimpi tolong biarkan aku tidur lebih lama tuhan’ batin Keyra sambil menunduk sedih, dia sedih jika besok saat dia bangun dari tidur semuanya kembali seperti dulu. Seorang Keyra yang tak memiliki keluarga, seorang Keyra yang menjalani kehidupannya sendirian tanpa ada dukungan keluarganya sendiri.“Sayang” panggil Bu Mila sambil mengelus rambut Keyra sayang.Keyra yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Mamanya sedikit t
Bima berjalan menuju ke kamarnya dengan langkah pelan, langkahnya terhenti di depan pintu samping kamarnya. Dengan perlahan Bima membuka pintu kamar Keyra dan menatap ke penjuru kamar tapi tak menemukan sosok yang dia cari.“Dek” panggil Bima sambil berjalan memasuki kamar.“Adek!” panggilnya lagi saat tak mendapatkan balasan dari sang adik dengan langkah panik Bima berniat ke kamar mandi untuk mengecek tapi belum sampai di kamar mandi langkahnya sudah terhenti saat melihat sosok yang dia cari. Bima berjalan mendekati sosok Keyra yang duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya dengan tangan di bawah paha.“Dek” panggil Bima sambil menyentuh bahu Keyra.Keyra yang tadinya melamun mulai tersentak kaget saat merasakan tangan menyentuh bahunya.“Iya?” ucap Keyra sambil menatap ke arah Bima dengan raut wajah terkejut.“Mikirin apa?” tanya Bima sambil duduk di samping Keyra. Bima menatap
Pagi harinya Keyra sudah bersiap dengan pakaian rapi. Hari ini dia berangkat bersama Bima, dia sudah menyiapkan mental dan telinga untuk menerima semua ucapan dari para Mahasiswi untuk dirinya.Keyra turun ke bawah dengan langkah ringan dan senyum yang senantiasa mengembang di bibirnya.“Selamat pagi” sapa Keyra dengan senyum yang masih belum luntur dari tempatnya“Pagi” balas Papa dan abangnya dengan raut wajah datar setelah itu kembali ke kesibukan mereka masing-masing. Sedangkan Mamanya sedang memasak di dapur bersama beberapa pembantu di rumahnya.“Udah bangun kamu dek?” ucap Mamanya basa basi dengan senyum manisnya.“Iya Mah” balas Keyra dengan senyum mengembang.Setelah itu makanan di tata dengan rapi di atas meja. Mereka mulai makan tanpa ada percakapan, hanya ada dentingan sendok yang sedang beradu dengan piring. Beberapa menit kemudian mereka sudah selesai semua. Keyra dan Bima berdiri
Sesampainya di kampus, banyak pasang mata yang menatap ke arah Bima dan Keyra berada. Mereka menatap ke arah Keyra dengan raut wajah bingung dan heran.“Bang gue langsung ke kelas” ucap Keyra sambil menyerahkan helmnya ke arah Bima.“Hm, hati-hati” ucap Bima dengan raut wajah datar.“Oke, Bye bang” ucap Keyra dan berjalan menjauh dari tempat Bima berada.Keyra mulai berjalan menyusuri koridor Fakultas Ekonomi, sedangkan Fakultas Kedokteran ada di belakang Fakultas Ekonomi.Keyra terus berjalan hingga ada sesuatu yang mengenai punggungnya. Dengan sinis Keyra menatap ke arah orang tadi.“Wah, siapa nih yang jalan di koridor Fakultas Ekonomi?!” ucap Amerta dengan nada suara keras dan itu berhasil menarik perhatian beberapa Mahasiswa/i.“OMG! Si bikin contekan ternyata!” lanjut Amerta dengan raut wajah di buat-buat terkejut. Keyra yang menjadi tokoh utama dan menjadi bahan bisika
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil