“Itu kapan?”Karena diamnya Edgar saat ini, Maria tak perlu menanyakan apakah video yang ia dapat merupakan asli atau hanya rekayasa semata. Sudah jelas, lelaki ini membeku, dalam gurat wajahnya ada setitik bersalah, matanya tak berpendar seperti biasa, hanya menyorot hampa penuh keterkejutan.Yang Maria lihat di video itu memang Edgar.Hati Maria sakit. Kecewa. Tentu. Namun dari pada itu, ia lebih tak mengerti kenapa Edgar bisa melakukan hal setidak bermoral itu, berselingkuh.Maria tak mengerti sama sekali.Lelaki itu muak dengan sikap Maria yang seenaknya dan keras kepala? Harusnya Edgar sudah tau watak Maria seperti apa jauh sebelum mereka menikah, karena Maria tak pernah berpura-pura, fake, munafik dalam bersikap. Jadi kalau Edgar berpaling karena sikap Maria pada lelaki itu sangat tak masuk akal.Lalu kenapa? Maria sangat ingin tau alasannya, sangat, namun ia mempunyai feeling kalau Edgar akan berbohong kembali kalau Maria bertanya demikian. Jadi buat apa
Maria sebenarnya tak terlalu mengerti ketika orang selalu berkoar tentang titik balik kehidupan, sebuah masa dimana hal tak terduga terjadi, yang mana mampu merubah sebagian besar atau bahkan semua dari aspek kehidupan.Maria pikir hal begitu tidak lah ada, bahkan saat kehamilan tak terduga datang padanya, Maria pikir itu hanya takdir tak terduga yang sedikit getir, namun tak mampu mengubah apapun dalam diri Maria. Maria masih menjadi Maria yang dulu bahkan setelah mempunyai anak, taka da yang berubah dari hidupnya karena semua yang ia rasa adalah kebahagiaan.Namun hari ini, rasa-rasanya Maria akhirnya mengerti apa yang disebut titik balik bagi orang-orang.Sebuah pendewasaan, atau mungkin cobaan, boleh jadi juga sebuah pembelajaran. Mungkin, Maria akan mengakui kalau hal yang terjadi padanya saat ini merupakan sebuah pembelajaran, sebuah pendewasaan, beberapa tahun yang akan datang.Tetapi untuk sekarang? Maria tak melihat pembelajaraan apapun, bukan juga sebuah pendew
Maria pergi.Jika dulu ia selalu punya pelarian paling mujarab, berkeliling negara lain untuk membuat otaknya lupa akan masalah, kini Maria tak lagi mampu melakukan itu, karena kondisi tubuhnya tak lagi memungkinkan.Sekarang, hanya waktu yang bisa menyembuhkan.Dan mungkin, akan memakan durasi yang cukup lama.Meskipun sejatinya dalam hati Maria tak ingin berlarut-larut dalam luka hati, teringin langsung lupa jikalau bisa. Namun karena tidak mungkin melupakan dalam waktu singkat yang bisa wanita pirang itu lakukan adalah mencoba beberapa usaha.Dan usaha yang pertama adalah, menjauh.Menjauh dari segalanya tentang Edgar dan wanita barunya. Maria tiba-tiba tersenyum miris mendengar perkataan hatinya sendiri. Wanita baru. Rasanya ini merupakan pertama kalinya Maria mengatakan hal serupa itu.Wanita baru Edgar.Maria menggeleng singkat, menghela napas ketika sadar bahwa ia memikirkan Edgar lagi. Stop it, Maria. Anak lo sakit lagi kalo mikirin itu terus! Segesti
Maria menginjakan kaki di rumahnya setelah sekian lama, terakhir kali mungkin sudah setengah tahun yang lalu, membawa keterkejutan bibi, emba dan juga penjaga rumah yang lain. Karena terkhir mereka ingat nona muda mereka bilang tidak akan pulang kalau tuan besar belum siuman.Dan ketika Maria pulang, dengan Ares di gendongan, perut yang membesar pula, penuh pertanyaan dalam kepala para pekerja, namun seakan sadar kalau bukan wewenang mereka untuk tau, tidak ada yang menanyakan, hanya bibi Sari yang dengan luwes bertanya kabar dan keadaan Maria serta keluarga.Maria pernah bilang bukan? Ia meninggalkan rumah karena terlalu sepi, sisanya masih sama, bibi dan penjaga masih Maria tugaskan untuk menjaga rumah dengan baik, karena tidak mungkin Maria membiarkan rumah ini terbengkalai.Maria menurunkan Ares dari gendongannya, menyeret mainan dan barang-barang kesayangan Ares dalam koper besar yang langsung diambil alih oleh emba, sisanya Maria tak membawa apapun, semua miliknya pen
