Home / Romansa / (A)Gus Nazril / Bab 5 : Sisi Terapuh

Share

Bab 5 : Sisi Terapuh

Author: Aryani15
last update Last Updated: 2021-03-24 11:07:19

"Mama! Ralin lagi nyetir lho!" Protesku karena sejak tadi dari parkiran toko sampai dekat rumah topik bahasan mama hanya Mas Nazril.

"Ya Mama juga lihat kalau lagi nyetir. Baik banget ya teman kamu itu."

"Hmm!"

"Seru ngobrol sama dia, untung tadi ada teman kamu kalau enggak pasti Mama milihnya sampai malam!" kata mama sambil tertawa geli, diam-diam aku juga bersyukur karena tadi mama dibantuin milih sama Mas Nazril. Kalau enggak, mungkin saat ini mama masih betah nangkring di sana.

Dan aku beneran takjub sama mamaku sendiri, sejak awal aku ikut kasih pertimbangan milih laptop enggak pernah diterima sampai aku bosen. Nah giliran Mas Nazril yang kasih masukan terus kasih dua pilihan mama langsung pilih salah satunya tanpa pikir panjang. Sudah begitu dapat diskon lagi, katanya Mas Nazril punya voucher enggak kepakai.

"Kapan-kapan kalau Nazril jemput Ilyas suruh mampir ya!"

"Ya Mama bilang saja ke Bu Asri atau siapa, Ralin kan enggak setiap saat di sana!"

"Ck! Ya kamu chat dia lah Sayang!! Masa enggak punya nomornya."

Aku masih berkonsentrasi memakirkan mobil di garasi rumah, mama lalu turun dengan menenteng laptop kesayangannya.

"Belum nge-save Ma! Nanti Ralin cari di grup!"

Aku membuka jilbabku dengan asal lalu menghempaskan diri ke sofa ruang tengah, mama membuka laptop barunya beserta aksesoris yang sekalian dibeli tadi sedangkan AC nya akan diantar besok sekalian dipasang. Aku baru ingat kalau belum menyimpan nomor Mas Nazril. Aku coba cari di WAG dokter lalu segera aku save.

Saat aku iseng melihat-lihat status, muncul status dari Mas Nazril dia memposting tingkah lucu Ilyas yang sedang menangis entah minta apa anak itu.

Eh? Berarti dia sudah simpan nomorku kan kalau statusnya sudah muncul?

"Kenapa senyum-senyum Lin?"

"Ah enggak Ma, lagi chat sama Gisel!" Memang ada pesan masuk dari Gisel tapi belum aku buka.

"Eh iya apa kabar tuh anak? Kapan pulang?"

"Bulan depan wisuda Ma, terus pulang kampung katanya!"

"Suruh cepat pulang Mama kangen, kalau enggak ada dia kamu jadi enggak pernah jalan kemana-mana. Mentok cuma sampai depan rumah."

Aku mendengus mendengar ucapan mama. Tapi bener juga sih, semenjak Gisel ambil S2 di Australia aku enggak pernah jalan-jalan lagi kalau libur. Gisel adalah satu-satunya sahabatku sejak kecil. Dulu kita tetanggaan sebelum aku dan mama pindah ke rumah ini. Dan aku nyaman sama dia. Gisel dan keluarganya selalu ada terutama di saat aku dan mama sedang terpuruk.

*****

Hari ini aku jaga pagi dan seperti biasa menjalankan tugas sesuai rutinitas. Visit ke setiap kamar pasien, melengkapi rekam medis dan biasanya kalau ada waktu senggang suka bantuin perawat melipat kassa.

"Dokter Nazril itu saudaranya Prof. Danu ya?" tanya Mbak Anggi ke dr. Reza.

"Bukan kayaknya Mbak! Setauku dulu muridnya atau apa begitu tapi keren loh dia Mbak. Yang aku dengar dari anak-anak OK, Prof. Danu seringnya minta Nazril yang jadi asisten operasi. Kata anak-anak kerjaannya memang keren banget!"

