“Bagaimana Bim?” tanya seorang lelaki paruh baya dengan raut wajah datar.
“Ada satu pah” balas Bima dengan raut wajah serius dan menatap ke arah papanya dengan datar.
“Kamu sudah cek semuanya?” tanya sang papa Bram dengan raut wajah serius.
“Hm, semuanya sama dan Bima berharap dia adik kecil Bima” kata Bima dengan senyum manisnya.
“Tapi ingat, untuk saat ini rahasiakan identitasnya. Awasi dia dari jauh, jika dia dalam masalah pantau dan lapor ke papa, biar papa yang urus” ucap pak Bram dengan senyum sekilasnya dan menatap keluar jendela dengan sorot mata kerinduan. Bagaimana pun dia masih seorang ayah, wajar jika dia rindu akan sosok peri kecilnya.
“Bima keluar dulu pah” pamit Bima sambil bangkit dari duduknya.
“Hm, ingat untuk mengawasi peri kecil papa dan jaga rahasia ini termasuk dari mama mu” kata papanya dengan nada memperingati dan sorot mata tajam.
Keyra terus berjalan hingga tanpa dia sadar ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan kasar. Tubuh Keyra yang masih lemah pun tak bisa untuk mengimbangkan dirinya. Dengan tak anggun dia jatuh di atas lantai.“Kalau jalan pakek mata!” kata orang itu yang ternyata Amerta dengan raut wajah menahan emosi.Keyra yang di perlakukan seperti hanya diam sambil mencoba bangkit dari jatuhnya. Dia mulai merasa sakit di tangannya tapi dia tahan dan hanya memasang raut wajah datar.“Akhh!” jerit Keyra saat merasakan injakan kasar di jari tangan kirinya.“Bisu lu?!” ucap Amerta dengan geram.‘Sakit bego!’ batin Keyra sambil memegang tangan kirinya yang masih di bawah kaki Amerta.Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Keyra dengan kasar Amerta menginjak tangan Keyra bahkan dia berniat untuk menendang tangan Keyra yang lebam tapi semua itu tak bisa dia lakukan saat ada seseorang yang mendorong dirinya dengan
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh beberapa Mahasiswa, yaitu hari ulangan akhir semester. Untuk menghadapi hari ini, Keyra sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari belajar materi dan tugas yang sudah selesai di kerjakan.Saat ini Keyra sedang berjalan menyusuri koridor Fakultas kedokteran dengan raut wajah santai. Dia memang memasang raut wajah santai tapi pikirannya sangat serius, otaknya sedang sibuk menghafalkan semua materi yang dia belajarkan tadi malam.‘Semoga hari ini lancar’ batin Keyra dengan raut wajah datar dan mata yang terus menatap ke depan.“Semangat, gue pasti bisa!” kata Keyra menyemangati dirinya sendiri.Keyra kembali berjalan hingga ada seseorang yang berjalan di samping kirinya sambil menggenggam tangannya erat, tak hanya satu orang ternyata ada juga yang di samping kanannya.Orang yang menggenggam tangannya adalah Satria sedangkan yang satunya adalah Arka. Arka berjalan dengan gaya cool, y
Di sebuah ruangan yang kedap suara terlihat ada dua orang laki-laki yang berbeda usia sedang berbincang tentang sesuatu hal yang serius.“Kamu siap-siap untuk menjemput adikmu Bima. Sebentar lagi waktunya datang” kata pak Bram dengan raut wajah serius.“Yakin pah? Semuanya sudah beres?” tanya Bima tak yakin dengan perkataan Papanya. Masalahnya ini terlalu cepat dan dia takut kalau ada masalah nantinya.“Hm, sudah papa urus semuanya. Kamu hanya perlu bawa adikmu pulang dan beres” kata pak Bram dengan tenang sambil menatap ke arah anaknya tanpa minat.“Baik” ucap Bima dengan senyum senang, karena sebentar lagi adik kecilnya akan pulang.“Bagaimana keadaannya di kampus?” tanya pak Bram dengan sorot mata serius.“Yah, seperti papa dengar dari anak buah yang papa suruh. Dia mendapatkan perlakuan sedikit tak baik. Ada seseorang yang merundungnya. Tapi kalau Bima lihat dari raut waja
Jam menunjukkan pukul 14.09 dan saat ini Keyra sedang berjalan di sepanjang koridor sendirian, karena Ami sudah pulang sendari tadi.Keyra berjalan dengan langkah tenang dan raut wajah yang menunjukkan rasa lelah.Saat Keyra sedang berjalan di depan gudang tiba-tiba ada yang menarik tangannya, memaksanya untuk masuk ke dalam gudang.BrukDengan kasar orang tadi menarik tangan Keyra dan membiarkan tubuh Keyra jatuh di atas lantai yang kotor.“Ishh” desis Keyra saat merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya.Sedangkan orang tadi masih berdiri di depan tubuh Keyra sambil melipat tangan di bawah dada. Dengan sorot mata kemarahan dan kebencian.Keyra menatap sang pelaku dengan raut wajah datar, saat melihat wajah sang pelaku dia tak merasa terkejut. Orang tadi adalah Amerta dan saat ini Amerta sedang menatap benci kepada Keyra.“Mau lu apa hah?!” ucap Amerta sambil menendang tangan Keyra yang menjadi tumpua