Pagi pertama Maria dirumah ia jalani dengan biasa, meski sudah menjalani kebiasaan yang berbeda dua tahun terakhir, Maria tak canggung kembali pada kesehariannya yang cuma pengangguran tak punya pekerjaan.Setelah mencuci muka dan mandi, Maria memilih pakaian rumahan sederhana, memakainya sebelum membubuhkan make up tipis, membiarkan Ares terlelap di ranjangnya hingga nanti, kemudian Maria melangkah keluar melewati pintu besar kamarnya. Menemukan Mama yang sudah terlihat rapih dan juga baru keluar dari kamar seperti Maria.Maria menunggu ibunya mendekat, Emily seperti biasa, berdandan necis ala ibu-ibu sosialita. Jika sudah sepagi ini, sudah pasti ibunya hendak pergi ke rumah sakit kembali. Padahal kemarin malam saja Maria tidak sempat melihat ibunya pulang karena sudah terlalu malam. Cinta memang begitu ya, pagi hingga malam tak masalah kalau untuk orang tersayang.Ketika Emily sudah ada di jangkauan Maria, wanita hamil yang menggunakan dress lengan panjang dengan bahan ja
Rumah dua lantai itu tampak jauh dari kata baik, meski nyatanya ini sudah lebih baik setelah kemarin bibi membersihkan semua kekacauan yang Edgar buat dengan tangannya sendiri.Suara dering ponsel tak dihiraukan, pria yang menggunakan kemeja dan juga celana bahan khas kantoran itu tetap tidur tengkurap di sofa yang dipenuhi barang-barang tak terindentifikasi.Edgar menghembuskan napas panjang, lelaki wajah, kemeja dan juga rambutnya ada pada level kusut yang sama itu mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Lingkaran mata hitam langsung terlihat, membuka memerkan mata yang memerah karena hanya tidur beberapa jam seminggu ini. Janggutnya juga dibiarkan tumbuh, tak bercukur.Mana mungkin Edgar punya waktu untuk itu. Dia bahkan tak punya waktu untuk memikirkan dirinya sendiri, dan hanya memikirkan istri, anak, dan keluarganya.Edgar belum pernah menderita insomnia seumur hidup, ia tidak pernah mengalami gangguan tidur selama tiga puluh tahun ia hadir di dunia. Dan sekar
Maria Foster berjalan dengan pandangan kosong, wanita berdress hitam motif salur itu itu melangkah dengan kaki jenjangnya yang dibalut slipper lepek, mendesah kecil, lalu langkahnya berhenti di koridor rumah sakit yang sepi, wanita ayu yang rambut pirangnya dikepang satu itu mengusap wajah sekilas.Melihat lagi dengan seksama potret hitam putih yang ada di tangannya. Hari sudah siang, rumah sakit tak lagi ramai seperti pagi tadi waktu Maria pertama kali datang.Meski terakhir kali Maria sudah datang memeriksa kandungan, wanita hamil itu teringin kembali melihat bagaimana perkembangan bayi yang ada di perutnya.Entah kenapa. Maria tiba-tiba saja teringin periksa meski belum pada jadwal rutin yang sudah ditentukan, melangkah keluar dari ruangan ayahnya sejenak untuk datang ke ruang dokter kandungan.Dan tentu saja. Maria bersalah. Ia membuat bayinya kesusahan, bahkan saat Maria tak bilang apa masalah hidupnya dokter tadi menasehati Maria untuk tidak banyak pikiran, menghin
Maria pulang ke rumah dengan kepala penuh.Bertemu dengan Kamal dan mendengar semua cerita sepupunya itu benar-benar tak membantu Maria yang sedang mencoba untuk meringankan beban pikiran. Karena memang apa yang dikatakan oleh Kamal layak untuk masuk sebagai topik melamun Maria akan memaafkannya, kendati dalam hati ia masih tak mengerti kenapa Edgar mau melakukan hal semacam itu untuknya.Untuk Maria.Kata Kamal begitu, sang pangeran bego alias uler kangkung yang sebelumnya menghancurkan hati Maria itu malah membuat pembuktian besar diujung kisah. Membuat Maria ragu akan apa yang sudah diputuskannya sejak awal permasalahan.Tiba-tiba Maria jadi memikirkan apa lagi kiranya hal-hal yang sudah Edgar lakukan tanpa sepengetahuannya.Begitu mobil yang Maria kendarai sampai di rumah, wanita itu pun langsung turun dan masuk, menuju kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu saat hendak ke kamar ia melihat ibunya yang tengah duduk santai dengan satu cangkir teh ditangan, ditan