"Iya sih Dok, katanya juga Prof. Danu sendiri yang minta dr.Nazril untuk masuk sini."

Aku memilih menyimak obrolan yang sedang trending di sini.

"Enggak mau nambahin informasi Dok? Diem-diem bae?" tanya Mbak Anggi sambil menyenggol bahuku.

"Aku enggak kenal Mbak sama dia sebelumya, info yang aku punya ya cuma dia temanan lama sama Mas Edo!"

Mbak Anggi dan Reza kompak menertawakanku. Biarlah membuat orang bahagia itu ada pahalanya kata mama.

Siangnya aku dan Mbak Anggi memilih mengisi perut dengan semangkok soto di kantin, kita juga sudah gabung dengan UGD Squad, ada Putri, Teguh dan juga Mas Edo.

Mas Nazril 

Sudah makan siang?

Ada angin apa tiba-tiba orang ini mengirimiku pesan?

Me

Ini bareng teman-teman di kantin.

Mas Nazril

Oh ya sudah lain kali, saya mau ajak ke CBA.

Me

On duty MasEnggak bisa keluar kan!

Mas Nazril

Ya maksudnya pulang kerja Raliiiiiiiin!!

Reflek aku tertawa membayangkan wajahnya, sekarang aku paham kalau dia sedang greget pasti panggil namanya panjaaang banget.

"Orang kalau lihat hp terus tertawa sendiri itu tandanya kalau enggak dapat undian berarti jatuh cinta!" ujar Mas Edo.

Aku memincingkan mata "Teori dari mana Mas??" 

"Dari Nazril!" jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Aku hanya mengangkat bahu, mencoba enggak terpengaruh dengan godaan Mas Edo.

Tapi ya namanya Mas Edo enggak akan puas kalau belum bikin orang malu. Beruntung hpku bunyi dan aku meminta izin menyingkir. Tapi saat menyadari siapa yang telpon, aku malah memilih jadi bahan ledekan Mas Edo saja.

"Halo Pa!"

"Kalau kamu libur ke rumah! Papa mau bicara!"

Aku menghela nafas. "Ralin masih lama liburnya! Ralin juga lagi sibuk pa!"

"Mau Sampai kapan kamu terus membangkang? Contoh kakak kamu itu, selalu nurut apa kata papa!!"

Aku menjauhkan hpku dari telinga karena mendengar nada papa mulai meninggi sambil menggigit bibirku menahan cairan bening yang sebentar lagi akan meleleh.

"Papa Tunggu!" Hanya itu yang aku dengar sebelum panggilannya terputus.

Aku meremas baju depanku mencoba menahan rasa nyeri yang baru saja menghujam hatiku.

"Lin.. Are You okay?

Aku meneggakkan tubuh lalu secepat mungkin menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipiku. Saat ini aku berdiri di pojok luar ruang sterilisasi yang cukup sepi.

"I'm okay Mas!" Jawabku sambil berusaha tersenyum pada Mas Nazril yang berjalan mendekatiku.

"Yakin?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk lagi untuk meyakinkannya. Mas Nazril masih diam menungguku.

"Menangislah!"

Hanya dengan satu kata darinya tiba-tiba semua jenis emosi yang ada di hatiku membuncah, sedih, marah, kesepian, rendah diri, tersisih, haru dan semuanya. Lututku lemas sehingga membuatku jongkok, aku menyembunyikan wajahku di antara kedua lututku. Aku menangis hebat, entak kenapa aku merasa terharu dengan perbuatan sepele Mas Nazril. Perbuatan yang selama ini tidak aku dapatkan dari oranglain selain mama dan Gisel.

Aku siap jika Mas Nazril mau menjauhiku seperti teman-temanku selama ini setelah tahu sisi rapuhku. Aku sudah hafal rasanya ditinggalkan oleh orang-orang yang aku sayangi. Apalagi ini Mas Nazril yang aku kenal belum lama ini, aku tidak peduli terlihat lemah di depannya karena saat ini aku hanya ingin menangis agar dadaku tidak sesak lagi.

Related chapters

  • (A)Gus Nazril   Bab 6 : Salah Paham

    Sehari sejak kejadian Mas Nazril melihatku menangis, aku sengaja ke UGD untuk melihat responnya. Seperti yang sudah-sudah, teman-temanku akan menjauh perlahan setelah mengetahui sisi terlemahku. Awalnya mereka akan selalu menghindar saat aku sajak makan atau kegiatan lainnya dengan alasan sibuk, kemudian lama-kelamaan mereka akan benar-benar menjauh dan menghilang.Malamnya aku sempat berdoa agar Mas Nazril adalah orang yang berbeda dengan teman-temanku dulu entah kenapa aku ingin sekali bisa menjadi temannya karena selama aku kenal dia, aku merasa dia adalah pendengar yang baik. Bukan berarti aku berharap mempunyai hubungan lebih, jujur hati kecilku juga ingin mempunyai sahabat untuk berbagi suka dan duka seperti kebanyakan orang tentunya selain mama dan Gisel.Tapi sepertinya Allah sudah kasih peringatan sejak awal, Mas Nazril benar-benar menghindariku seperti awal mulanya teman-temanku dulu meninggalkanku. Waktu aku masuk ke UGD dan menyapa Putr, Mas Nazril hanya te

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 7 : Dia Kembali

    Ralin point of view."Evaluasi Nadi!!" Teriakku pada Putri dan Teguh yang hanya terdiam."Dok!" Panggil Putri lirih sambil memegang lenganku. Aku tidak peduli, aku terus memompa jantung pasien.Walaupun Rasanya seluruh badanku sudah ingin menyerah, keringat sudah membasahi baju kerjaku tapi mendengar anak pasien yang terus memanggil ayahnya dari luar rasanya ada nyeri di hatiku. Aku melihat gambaran diriku waktu seusianya, menangis memanggil papa yang tak pernah pulang lagi ke rumah mama."Dokter!!" panggil Teguh agak keras. Aku tetap tidak peduli, aku yakin pasien ini akan bertahan."Kembalilah Pak, kembali!!! Kembali untuk anakmu!" Ucapku dengan nafas tersengal pada pasien yang tidak mungkin mendengar kata-kataku, aku masih terus memompa jantungnya tidak peduli air mataku yang terus mengalir."RALIN!!"Aku bahkan tidak peduli teriakan itu, aku tetap memompa jantung pasien. Pasien ini harus kembali, ana

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 8 : Menentang Rasa

    "Jadi aku melewatkan banyak hal nih?"Gisel menyuarakan rasa penasarannya ketika aku selesai sholat shubuh. Semalam Gisel bilang kesini jam setengah 2 malam dan aku baru sadar kehadirannya satu jam kemudian. Aku benar-benar tidak tau lagi caranya bersyukur punya sahabat sebaik Gisel."Apaan?""Semalam siapa yang tidur di sofa?" tanyanya lagi sambil menyenggol lenganku."Hah? Memang siapa?""Semalam waktu aku sampai sini ada cowok yang tidur di sofa nemenin kamu! Tahu begitu aku enggak usah kesini saja, malah gangguin malam romantis kalian!""Jangan berlebihan deh Gis!""Beneran, terus dia denger aku datang langsung bangun. Tanya aku siapa, awalnya agak enggak percaya sama aku, terus aku tunjukkin pesan dari mama kamu, baru dia pamit pulang.Gentlebanget sih Lin! Sumpah cocok banget kalian, dia muka bangun tidur saja gantengnya enggak luntur. Akhirnyaaaaa, Ralinku punya pacar!"Gisel terus nerocos sambil meme

