Home / Romansa / (A)Gus Nazril / Bab 3 : Bahagia Itu Sederhana

Share

Bab 3 : Bahagia Itu Sederhana

Author: Aryani15
last update Last Updated: 2021-03-18 09:03:39

*****

Bahagia itu sederhana.

Sering kali kita dengar kalimat itu, tapi apakah benar bahagia itu bisa dengan mudah diraih? Sepertinya aku setuju.Nyatanya aku bisa tertawa bahagia bersama para pengasuh hanya dengan melihat tingkah anak-anak yang sangat polos dan lucu.

Setelah 3 hari maraton jaga malam akhirnya aku bisa libur dua hari. Aku menghabiskan hari liburku ini dengan membantu para pengasuh mengurus anak-anak lucu ini.

Bertahun-tahun aku kesepian hanya tinggal berdua dengan mama dan saat ini aku enggak perlu khawatir lagi karena kehadiran anak-anak ini. Di depan rumahku persis ada bangunan tinggi menjulang yang dijadikan sekolah TK dan PAUD juga daycare.

"Siapa yang tadi pagi sholat subuhnya enggak telat?" tanya Umi Nuri salah seorang guru PAUD.

"Ilyaaaaas!!" Bocah lucu di pangkuanku ini berteriak kencang sambil mengangkat tangannya tinggi.

"Alhamdulillah, Ilyas pinter. Istiqomah ya Nak! Hayo siapa lagi?"

Dan anak-anak yang lain semangat berebut mengangkat tangannya. Betapa kata pujian dan bangga itu berefek banyak untuk semangat anak.

Ilyas adalah salah satu murid favoritku. Bocah ini cerdas, hiperaktif dan kadang usil juga. Beberapa kali anak lain menangis dan setiap ditanya pasti jawabannya Ilyas.

"Mbak Ralin tadi orangtuanya Ilyas kasih kabar katanya telat jemput!" kata Bu Asri salah satu pengasuh di daycare.

Jadi selain sekolah formal di sini juga ada daycare, diperuntukkan untuk anak-anak yang orangtuanya sibuk dan tidak bisa jemput ketika sekolah usai. Bisa ambil sistem bulanan atau harian tergantung kebutuhan. Dan enggak biasanya Ilyas ini di titipin di daycare.

Mungkin karena tidak terbiasa telat dijemput, dia sedikit manja padaku, dia terus mengekorku kemanapun aku bergerak.

"Ilyas makan siang dulu ya!"

Bocah itu menggelengkan kepala.

"Bunda?" katanya sambil menangis. Anak kecil tetaplah anak kecil, yang biasanya dia bisa tengil banget sekarang mendadak cengeng.

Aku menggendong Ilyas lalu aku alihkan perhatiannya. Aku ajak dia mainan di halaman sambil menyuapinya.

"Tante, Ilyas besok mau ke Bandung!"

"Wah, jalan-jalan ya? Tante diajak dong!"

"Mobil Ilyas penuh, Tante ikut mobil papa Ilyas ya!" jawab bocah itu dengan polosnya mau tidak mau aku tertawa.

Bagaimana ceritanya aku malah disuruh ikut mobil papanya. Dasar bocah, tadi saja nangis-nangis sekarang bermain dengan riangnya.

"Papaaaaa!!!" Tiba-tiba dia berteriak dan berlari melihat seseorang di belakangku. Reflek aku berdiri dan balik badan.

Loh? Jadi dia sudah punya anak?

Pernah menganggap seorang dokter sangat keren saat pakai jasnya? Sekarang aku bilang, seorang dokter jauh lebih tampan saat hanya memakai kaos putih dan sarung. Ini dokter kenapa bisa ganteng banget sih dengan penampilan sederhananya?

Saat melihatku dia sama terkejutnya, lalu mendekat.

"Siapa namanya kemarin?" tanyanya dan aku hanya tersenyum.

"Ralin Dok!" jawabku setengah malu mengingat insiden di rumah sakit malam itu, papa Ilyas ini ternyata adalah yang waktu itu terluka dan diantar ambulance PMI.

"Hai Ralin! Jemput juga?" tanyanya.

"Oh enggak Dok, kebetulan di sini saja. Jemput Ilyas ya?"

"Iya tapi kayaknya masih betah dia." jawabnya sambil menggerakkan kepala ke arah Ilyas yang kembali asyik dengan yang lain.

Aku dan dia duduk di gazebo yang ada di area bermain anak-anak.

"Lukanya sudah aman Dok?" tanyaku untuk memecah keheningan.

Dia memperlihatkan tangannya yang sudah berganti perban.

"Thank's ya!"

"Sudah tugasnya Dok! Maaf ya, waktu itu enggak tahu kalau Anda seorang dokter, malah nerocos saja kasih edukasi. Ibarat 'nguyahi segoro' ternyata!"

Dia tertawa lagi. "Enggak apa, jadi gue saya ngebuktiin omongan umi!"

Aku menoleh menuntut jawabannya.

"Kata umi saya, aura kecantikan wanita itu keluar salah satunya pas lagi ngomel!"

Aku tertawa keras mendengarnya. "Receh sih Dok! Biasa gombalin cewek-cewek ya?"

"Ala-ala buaya banget ya Lin?"

"Tipe womanizer banget Dok!"

"Haha, bukanlah! Sebagai ucapan terimakasih bagaimana kalau saya kasih kamu hadiah?" tanyanya sambil tersenyum lebar.

Mau tidak mau aku terhipnotis untuk ikut tersenyum.

"Apa?"

"Saya kasih kehormatan enggak usah panggil saya dengan embel-embel dokter. Pusing dengarnya!"

Aku tertawa lagi dengan hadiah anehnya. Yang aku heran kenapa jadi mudah banget tertawa sejak tadi.

"Mau dipanggil Agus ya?"

"Haha, ya jangan juga, yang punya nama nanti marah! Abi sudah capek-capek cari nama loh buat saya! Panggil nama saja!"

"Enggak sopanlah Dok! Eh Mas, eh apa sih? sayanya juga bingung!" Pertama kalinya dalam hidup, aku bingung mau memanggil seseorang.

"Ya sudah sih, mas saja lebih manusiawi didengar dari pada mbak!"

Dan aku tertawa lagi hanya dengan kata-kata recehnya. Sungguh hari ini selera humorku turun drastis.

Satu pertanyaan yang sejak tadi pengen aku ajukan tapi tertahan. Apa dia seorang duda? Waktu itu Mas Edo bilang dia masih jomblo tapi nyatanya punya anak?

Gara-gara kebanyakan jaga malam ini efeknya hari ini aku benar-benar enggak jadi diri sendiri. Sejak kapan aku penasaran dengan urusan orang lain?

******

Seminggu setelah itu aku melihatnya lagi menjemput Ilyas tapi aku tidak sempat menyapa karena terburu-buru harus segera berangkat ke apotek. Seminggu sekali aku praktek di apotek.

Dari saat itu aku jarang bertemu dengan Mas Nazril lagi karena masuk bulan baru jadwal jagaku pindah ke bangsal tidak lagi di UGD. Di rumah sakitpun aku hanya beberapa kali berpapasan singkat entah di parkiran, kantin atau hanya sekilas pas dia operan pasien ke bangsal.

"Alhamdulillah rejeki perawat sholeh!!" ucap Danang, perawat bangsal tempat aku dinas malam ini.

Seperti biasa malam ini aku datang dengan membawa makanan hasil main-mainku tadi siang di dapur. Kali ini aku membawa pancake durian dan salad buah. Perawat jaga siang dan malam asyik berkerumun membuka makanan yang aku bawa sampai tidak sadar bahwa ada dokter dan perawat yang mengantar pasien.

"Waduh maaf, mari sini sudah saya persiapkan kamarnya!" kata Mbak Anggi perawat bangsal, lalu menunjukkan kamar yang sudah dia persiapkan.

Karena dr. Reza yang jaga siang masih asyik makan bersama yang lain, aku mengambil alih tugasnya untuk operan dengan dokter UGD yang tak lain adalah Mas Nazril. Dia menyapaku sebentar lalu menjelaskan kondisi klinis pasien dan rencana tindakan.

"Pada ngapain sih di dalam?" tanyanya setelah kita menyelesaikan operan pasien.

"Lagi pada makan Dok!" Dia melirikku mungkin keberatan di panggil dokter.

"Ini dirumah sakit!" jawabku sambil tersenyum. Aku juga bingung dengan diriku sendiri, karena rata-rata sesama dokter disini biasanya manggil nama saja, kenapa aku yang ribet??

Dia hanya mengangkat bahunya lalu nyelonong masuk ikut bergabung dengan yang lain.

"Wah, selalu hanya dapat cerita loh Lin kalau kamu bawa makanan!" katanya sambil keluar dengan muka drama karena tidak kebagian jatah.

"Haha, ya Maaf Dok! Mau saya bawain besok?"

"Harus! Saya tunggu saladnya enak banget kayaknya. Pas saya masuk tinggal satu sendok itupun sudah di depan mulut Danang!"

Mau enggak mau aku terbahak melihat nada bicara dan ekspresinya yang lucu banget, sungguh selera humorku benar-benar berubah

Related chapters

  • (A)Gus Nazril   Bab 4 : Bertemu Mama

    Aku memang biasa masak dan membawakan teman-temanku tapi entah kenapa belum pernah sesemangat ini menyiapkan makanan. Mungkin karena ada yang minta secara khusus, biasanya aku hanya asal bawa dan teman-teman dengan antusias menikmatinya.Kali ini aku masak nasi bakar, ikan bakar kecap, sambal kemangi dan tentunya satu kotak salad yang aku buatkan khusus untuk Mas Nazril. Ya bukannya ada apa-apa, selama ini tidak ada yang pernahrequestsecara khusus jadi aku seperti dapat kehormatan sendiri begitu."Lin, besok turun jaga kan?""Iya Mam, kenapa?" jawabku sambil menata makanan yang sudah selesai aku masak."Temanin Mama ya, mau beli AC sama laptop. Tadi Mbak Asri kasih tau AC sama laptop didaycarerusak!""Oke Mama, siap!"Aku selesai menyiapkan makanan lalu memilih berbaring di sebelah mama yang masih sibuk dengan laptopnya."Mandi sana Lin, hampir maghrib ini!"Aku mencium pipi mama lalu b

    Last Updated : 2021-03-19
  • (A)Gus Nazril   Bab 5 : Sisi Terapuh

    "Mama! Ralin lagi nyetir lho!" Protesku karena sejak tadi dari parkiran toko sampai dekat rumah topik bahasan mama hanya Mas Nazril."Ya Mama juga lihat kalau lagi nyetir. Baik banget ya teman kamu itu.""Hmm!""Seru ngobrol sama dia, untung tadi ada teman kamu kalau enggak pasti Mama milihnya sampai malam!" kata mama sambil tertawa geli, diam-diam aku juga bersyukur karena tadi mama dibantuin milih sama Mas Nazril. Kalau enggak, mungkin saat ini mama masih betah nangkring di sana.Dan aku beneran takjub sama mamaku sendiri, sejak awal aku ikut kasih pertimbangan milih laptop enggak pernah diterima sampai aku bosen. Nah giliran Mas Nazril yang kasih masukan terus kasih dua pilihan mama langsung pilih salah satunya tanpa pikir panjang. Sudah begitu dapat diskon lagi, katanya Mas Nazril punya voucher enggak kepakai."Kapan-kapan kalau Nazril jemput Ilyas suruh mampir ya!""Ya Mama bilang saja ke Bu Asri atau siapa, Ralin kan enggak setiap saat

    Last Updated : 2021-03-24
  • (A)Gus Nazril   Bab 6 : Salah Paham

    Sehari sejak kejadian Mas Nazril melihatku menangis, aku sengaja ke UGD untuk melihat responnya. Seperti yang sudah-sudah, teman-temanku akan menjauh perlahan setelah mengetahui sisi terlemahku. Awalnya mereka akan selalu menghindar saat aku sajak makan atau kegiatan lainnya dengan alasan sibuk, kemudian lama-kelamaan mereka akan benar-benar menjauh dan menghilang.Malamnya aku sempat berdoa agar Mas Nazril adalah orang yang berbeda dengan teman-temanku dulu entah kenapa aku ingin sekali bisa menjadi temannya karena selama aku kenal dia, aku merasa dia adalah pendengar yang baik. Bukan berarti aku berharap mempunyai hubungan lebih, jujur hati kecilku juga ingin mempunyai sahabat untuk berbagi suka dan duka seperti kebanyakan orang tentunya selain mama dan Gisel.Tapi sepertinya Allah sudah kasih peringatan sejak awal, Mas Nazril benar-benar menghindariku seperti awal mulanya teman-temanku dulu meninggalkanku. Waktu aku masuk ke UGD dan menyapa Putr, Mas Nazril hanya te