Keyra terus berjalan dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. Sedangkan di lain sisi, saat ini Amerta masih diam dan memikirkan semua ucapan Keyra. Pemikirannya masih berputar di satu tempat.Beberapa detik kemudian dia tersadar dan sudah tak mendapati sosok Keyra di sekelilingnya.“Sial, gue di tipu” gumam Amerta dengan raut wajah menahan geram dan kesal.“Kali ini lu bisa lolos tapi liat aja kedepannya” ucap Amerta dengan sorot mata kesal dan tajam.Setelah mengatakan itu Amerta mulai berjalan keluar dari gudang dengan raut wajah marah.Di lain tempat.Saat ini Keyra sedang dalam perjalanan menuju Kafe, sebelum ke Kafe Keyra berniat ke pasar untuk membeli sesuatu.Di dalam angkot hanya ada beberapa orang salah satunya kakek tua yang mengunci pandangannya. Hati nurani Keyra tergoyah saat melihat sosok rapuh itu. Sepertinya Kakek itu juga akan ke pasar, karena Keyra melihat ada tas pasar di depan tubuh sang
Sang preman berbalik badan dan berniat meninggalkan sang kakek tapi langkahnya terhenti saat melihat sosok Keyra tak jauh dari tempatnya berdiri.“Orang tua loh itu, sopan sedikitlah” ucap Fia dengan raut wajah tenang.“Gak usah ikut campur lu bocah” kata sang preman dengan raut wajah menahan geram.Mendengar ucapan sang preman membuat Keyra diam dan menatap keduanya dengan raut wajah menilai.“Natep apa lu?!” kata salah satu di antara mereka dengan raut wajah menahan marah.“Lu berdua kalau berantem menye-menye gak? Luka gue masih ada yang baru dan yang kemarin belum sembuh. Kalau gue adu jotos sama elu bisa tambah banyak lebam gue, tapi kalau lu pada menye-menye ‘kan luka gue gak terlalu banyak” ucap Keyra dengan raut wajah tenang.“Sialan tuh bocah” ucap preman satu dengan raut wajah kesal dan menahan geram.“Maju gih, gue capek” ucap sang preman dua deng
Hari ini adalah hari terakhir ujian semester, hari terakhir untuk mereka berpikir dengan keras. Saat ini Keyra sedang belajar di taman belakang di temani oleh roti dan susu kotak kesukaannya. Keyra terus membaca dengan sesekali mengunyah roti miliknya. Hingga alarm di ponselnya berbunyi dan menampilkan tulisan ‘waktunya masuk’. Dengan gerakan tenang Keyra membereskan buku-bukunya dan membawa dalam pelukannya.Keyra mulai berjalan ke arah gedung Fakultasnya dengan gerakan tenang, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya tapi Keyra terus berjalan tanpa memedulikan semua tatapan itu. Hingga sebuah suara membuat fokusnya teralihkan.“Panggilan untuk Mahasiswi yang bernama Keyra maharani dari Fakultas kedokteran jurusan dokter psikologi untuk segera ke ruang Dekan Fakultas kedokteran. Sekian pemberitahuan dari saya, selamat pagi” ucap orang di seberang sana dengan nada suara lemah lembut.“Gue ada salah apa?” gumang Keyra dengan
“Kalau bukan kamu lalu siapa yang ada di dalam foto itu?” tanya sang Rektor dengan raut wajah tak percaya dan senyum remeh.“Tapi ini benar bukan saya, saya tak pernah melakukan ini semua. Apa lagi membeli kisi-kisi ujian akhir semester atau menyogok karyawan. Bapak tahu sendiri saya anak beasiswa hidup saja pas-pasan uang dari mana saya untuk melakukan itu semua?” tanya Keyra dengan raut wajah serius dan nada suara meyakinkan. Tapi beberapa orang masih menatap rendah ke arah Keyra dan memasang wajah datar.“Bukti sudah ada dan kamu ingin mengelak?” tanya sang Dekan dengan raut wajah datar.“Tapi ini benar-benar bukan saya pak” ucap Keyra dengan frustrasi.“Jika itu benar bukan kamu apa kamu punya bukti untuk membuktikan semua ucapanmu?” tanya sang Dekan yang lainnya dengan datar.“Saya belum punya bukti tapi beri saya waktu untuk membuktikannya” ucap Keyra dengan raut wajah ya
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil