Home / Thriller / A Fake Protagonist / 41. Buktikan Dengan Menontonnya Bersamaku

Share

41. Buktikan Dengan Menontonnya Bersamaku

Author: Al_lucard
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

  1. Buktikan Dengan Menontonnya Bersamaku

“Kalian pikir kalian bisa pergi dengan mudah?” tantang Fluke.

“Ayolah, jangan banyak bicara,” ucap Joo tanpa sadar. Sejurus kemudian laki-laki itu tersadar dan segera menutup mulutnya. Gara-gara cara bicara Romeo yang cukup berani, Joo sampai lupa untuk beberapa saat kalau yang ada di hadapannya itu Fluke keponakan rektor yang angkuh.

Fluke seketika bereaksi karena ucapan Joo. “Siapa yang banyak bicara?” tanya Fluke pada Joo, nada bicaranya mulai meninggi.

Joo seketika melotot, laki-laki itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya. “Tidak-tidak. Maksudku …,” ucapan Joo menggantung karena kehabisan akal untuk mencari alasan, matanya lalu melirik Jane yang berada di sampingnya. “Maksudku temanku ini, Jane, dia banyak bicara.”

Jane sontak menoleh pada Joo, melotot padanya. Joo mengerjapkan matanya dengan cepat. “Diamlah Jane, jangan banyak bicara,” ulang Joo seolah-olah sedang menegur J

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • A Fake Protagonist   42. Ada Apa dengan Jane?

    Kate sukses dibuat mematung mendengar kalimat terakhir Ken.“A—apa maksudmu?” Kate sampai terbata karena sikap Ken yang tiba-tiba berbeda dari biasanya.Ken tak menjawab. Tatapan laki-laki itu begitu dalam menatap mata Kate. Ken semakin mendekatkan tubuhnya pada Kate, membuat tatapan gadis itu melebar. Kate sontak mundur higga ke jung sofa, tetapi Ken masih mendekat padanya. Kali ini Kate tak melihat sisi kemayu Ken sama sekali, yang ia lihat hanya sisi lain Ken yang belum pernah dilihatnya. Ken yang lebih terlihat seperti seorang pria.Ken begitu dekat dengan tubuhnya, ini adalah peringatan besar bagi Kate kala ia mengingat genre fil Ken yang temukan sebelumnya. Kate selah dipaksa untuk sadar sepenuhnya dari alam bawah sadarnya, bahwa Ken berbeda dengan laki-laki pada umumnya.Kate sontak mendorong tubuh Ken menjauh darinya. Gadis itu sudah panik sejak Ken tiba-tiba bersikap aneh padanya seper

  • A Fake Protagonist   43. Canggung

    Jane terdiam lama melihat teman-temannya. Merutuki dirinya sendiri yang melamun di depan teman-temannya. Perkataan Fluke di kampus tadi memang sangat mengganggu pikirannya saat ini. Jane bertnya-tanya, mengapa Fluke memintanya bertemu di depan gerbang asrama malam ini. Apa yang ingin lakukan lagi padanya dengan membawa teman-temannya sebagai ancaman.Jane benar-benar pertemuannya dengan Fluke akan menimbulkan masalah. Namun, ia juga tidak ingin Fluke melakukan sesuatu pada teman-temannya. Karena ia tahu, Fluke bisa melakukan apa saja yang diingankannya.“Eum … aku … hanya sedikit merasa lelah saja, hari ini terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan di klub dansa, sementara aku harus latihan sendiri tanpa Ken, karena dia tidak masuk hari ini.”“Jaga dirimu baik-baik, Jane. Jangan terlalu kelelahan, kau harus banyak istirahat sebelum hari acara tahunan tiba,” ucap Joo pada Jane yang berada di sampingnya.“Iya, Jane. Jang

  • A Fake Protagonist   44. Ide Romeo

    44. Kate bisa merasakan wajah Ken semakin mendekat ke arahnya.Semakin dekat, hingga suara ponsel Kate di atas meja berbunyi menyadarkan Kate seketika.Gadis itu refleks mendorong Ken menjauh darinya, membuat laki-laki itu terkejut menatapnya.Tiba-tiba rasa canggung mendera keduanya. Sama seperti Kate, lidah Ken juga kelu. Kate meraih ponselnya yang berdering di atas meja dengan gugup. “Ada telfon,” katanya singkat pada Ken, gadis itu berdiri dan meninggalkan Ken yang sama gugupnya. **** Kate menormalkan detak jantungnya yang memburu karena ulah Ken. Wajah Ken yang mendekat padanya masih terbayang jelas di ingatan Kate. Ia bersyukur karena masih waras dengan tidak membiarkan Ken begitu saja. Kate takut tidak bisa mengendalikan perasaannya, ia sangat takut hanya dirinya yang mencintai Ken, sementara laki-laki itu tidak mencintainya. Kate menatap layar ponselnya yang menampilan deretan nomor asing. Sebuah panggilan tak terjawab tertera di layar. K