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 7 : Dia Kembali

    Ralin point of view."Evaluasi Nadi!!" Teriakku pada Putri dan Teguh yang hanya terdiam."Dok!" Panggil Putri lirih sambil memegang lenganku. Aku tidak peduli, aku terus memompa jantung pasien.Walaupun Rasanya seluruh badanku sudah ingin menyerah, keringat sudah membasahi baju kerjaku tapi mendengar anak pasien yang terus memanggil ayahnya dari luar rasanya ada nyeri di hatiku. Aku melihat gambaran diriku waktu seusianya, menangis memanggil papa yang tak pernah pulang lagi ke rumah mama."Dokter!!" panggil Teguh agak keras. Aku tetap tidak peduli, aku yakin pasien ini akan bertahan."Kembalilah Pak, kembali!!! Kembali untuk anakmu!" Ucapku dengan nafas tersengal pada pasien yang tidak mungkin mendengar kata-kataku, aku masih terus memompa jantungnya tidak peduli air mataku yang terus mengalir."RALIN!!"Aku bahkan tidak peduli teriakan itu, aku tetap memompa jantung pasien. Pasien ini harus kembali, ana

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 8 : Menentang Rasa

    "Jadi aku melewatkan banyak hal nih?"Gisel menyuarakan rasa penasarannya ketika aku selesai sholat shubuh. Semalam Gisel bilang kesini jam setengah 2 malam dan aku baru sadar kehadirannya satu jam kemudian. Aku benar-benar tidak tau lagi caranya bersyukur punya sahabat sebaik Gisel."Apaan?""Semalam siapa yang tidur di sofa?" tanyanya lagi sambil menyenggol lenganku."Hah? Memang siapa?""Semalam waktu aku sampai sini ada cowok yang tidur di sofa nemenin kamu! Tahu begitu aku enggak usah kesini saja, malah gangguin malam romantis kalian!""Jangan berlebihan deh Gis!""Beneran, terus dia denger aku datang langsung bangun. Tanya aku siapa, awalnya agak enggak percaya sama aku, terus aku tunjukkin pesan dari mama kamu, baru dia pamit pulang.Gentlebanget sih Lin! Sumpah cocok banget kalian, dia muka bangun tidur saja gantengnya enggak luntur. Akhirnyaaaaa, Ralinku punya pacar!"Gisel terus nerocos sambil meme

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 9 : Lembaran Baru

    Mas Nazril benar-benar menjemputku di minggu pagi ini, tapi kali ini aku lebih santai karena dia mengajak murid favoritku, Ilyas. Tadi dia juga meminta izin sama mama dan sepertinya mama sudah mengetahui rencana Mas Nazril sebelumnya."Ilyas memang enggak rewel kalau ikut tapi enggak sama bundanya?""Kamu mau kita berdua saja apa bagaimana ini maksudnya?""Alus benar buaya kalau ngomong!"Dia tertawa lebar lalu sebelah tangannya mengusap rambut Ilyas yang ada di pangkuanku."Ilyas sama saya lengket banget, asal dibawain susu aman dia. Malah dia yang nangis pengen ikut tadi, saya pikir kamu sudah tahu Ilyas dan enggak akan keberatan kalau dia ikut.""Sama sekali enggak Mas! Kangen sama anak ini, sudah lama saya enggak main ke sekolah!""Itu kamu yang kebangetan, di depan rumah doang enggak pernah main. Kalau saya pasti pilih jadi gurunya anak-anak atau jadi pengasuh sekalian!""Sebegitu sayangnya sama anak-anak!""Enggak

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 10 : Jailangkung

    "Dok Ed, sahabatnya kemana sih?" Tanya Putri di tengah-tengah acara makan siang kita."Siapa? Si Agus?""Haha, iya Dok!""Oh, biasalah diajak kencan sama Profesor Danu." Jawab Mas Edo sambil melirikku, entah lirikan apa itu.Mas Nazril memang lagi ke Bangkok bersama Prof. Danu untuk menghadiri seminar kesehatan, terhitung sudah satu minggu sejak kita pergi ke rumah Pak Hadi. Senin malam dia berangkat. Sejak saat itu juga aku jadi intens bertukar pesan dengannya, hampir setiap hari."Kok dr. Nazril bisa dekat banget sih sama Prof. Danu?" Tanya Putri lagi, ini cewek kalau tanya harus sampai akarnya. Aku memilih menyimak obrolan mereka sambil menghabiskan soto favoritku."Dulu waktu kita koas, Nazril langganan dapet dampratan malah, tapi mungkin karena Prof. Danu sudah ngincer otakknya yang encer kali ya, nyatanya setelah selesai iship Si Agus langsung ditarik ke Jakarta sama Prof. Danu. Dia diminta kerja di rumah sakit besar di bidang peneliti

    Last Updated : 2021-04-03
  • (A)Gus Nazril   Bab 11 : Menantu Idaman

    Nazrilpoint of view Gue tertawa sendiri melihat layar panggilan tiba-tiba terputus. Ini pasti Helga yang ngerebut hp dari Edo. Tapi alhamdulillah lumayanlah sempat lihat wajah Ralin. Edo walaupun kampret begitu bisa juga diandalkan. "Ril, jadi ya kamu yang ngisi!" "Hah? Jangan Prof! Saya mah apa atuh! Profesor saja deh ya!" "Saya sudah sering, sekarang kamu! Saya tunggu 10 menit lagi!" "Tapi Prof?" Aku masih menego permintaan Prof. Danu, kali ini benar-benar di luar konteks. Kalau biasanya beliau minta gue cari sample atau mengekstraksi kandungan kulit buah atau misahin DNA gue mah ayo saja. Tapi ini, coba bayangkan! Gue disuruh ngisi ngaji komunitas pedagang syariah Indonesia yang ada di Bangkok ini. Bingung ya? Ha ha ha Tenang gue jelasin! Jadi gue sekarang ada di Bangkok sudah satu mingguan. Tujuan utamanya adalah seminar dengan temaBasic Surgical Skills for General Phy

    Last Updated : 2021-06-02

Latest chapter

  • (A)Gus Nazril   Bab 54 : Khatam

    Siang ini kesibukan pesantren lebih terasa karena malam nanti adalah malam inti dari acara wisuda santri. Jika biasanya acara santri putri diadakan di siang hari, tahun ini abi dan seluruh keluarga juga pengurus pesantren sepakat untuk mengadakannya dimalam hari dimulai sehabis maghrib. Banyak wali santri yang sudah berdatangan dari berbagai daerah, penginapan-penginapan yang sengaja disiapkan oleh para santri sudah banyak yang penuh. Kebahagiaan santri salah satunya ya saat-saat seperti ini, jadi kangennyantri.Padahal dari semua saudara, gue yang paling bandel. Gue hanya nyantri dari MI sampai Mts selebihnya gue dirumah ini, ngaji sama simbah dan abi. "Yang ikut wisuda banyak juga ya Mas, berarti habis ini berkurang banyak ya?" Tanya Ralin. "Ya enggak mesti langsung pada pamit Lin, biasanya kalau yang enggak kuliah atau nikah masih pada disini nerusin ngaji, itu kemarin juga santri baru alhamdulillah sudah masuk banyak cuma kan b

  • (A)Gus Nazril   Bab 53 : Sawi Goreng

    Nazril Point Of View. “Lin, lapar!” Ucap gue dengan ekspresi yang semenyedihkan mungkin karena gue tahu istri gue yang cantik ini bakalan ngomel-ngomel kalau gue makan selarut ini. Dan benar saja, Ralin malah merapatkan selimutnya. Gue yakin bukan karena dia enggak mau melayani gue, tapi karena dia sayang sama gue. Sekarang sudah hampir jam satu, tadi gue dan Ralin habis ngobrol banyak. Kita memang punya satu waktu khusus untuk ngobrol berdua yang biasa kita sebut dengan sesi kejujuran dan itu harus kita lakukan. Gue kenal Ralin, dia adalah tipe orang yang susah untuk cerita tentang kesedihannya, memilih memendamnya sendiri. Makanya gue sengaja membuat acara sesi kejujuran itu, awalnya hanya iseng tapi semakin lama menjadi sebuah keharusan karena dari situ gue bisa tahu banyak hal tentang perasaan Ralin. Intinya dibuat nyaman dulu baru dia mau cerita. “Masakin nasi goreng dong Lin!” Gue masih berusaha ke