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 9 : Lembaran Baru

    Mas Nazril benar-benar menjemputku di minggu pagi ini, tapi kali ini aku lebih santai karena dia mengajak murid favoritku, Ilyas. Tadi dia juga meminta izin sama mama dan sepertinya mama sudah mengetahui rencana Mas Nazril sebelumnya."Ilyas memang enggak rewel kalau ikut tapi enggak sama bundanya?""Kamu mau kita berdua saja apa bagaimana ini maksudnya?""Alus benar buaya kalau ngomong!"Dia tertawa lebar lalu sebelah tangannya mengusap rambut Ilyas yang ada di pangkuanku."Ilyas sama saya lengket banget, asal dibawain susu aman dia. Malah dia yang nangis pengen ikut tadi, saya pikir kamu sudah tahu Ilyas dan enggak akan keberatan kalau dia ikut.""Sama sekali enggak Mas! Kangen sama anak ini, sudah lama saya enggak main ke sekolah!""Itu kamu yang kebangetan, di depan rumah doang enggak pernah main. Kalau saya pasti pilih jadi gurunya anak-anak atau jadi pengasuh sekalian!""Sebegitu sayangnya sama anak-anak!""Enggak

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 10 : Jailangkung

    "Dok Ed, sahabatnya kemana sih?" Tanya Putri di tengah-tengah acara makan siang kita."Siapa? Si Agus?""Haha, iya Dok!""Oh, biasalah diajak kencan sama Profesor Danu." Jawab Mas Edo sambil melirikku, entah lirikan apa itu.Mas Nazril memang lagi ke Bangkok bersama Prof. Danu untuk menghadiri seminar kesehatan, terhitung sudah satu minggu sejak kita pergi ke rumah Pak Hadi. Senin malam dia berangkat. Sejak saat itu juga aku jadi intens bertukar pesan dengannya, hampir setiap hari."Kok dr. Nazril bisa dekat banget sih sama Prof. Danu?" Tanya Putri lagi, ini cewek kalau tanya harus sampai akarnya. Aku memilih menyimak obrolan mereka sambil menghabiskan soto favoritku."Dulu waktu kita koas, Nazril langganan dapet dampratan malah, tapi mungkin karena Prof. Danu sudah ngincer otakknya yang encer kali ya, nyatanya setelah selesai iship Si Agus langsung ditarik ke Jakarta sama Prof. Danu. Dia diminta kerja di rumah sakit besar di bidang peneliti

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 11 : Menantu Idaman

    Nazrilpoint of view Gue tertawa sendiri melihat layar panggilan tiba-tiba terputus. Ini pasti Helga yang ngerebut hp dari Edo. Tapi alhamdulillah lumayanlah sempat lihat wajah Ralin. Edo walaupun kampret begitu bisa juga diandalkan. "Ril, jadi ya kamu yang ngisi!" "Hah? Jangan Prof! Saya mah apa atuh! Profesor saja deh ya!" "Saya sudah sering, sekarang kamu! Saya tunggu 10 menit lagi!" "Tapi Prof?" Aku masih menego permintaan Prof. Danu, kali ini benar-benar di luar konteks. Kalau biasanya beliau minta gue cari sample atau mengekstraksi kandungan kulit buah atau misahin DNA gue mah ayo saja. Tapi ini, coba bayangkan! Gue disuruh ngisi ngaji komunitas pedagang syariah Indonesia yang ada di Bangkok ini. Bingung ya? Ha ha ha Tenang gue jelasin! Jadi gue sekarang ada di Bangkok sudah satu mingguan. Tujuan utamanya adalah seminar dengan temaBasic Surgical Skills for General Phy

    Last Updated : 2021-06-02
  • (A)Gus Nazril   Bab 12 : Perhatiannya

    Ralin point of view Semalam aku tidak tidur karena harus nerus jaga malam menggantikan salah satu dokter yang berhalangan hadir. Sepulang kerja aku menepikan mobil di depan warung bubur yang enggak jauh dari rumah sakit. Aku masih mencari-cari kursi kosong, pagi-pagi begini sudah pasti penuh sesak. Alhamdulillah rejekinya Pak Raden. "Pagi Mbak dokter cantik!" sapa pria tua yang sudah akrab denganku.