  • A Fake Protagonist   45. Rencana Fluke Pada Jane

    45.“Aku setuju.” Jawab Joo.“Aku juga setuju.” Ken menimpali. Namun, dari raut wajahnya Aland tampak keberatan dengan ide Romeo.“Apa kau yakin kita akan melakukan ini? Bagiku ini cukup berisiko masuk ke dalam markas mereka, kita tidak tahu seberapa bahayanya mereka. Kita juga bahkan belum tahu apa saja yang terjadi di dalam sana. Aku tidak ingin membahayakan kalian lagi karena diriku,” ucap Aland tidak enak.“Kau terlalu mengkhawatirkan hal yang bahkan beum pernah terjadi, Aland. Sebaiknya kau singkirkan kekhwatiranmu itu, tidak akan terjadi apa-apa selama kita belum mencobanya,” ucap Romeo pada Aland.“Mungkin Romeo memang benar. Tapi kalian tahu sendiri, ‘kan, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika ada di antara kalian yang terluka karenaku.” Aland menambahi.“Jangan khawatir. Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak pernah mencobanya.” Joo merang

  • A Fake Protagonist   46. Terkejut dengan Kenyataan yang Sebenarnya

    “Katakan, mengapa kau melakukan ini padaku? Apa kau masih menyimpan sakit hati padaku?” Jane mengingat jika hubungan mereka berakhir memag bukan karena hal yang baik. Fluke terus curiga karena sifat hangat Jane kepada semua orang, hingga suatu hari Fluke menuduhnya berselingkuh dengan teman dekat Jane. Saat itulah hubungan mereka berakhir dan Fluke sangat memebencinya. “Sakit hati? Tidak sama sekali.” Fluke mendekati Jane membuat gadis itu terpaksa mundur karenanya. “Jangan berpikir bahwa aku masih mengharapkanmu.” “Aku melakukan ini karena aku ingin kau melakukan sesuatu untukku.” “Apa maksudmu?” Jane sempat sempat berhenti namun lak-laki itu tetap berjalan ke arahnya. “Berhenti, Fluke!” bukannya berhenti, Fluke justru membuat Jane terpojok di dinding. “Asal kau tahu, aku sudah tahu sebenarnya apa yang kau lakukan dengan teman-temanmu yag berbeda fakultas itu.” Jane sontak mendongak terkejut dengan pernyataan Fluke. Seakan tah

  • A Fake Protagonist   47. Tidak Bisa Mengkhianati Mereka

    Sontak mata Jane membulat karena itu. Gadis itu menggeleng dengan panik. “Tidak-tidak, apa yang telah kau lakukan?!” Jane menarik kerah Fluke, ia benar-benar tak percaya Fluke melakukan semua ini padanya.Fluke dengan wajah santainya menjawab. “Aku hanya memotret diri kita berdua. Aku tidak melakukan apa pun padamu, kecuali jika kau menginginkannya maka akan kuturuti—”Jane mendorong Fluke menjauh darinya, laki-laki iu justru tersenum puas melihat wajah panik Jane.“Apa yang akan kau lakukan pada foto itu! Hapus sekarang juga!” Jane mencoba merebut kamera milik Fluke dari tangan laki-laki itu. Namun, dengan mudah Fluke menjauhkannya dari Jane.“Tidak semudah itu, Jane.” Fluke mengatakannya membuat Jane yang kesulitan menjangkau kamera milik Fluke berhenti dengan wajah penuh kekhawatiran.“Jika kau ingin foto ini tidak diketahui oleh seluruh orang di kampus, maka kau harus setuju dengan per

  • A Fake Protagonist   48. Markas Geng Topeng Hitam

    Sudah cukup lama Aland, Romeo serta Joo menunggu di balik pagar berkawat. Romeo sempat menatap ke sekeliling mereka, khawatir jika mereka memasang cctv. Namun, ia merasa lega karena tak menemukan kamera pengintai di mana pun.Lama mereka menunggu, tak ada siapa pun yang datang, Joo yang tak mengerti apa yang mereka rencanakan mulai kesal menunggu. “Apa yang kalian tunggu sebenarnya? Kita bisa saja masuk ke sana sekarang, apa yang kita tunggu di sini?”Joo hendak bangkit dan nekad masuk ke sana, ketika seseorang mengenekan topeng datang dan Romeo menariknya kembali untuk duduk dan mengintai orang itu.“Diamlah, target sudah datang.”Mereka kembali bersembunyi ketika orang itu menatap curiga ke sekelilingnya—baik Romeo, Aland serta Joo merasa orang itu curiga ada orang lain di sini.Aland, Romeo serta Joo saling menatap satu sama lain. “Keluar sekarang,” ucap Aland, sontak semua orang keluar dari persembunyia

  • A Fake Protagonist   49. Kamera Pengintai

    Suasana di antara mereka terlalu canggung bagi Ken. Ken memikirkan sesuatu agar suasana bisa cair di antara mereka.Mendekati perempuan yang tengah memanggang sosis itu. Ken melihat teman-teman yang berada di belakang Kate tengah sibuk memasang berbagai perlengkapan mereka.“Kau sedang apa?” tanya Ken.“Kau tidak lihat aku sedang memanggang sosis?” Kate yang merasa kesal melihat kedatangan Ken bersama Jane menjawab pertanyaan Ken dengan nada kesal.“Sejak kapan semua ini dipersiapkan, Kate? Kemarin sepertinya semuanya masih sepi. Tapi tiba-tiba hari ini sudah ada persiapan saja,” celetuk Ken iba-tiba.Kate mendelik singkat ke arah Ken. “Bukankah kemarin kau di rumah dan tidak pergi ke mana-mana?”Ken terdiam. Merasa malu akan sindiran Kate. Seorang teman perempuan datang membantu Kate—lalu melihat Ken ternyata di sana bersama mereka.“Kate,

Latest chapter

  • A Fake Protagonist   73. Terungkap Sudah

    Fluke menyusup ke ruang belakang panggung. Ia melihat seorang pria yang bertugas mengatur lighting serta pergantian background layar sesuai berjalannya penampilan. Fluke diam-diam mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Dan membungkam mulut petugas itu dengan sapu tangan yang sudah dilumurinya dengan obat bius. Petugas yang terkejut karena tiba-tiba seseorang membekap mulutnya, sempat merona. Namun, tak butuh waktu lama, keadaannya menjadi lemas dan akhirnya tak sadarkan diri. Dua orang kemudian datang menghampir Fluke, dan seolah sudah mengerti atas perintah Fluke, mereka membawa petugas itu ke tempat yang aman.Fluke kemudian menggantikan petugas itu dengan duduk dan memakai topi dan masker untuk menyamar sebagai petugas di belakang panggung. Ia yang kemudian menatap layar yang menampilkan tampilan drama dansa yang sudah direkam oleh kamera di depan panggung. Sehingga ia dapat melihat jalannya penampilan.Ken sudah memasuki area panggung, sesuai alu

  • A Fake Protagonist   72. Complicated

    Romeo membawa laptopnya ke balkon gedung tua yang lebarnya hanya satu x satu meter itu. Ia menunggu sinyal Aland yang tak kunjung muncul, di satu sisi saat malam hari seperti ini jaringan internet di gedung lama itu cukup lambat mengakibatkan pekerjaannya jadi terhambat. Padahal ia juga harus melacak digit nomor peneror Tor, karena sejak hari masih sore pun ia belum berhasil melakukannya.“Bagaimana ini, posisi Aland bisa berbahaya jika aku tidak kunjung menyelesaikan pekerjaanku.”Meski tak mengerti betul maksud Aland menyuruhnya melakukan pekerjaan ini karena Aland bercerita apa pun padanya, tetapi Romeo yakin semua pekerjaan yang diserahkan padanya saling berhubungan dengan keselamatan Aland di sana. Maka dari itu ia mengerahkan semua kemampuannya, ia tak ingin pengorbanan temannya itu berakhir sia-sia begitu saja. Usai berpikir berulang kali, akhirnya Romeo memutuskan untuk pergi dari gedung tua itu untuk menyusup ke dalam gedung utama kampus. Tempat pe

  • A Fake Protagonist   71. Terungkap

    “Jane? Bukankah itu kau?” seorang gadis yang merupakan anggota club dansa itu menghampiri Jane dengan tatapan tak percayanya. Jane yang kebingungan dan merasa begitu terkejut dengan apa yang terjadi tak tahu harus berbuat apa.“Aku tidak menyangka sekali Jane kau berbuat seperti itu. Kau face of campus Jane.” Tambah yang lain.Jane merasa semakin bingung dan tertekan kala suara penonton mulai membicarakannya yang tidak-tidak, menyorakinya dengan hal-hal buruk pada hal yang tidak sama sekali ia lakukan. Jane menoleh kembali pada layar besar di belakangnya, berharap mimpi buruk tentang fotonya yang dipertontonkan kepada semua orang itu tidak pernah erjadi. Namun, Jane melihat dengan jelas foto yang menampilkan dirinya itu.Jane menutup telinganya dan memejamkan mata. Merasa frustasi dengan kejadian yang tak pernah diduganya ini. jelas-jelas itu adalah foto Fluke, tetapi wajah laki-laki itu buram. Jane semakin frustasi memikirkan dan m