  • (A)Gus Nazril   Bab 52 : Sesi Kejujuran

    Ralin Point Of View “Terimakasih kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbicara. Yang pertama saya ingin mengucapkan syukur pada Allah karena begitu banyak hal baik dan berkesan dalam hidup saya hingga detik ini. Yang kedua terimakasih pada pihak rumah sakit yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk bisa bergabung dalam operasi ini, suatu kehormatan dan ilmu berharga bagi saya.” “Selanjutnya saya sangat ingin berterimakasih pada seseorang yang telah memberikan kebahagiaan terbesar dalam hidup saya selain keluarga, seseorang yang menjadi alasan saya untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik, seseorang yang menjadi alasan saya untuk segera pulang ke rumah, dan seseorang yang menjadi alasan saya untuk tetap kuat. Maaf jika masih belum bisa menjadi yang terbik, maaf jika masih terus membuatmu bersedih, terimakasih karena tetap bertahan di sampingku, terimakasih karena te

  • (A)Gus Nazril   Bab 51 : Duplikat Papa

    Nazril Point Of View Benar kata istri gue kalau setiap harinya kita lalui dengan perasaan syukur dan bahagia, waktu akan terasa cepat. Itulah yang gue rasakan, lima hari dalam seminggu gue kerja dirumah sakit kadang juga bisa keluar kota atau bahkan sesekali ke luar negeri dan setiap gue sampai rumah ada anak dan istri gue yang sudah menyambut. Melihat senyum mereka membuat capek gue seketika hilang, pelukan mereka membuat gue kembali semangat berjuang mencari nafkah buat mereka. Dan itu semua membuat waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa Rey sudah berumur dua tahun. Sudah aktif banget lari kesana kemari. Kata umi Rey itu fotocopyan gue banget pas waktu kecil, anaknya enggak bisa diem apa-apa pengen dipegang, kalau bahasa jawanyaglidikbanget, kata umi dulu waktu gue kecil pernah minum air bekas cucian piring, mungkin itu kali ya rahasia ganteng gue?? Ha ha Gue sangat bersyukur Rey tumbuh sehat dan

  • (A)Gus Nazril   Bab 51 : Duplikat Papa

    Nazril Point Of View Benar kata istri gue kalau setiap harinya kita lalui dengan perasaan syukur dan bahagia, waktu akan terasa cepat. Itulah yang gue rasakan, lima hari dalam seminggu gue kerja dirumah sakit kadang juga bisa keluar kota atau bahkan sesekali ke luar negeri dan setiap gue sampai rumah ada anak dan istri gue yang sudah menyambut. Melihat senyum mereka membuat capek gue seketika hilang, pelukan mereka membuat gue kembali semangat berjuang mencari nafkah buat mereka. Dan itu semua membuat waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa Rey sudah berumur dua tahun. Sudah aktif banget lari kesana kemari. Kata umi Rey itu fotocopyan gue banget pas waktu kecil, anaknya enggak bisa diem apa-apa pengen dipegang, kalau bahasa jawanyaglidikbanget, kata umi dulu waktu gue kecil pernah minum air bekas cucian piring, mungkin itu kali ya rahasia ganteng gue?? Ha ha Gue sangat bersyukur Rey tumbuh sehat dan

  • (A)Gus Nazril   Bab 50 : Bukti

    "Lin! Mama duluan ya! Enggak enak sama Tante Sinta dan keluarga!" "Ya sudah deh Ma, duluan saja sama Om Yuda nanti Ralin nyusul!" "Jangan lama-lama enggak enak kalau datangnya belakangan!" "Iya Ma!" Aku masih sibuk menyiapkan segala keperluan Reyshaka dan Mas Nazril. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Gisel dan Mahesa. Mama dan Om Yuda sudah pamit duluan, tadi di grup keluarga Bang Arkan bilang sudah mau jalan. Tapi lihatlah dua jagoanku, masih asyik bermain air di kamar mandi! "Mas!! Sudah belum mandinya? Yang lain sudah pada berangkat!" Teriakku dari luar kamar mandi. "Sebentar!!" "Dari 10 menit yang lalu kamu juga bilang sebentar!" Dia tidak menghiraukanku, malah asyik bermain dengan Reyshaka di kamar mandi, anaknya juga terdengar senang sekali bermain air, dia teriak-teriak dan tertawa. Kalau seperti ini sudah pasti akan terlambat, untung kemarin kita hadir di acara pemberkatan Gisel dan Mahesa jadinya kalau ha