    Last Updated : 2021-06-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 13 : Takdir Atau Kebetulan?

    Nazril Point Of View Pasti pada sering dengar kan kalimat 'tidak ada yang kebetulan di dunia ini, bahkan daun jatuh pun sudah ditakdirkan oleh Allah'? Gue yakin memang semua terjadi bukan karena kebetulan, melainkan sudah Allah takdirkan. Seperti saat ini entah kebetulan atau takdir tapi gue pilih sebagai takdir. Siang ini saat gue mau ke rumah saudara, enggak sengaja melihat mobil Ralin berhenti di tepi jalan agak sepi. Tanpa pikir panjang gue tu

    Last Updated : 2021-06-14

Latest chapter

  • (A)Gus Nazril   Bab 54 : Khatam

    Siang ini kesibukan pesantren lebih terasa karena malam nanti adalah malam inti dari acara wisuda santri. Jika biasanya acara santri putri diadakan di siang hari, tahun ini abi dan seluruh keluarga juga pengurus pesantren sepakat untuk mengadakannya dimalam hari dimulai sehabis maghrib. Banyak wali santri yang sudah berdatangan dari berbagai daerah, penginapan-penginapan yang sengaja disiapkan oleh para santri sudah banyak yang penuh. Kebahagiaan santri salah satunya ya saat-saat seperti ini, jadi kangennyantri.Padahal dari semua saudara, gue yang paling bandel. Gue hanya nyantri dari MI sampai Mts selebihnya gue dirumah ini, ngaji sama simbah dan abi. "Yang ikut wisuda banyak juga ya Mas, berarti habis ini berkurang banyak ya?" Tanya Ralin. "Ya enggak mesti langsung pada pamit Lin, biasanya kalau yang enggak kuliah atau nikah masih pada disini nerusin ngaji, itu kemarin juga santri baru alhamdulillah sudah masuk banyak cuma kan b

  • (A)Gus Nazril   Bab 53 : Sawi Goreng

    Nazril Point Of View. “Lin, lapar!” Ucap gue dengan ekspresi yang semenyedihkan mungkin karena gue tahu istri gue yang cantik ini bakalan ngomel-ngomel kalau gue makan selarut ini. Dan benar saja, Ralin malah merapatkan selimutnya. Gue yakin bukan karena dia enggak mau melayani gue, tapi karena dia sayang sama gue. Sekarang sudah hampir jam satu, tadi gue dan Ralin habis ngobrol banyak. Kita memang punya satu waktu khusus untuk ngobrol berdua yang biasa kita sebut dengan sesi kejujuran dan itu harus kita lakukan. Gue kenal Ralin, dia adalah tipe orang yang susah untuk cerita tentang kesedihannya, memilih memendamnya sendiri. Makanya gue sengaja membuat acara sesi kejujuran itu, awalnya hanya iseng tapi semakin lama menjadi sebuah keharusan karena dari situ gue bisa tahu banyak hal tentang perasaan Ralin. Intinya dibuat nyaman dulu baru dia mau cerita. “Masakin nasi goreng dong Lin!” Gue masih berusaha ke