  • A Fake Protagonist   70. Dituduh Sebagai Penjahat

    Orang itu dibuka dan ternyata dia Willy. Willy dirawat di rumah sakit Karen luka parah. The protagonist selebrasi secara diam-diam atas kemengangan mereka, mereka menganggap penderitaan sudah berakhir. Mereka bertemu Jane tetapi tidak ada yang mengajaknya bicara.Tapi ternyata salah, terror masih terjadi di mana-mana dan semakin menjadi di kampus.Poster buronan para protagonist diganti dengan poster gambar Jane yang sangat besar. Makian dan bulyyan terhadap jane dan Ken, usai foto mesra mereka beredar. Mereka diminta untuk turun dari jabata mereka sebagai face of campus. King dan queen kampus.Di kondominiumnya, Jane berdiri di atap dan ingin mengakhiri hidupnya. Fluke datang tepat waktu dan meminta maaf padanya. Menjelaskan bahwa semua yang dia lakukan bukanlah rencananya.tetapi karrena ia di terror oleh GTH untuk menghancurkan persahabatan mereka sampai tak berkumpul lagi..Fluke lalu menemui teman-te

  • A Fake Protagonist   69. Rumit

    Aland, Joo dan Romeo sudah sampai di bawah untuk melihat siapa sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu. Joo melirik ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada penjaga yang mengejar mereka. Romeo dan Aland duduk di dekat orang yang diduga kaisar itu. Aland melirik Romeo sesaat, laki-laki itu mengangguk serta mengerti maksud Aland. Aland meraih topeng hitam-puih dan membukanya.Mereka bertiga terkejut melihat wajah sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu.“Willy?” ucap Joo terkejut dan ikut duduk dengan kedua temannya. Mereka benar-benar tak percaya bahwa Will-lah yang sebenarnya selama ini menciptakan kerusuhan secara misterius di dalam kampus.“Dasar munafik.” Umpat Joo tepat saat melihat wajah Willy yang kini bersimpah darah di dahinya. “Dia bersikap sebagai mahasiswa teladan di kampus tetapi dia memiliki hati yang sangat busuk.”Romeo dan Aland kompak melirik Joo ketika laki-laki itu mengatakan itu. Mereka

  • A Fake Protagonist   68.

    “Aku juga tidak menyangka.” Joo tersenyum geli membayangkan kedua temannya yang memeiliki sifat unik jika mereka bersama akan seperti apa? Pasti lucu sekali. “Aku tidak bisa membayangkan ghadis tomboy itu rupanya menyukai laki-laki kemayu seperti Ken.”Romeo merasa geli melihat wajah Joo ang sedang membayangkan sesuatu. “Apa yang kau pikirkan? Berhenti berhayal.”Joo mendengus pada Romeo. “Kau tidak pernah tahu rasanya senang melihat temanmu jatuh cinta. Lebih baik cari pasangan sana, supaya kau tahu rasanya jatuh cinta!” ejek Joo pada Romeo.Romeo mendelik pada Joo karena laki-laki itu tiba-tiba menyinggung tentang pasangan. “Apa yang kau maksud? Bercermin dulu sebelum mengolok orang lain. Kau sendiri belum memiliki kekasih.”Joo langsung terdiam mendengarnya. Sementara Aland yang tengah duduk di antara mereka berdua melirik Romeo dan Joo dengan heran. “teman-teman, pertunjukkannya sudah a

  • A Fake Protagonist   67. Rooftop

    "Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane

  • A Fake Protagonist   66. Di Mana Kate

    "Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane

  • A Fake Protagonist   65. Hari Perayaan Tiba

    “Terserah kau saja!” Jane yang mulanya berteriak karena kekesalannya pada Fluke, terkejut karena reaksi Fluke. “terserah apa yang ingin kau katakan. Karena jika aku menceritakannya pun, kau juga tidak akan memahami mengapa aku melakukan hal ini! Aku sudah tidak peduli apa pun yang kau nilai tentang diriku lagi!” Jane terkejut dengan pernyataan Fluke yang didengarnya. “Apa maksudmu?” tanya Jane dengan heran. Namun, Fluke tampak tak ingin menjawab pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu membalikkan badannya dan memerintahkan Jane untuk pergi dari hadapannya. “Pergi dari sini.” “Apa? Kau mengusirku?” tanya Jane tak percaya. “Pergi, Jane. Atau akan menyesal seumur hidup jika kau masih tetap di sini.” Jane yang hendak membalas langsung terdiam dengan perkataan laki-laki itu. Mau tak mau dengan ancaman itu, Jane meninggalkan ruangan Fluke dengan amarah dan pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya. Hari perayaan kampus telah tiba. Semua

DMCA.com Protection Status