  • (A)Gus Nazril   Bab 49 : Aqiqah

    Hari ini di pesantren diadakan acara aqiqah anakku, tepat di hari ketujuh kelahirannya, Mas Nazril tetap menyembelih dua kambing walaupun anak kita masih di rumah sakit. Dua hari yang lalu alhamdulillah aku sudah boleh pulang dan setiap pagi aku selalu pergi ke rumah sakit mengantar ASI sekalian menjenguk Reyshaka. Acaranya hanya syukuran biasa dengan mengundang warga sekitar pesantren untuk ikut mendoakan anakku dan juga membagikan masakan aqiqahnya pada warga setempat. Karena hanya dua ekor kambing dan itu tidak mencukupi untuk warga pesantren, Mas Nazril membeli satu ekor sapi untuk disembelih dan dimasak untuk keluarga dan para santri. Sekali-kali menyenangkan hati para santri katanya, sebagai ucapan terimakasih juga karena selama ini para santri banyak membantu keluarga kita. "Lin, besok aku ada kerjaan ke Jakarta selama tiga hari." Kata Mas Nazril yang sibuk dengan laptopnya. "Berangkatnya hari ini Mas?" "Aaaaaa." Sebelum menjawab dia membuka mu

  • (A)Gus Nazril   Bab 48 : Pertemuan

    Ralin Point Of View Malam ini aku masih harus menahan diri untuk melihat anakku karena keadaan kami belum memungkinkan. Sejak dia lahir aku sama sekali belum bisa mennyentuhnya dan melihat wajahnya. Saat ini aku hanya tinggal berdua dengan Mas Nazril, dia masih tertidur. Kasihan sekali pasti capek banget sejak kemarin harus kesana kemari mengurusi aku. Mama, umi dan yang lainnya sudah pamit sejak tadi. Sebenarnya mama ingin tinggal tapi aku larang, beliau sejak kemarin juga banyak begadang menemani aku, mama orangnya enggak kuat kalau kurang tidur. Jika dipaksakan malah akan meriang berhari-hari. "Lin!" Aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum lalu ke kamar mandi. "Aku sholat isya dulu ya!" Katanya setelah keluar dari kamar mandi. Sementara dia sholat aku sibuk membalas chat dari teman-teman yang mengucapkan selamat atas kelahiran anakku. Dan chat terbanyak datang dari Gisel, sejak kemarin dia terus

  • (A)Gus Nazril   Bab 47 : Perjuangan

    Gue masih mondar-mandir di depan ruang operasi, 5 menit yang lalu gue diusir sama dr. Alfaina keluar ruang operasi. Sejak Ralin mulai masuk gue sudah ikut sama dia, kasih dia dukungan tapi lama-kelamaan gue banyak omong jadilah gue diusir keluar dari kamar operasi. Ternyata bukan cuma Ralin yang jadi banyak omong kalau gugup, gue pun sama. Tadi gue gugup dan khawatir banget alhasil mulut gue enggak bisa diem. Rencana operasinya mundur jadi sore hari karena harus menaikkan hb Ralin dulu dan sejak semalam dia harus berjuang melawan rasa sakit. Alhamdulillah selain Bude Nilna masih ada dua lagi pendonor dariKangMadi dan saudara Mama Rani, jadi Ralin punya persedian 6 kantong darah. "Ril, duduklah! Tambah pusing Umi lihatnya!" Tegur Umi. "Iya Umi, gugup! Maaf!" "Ya semua juga gugup dan khawatir, kamu jangan bikin tambah puyeng!" Gue hanya nyengir, merasa bersalah. Saat ini gue ditemani mama dan umi, selain itu ada

DMCA.com Protection Status