  • (A)Gus Nazril   Bab 52 : Sesi Kejujuran

    Ralin Point Of View “Terimakasih kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbicara. Yang pertama saya ingin mengucapkan syukur pada Allah karena begitu banyak hal baik dan berkesan dalam hidup saya hingga detik ini. Yang kedua terimakasih pada pihak rumah sakit yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk bisa bergabung dalam operasi ini, suatu kehormatan dan ilmu berharga bagi saya.” “Selanjutnya saya sangat ingin berterimakasih pada seseorang yang telah memberikan kebahagiaan terbesar dalam hidup saya selain keluarga, seseorang yang menjadi alasan saya untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik, seseorang yang menjadi alasan saya untuk segera pulang ke rumah, dan seseorang yang menjadi alasan saya untuk tetap kuat. Maaf jika masih belum bisa menjadi yang terbik, maaf jika masih terus membuatmu bersedih, terimakasih karena tetap bertahan di sampingku, terimakasih karena te

  • (A)Gus Nazril   Bab 51 : Duplikat Papa

    Nazril Point Of View Benar kata istri gue kalau setiap harinya kita lalui dengan perasaan syukur dan bahagia, waktu akan terasa cepat. Itulah yang gue rasakan, lima hari dalam seminggu gue kerja dirumah sakit kadang juga bisa keluar kota atau bahkan sesekali ke luar negeri dan setiap gue sampai rumah ada anak dan istri gue yang sudah menyambut. Melihat senyum mereka membuat capek gue seketika hilang, pelukan mereka membuat gue kembali semangat berjuang mencari nafkah buat mereka. Dan itu semua membuat waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa Rey sudah berumur dua tahun. Sudah aktif banget lari kesana kemari. Kata umi Rey itu fotocopyan gue banget pas waktu kecil, anaknya enggak bisa diem apa-apa pengen dipegang, kalau bahasa jawanyaglidikbanget, kata umi dulu waktu gue kecil pernah minum air bekas cucian piring, mungkin itu kali ya rahasia ganteng gue?? Ha ha Gue sangat bersyukur Rey tumbuh sehat dan

  • (A)Gus Nazril   Bab 51 : Duplikat Papa

    Nazril Point Of View Benar kata istri gue kalau setiap harinya kita lalui dengan perasaan syukur dan bahagia, waktu akan terasa cepat. Itulah yang gue rasakan, lima hari dalam seminggu gue kerja dirumah sakit kadang juga bisa keluar kota atau bahkan sesekali ke luar negeri dan setiap gue sampai rumah ada anak dan istri gue yang sudah menyambut. Melihat senyum mereka membuat capek gue seketika hilang, pelukan mereka membuat gue kembali semangat berjuang mencari nafkah buat mereka. Dan itu semua membuat waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa Rey sudah berumur dua tahun. Sudah aktif banget lari kesana kemari. Kata umi Rey itu fotocopyan gue banget pas waktu kecil, anaknya enggak bisa diem apa-apa pengen dipegang, kalau bahasa jawanyaglidikbanget, kata umi dulu waktu gue kecil pernah minum air bekas cucian piring, mungkin itu kali ya rahasia ganteng gue?? Ha ha Gue sangat bersyukur Rey tumbuh sehat dan

  • (A)Gus Nazril   Bab 50 : Bukti

    "Lin! Mama duluan ya! Enggak enak sama Tante Sinta dan keluarga!" "Ya sudah deh Ma, duluan saja sama Om Yuda nanti Ralin nyusul!" "Jangan lama-lama enggak enak kalau datangnya belakangan!" "Iya Ma!" Aku masih sibuk menyiapkan segala keperluan Reyshaka dan Mas Nazril. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Gisel dan Mahesa. Mama dan Om Yuda sudah pamit duluan, tadi di grup keluarga Bang Arkan bilang sudah mau jalan. Tapi lihatlah dua jagoanku, masih asyik bermain air di kamar mandi! "Mas!! Sudah belum mandinya? Yang lain sudah pada berangkat!" Teriakku dari luar kamar mandi. "Sebentar!!" "Dari 10 menit yang lalu kamu juga bilang sebentar!" Dia tidak menghiraukanku, malah asyik bermain dengan Reyshaka di kamar mandi, anaknya juga terdengar senang sekali bermain air, dia teriak-teriak dan tertawa. Kalau seperti ini sudah pasti akan terlambat, untung kemarin kita hadir di acara pemberkatan Gisel dan Mahesa jadinya kalau ha

  • (A)Gus Nazril   Bab 49 : Aqiqah

    Hari ini di pesantren diadakan acara aqiqah anakku, tepat di hari ketujuh kelahirannya, Mas Nazril tetap menyembelih dua kambing walaupun anak kita masih di rumah sakit. Dua hari yang lalu alhamdulillah aku sudah boleh pulang dan setiap pagi aku selalu pergi ke rumah sakit mengantar ASI sekalian menjenguk Reyshaka. Acaranya hanya syukuran biasa dengan mengundang warga sekitar pesantren untuk ikut mendoakan anakku dan juga membagikan masakan aqiqahnya pada warga setempat. Karena hanya dua ekor kambing dan itu tidak mencukupi untuk warga pesantren, Mas Nazril membeli satu ekor sapi untuk disembelih dan dimasak untuk keluarga dan para santri. Sekali-kali menyenangkan hati para santri katanya, sebagai ucapan terimakasih juga karena selama ini para santri banyak membantu keluarga kita. "Lin, besok aku ada kerjaan ke Jakarta selama tiga hari." Kata Mas Nazril yang sibuk dengan laptopnya. "Berangkatnya hari ini Mas?" "Aaaaaa." Sebelum menjawab dia membuka mu

  • (A)Gus Nazril   Bab 48 : Pertemuan

    Ralin Point Of View Malam ini aku masih harus menahan diri untuk melihat anakku karena keadaan kami belum memungkinkan. Sejak dia lahir aku sama sekali belum bisa mennyentuhnya dan melihat wajahnya. Saat ini aku hanya tinggal berdua dengan Mas Nazril, dia masih tertidur. Kasihan sekali pasti capek banget sejak kemarin harus kesana kemari mengurusi aku. Mama, umi dan yang lainnya sudah pamit sejak tadi. Sebenarnya mama ingin tinggal tapi aku larang, beliau sejak kemarin juga banyak begadang menemani aku, mama orangnya enggak kuat kalau kurang tidur. Jika dipaksakan malah akan meriang berhari-hari. "Lin!" Aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum lalu ke kamar mandi. "Aku sholat isya dulu ya!" Katanya setelah keluar dari kamar mandi. Sementara dia sholat aku sibuk membalas chat dari teman-teman yang mengucapkan selamat atas kelahiran anakku. Dan chat terbanyak datang dari Gisel, sejak kemarin dia terus

  • (A)Gus Nazril   Bab 47 : Perjuangan

    Gue masih mondar-mandir di depan ruang operasi, 5 menit yang lalu gue diusir sama dr. Alfaina keluar ruang operasi. Sejak Ralin mulai masuk gue sudah ikut sama dia, kasih dia dukungan tapi lama-kelamaan gue banyak omong jadilah gue diusir keluar dari kamar operasi. Ternyata bukan cuma Ralin yang jadi banyak omong kalau gugup, gue pun sama. Tadi gue gugup dan khawatir banget alhasil mulut gue enggak bisa diem. Rencana operasinya mundur jadi sore hari karena harus menaikkan hb Ralin dulu dan sejak semalam dia harus berjuang melawan rasa sakit. Alhamdulillah selain Bude Nilna masih ada dua lagi pendonor dariKangMadi dan saudara Mama Rani, jadi Ralin punya persedian 6 kantong darah. "Ril, duduklah! Tambah pusing Umi lihatnya!" Tegur Umi. "Iya Umi, gugup! Maaf!" "Ya semua juga gugup dan khawatir, kamu jangan bikin tambah puyeng!" Gue hanya nyengir, merasa bersalah. Saat ini gue ditemani mama dan umi, selain itu ada

DMCA.com Protection Status