Share

Part 5

Author: Jaeho Love
last update Last Updated: 2021-03-09 22:40:12

"Setiap darah yang mengalir dalam tubuhku adalah hal yang patut kusyukuri dan ketika aku meragu, kusebut namamu dalam hatiku dengan detak jantungku."

Sepasang mata bulat yang tertutup itu terlelap, mengikuti dengkuran halus yang tak berbunyi milik sang wanita. Napasnya bergerak teratur dengan sendirinya kala udara yang berhembus disekitarnya masuk ke dalam paru-parunya, mengisi rongga terpenting dalam dirinya. Posisinya yang tidur menyamping membuat sosok yang kini juga berada disampingnya memperhatikan wajah wanita itu dengan seksama dan bulat.

Seorang laki-laki nampak serius memperhatikan bagaimana rupa wanita itu saat tertidur. Ekor matanya tak pernah lepas dari wajah tentram milik wanita yang masih terlelap dalam keadaan telanjang disampingnya. Sesekali, laki-laki itu menjalankan jarinya disekitar wajah wanita itu, lalu menariknya kembali dengan terkejut.

Terkejut?

Tentu saja ia terkejut. Jean, laki-laki itu tak pernah menyangka niatannya untuk mendengar teriakan wanita itu malah berubah menjadi sebuah aktivitas yang tanpa disadarinya telah ia nikmati, bersamaan dengan wanita itu. tak pernah terbesit dalam otaknya bahwa semalam terasa seperti malam pertama pernikahan mereka. Sesi bercinta yang tentu saja paling nikmat yang pernah ia rasakan.

Mungkin semuanya berawal pada tekadnya untuk membuktikan bahwa hatinya tak pernah berubah. Ia masih menginginkan perasaan sakit yang berasal dari hati Odelia. Ia ingin membuktikan jika dirinya masih mampu untuk menggoreskan luka didalam hati Odelia. Namun niatannya berubah saat mendengar suara Odelia yang seolah mengijinkannya melakukan semua kekerasan yang ia mau. Wanita itu nampak pasrah dengan segala yang ia punya, seolah Odelia tengah melakukan sebuah persembahan sakral kepadanya.

*"Lakukan.. apapun itu aku akan menahannya."*

Kalimat itu menghentikan tekadnya untuk menyakiti Odelia. Wanita itu tak meneriakan kata berhenti atau pun merintih kesakitan. Semua hal yang dilakukan Jean diterimanya dengan secara sukarela, hingga Jean dibuatnya tak mengerti dengan semua ini.

Semula dikiranya, Odelia akan menyerah. Pada bulan pertama pernikahan mereka, masih segar dalam ingatan Jean saat Odelia menangis seharian karena malam pertama yang mereka lewati tak seindah bayangan wanita itu. Jean memukulinya, menyiksanya, atau bisa disebutkan sebagai tindak pemerkosaan. Malam itu Jean tak menggunakan kelembutan atau pun perasaan yang sebelumnya pernah ditunjukkannya pada Odelia.

*"Aku mencintaimu. Tidakkah cukup itu dijadikan sebuah alasan?"*

Mungkin pernah terlintas sebuah rasa kelembutan pada hati Jean. Tentu saja, sebelum laki-laki itu menyadari fakta bahwa Odelia adalah wanita yang terlahir dari orang yang telah merusak hidupnya dan juga adiknya, Clara. Jean mungkin pernah mempercayai kehadiran Odelia dalam hidupnya. Laki-laki itu pernah "hampir" mengucapkan janji yang sesungguhnya dihadapan Tuhan saat itu. Namun semuanya berubah, tidak lagi sama seperti sebelumnya. Bahkan cenderung berbalik hingga Jean bisa menangkap keterkejutan Odelia saat Jean menampar pipinya untuk pertama kalinya.

Setelah semuanya, berbulan-bulan, sikapnya terhadap Odelia masihlah sama. Tak ada kelembutan. Odelia hidup bagaikan budak bagi Jean. Wanita itu siang malam bekerja untuknya, melayaninya dimana pun ia berada. Jean tak pernah mengijinkan Odelia bebas. Laki-laki itu mengurung wanita itu didalam rumahnya, dan hanya sesekali diijinkan keluar ketika Odelia membeli bahan makanan di supermarket, dan semua itu berada dalam pengawasan Jean.

Namun, Odelia tak pernah mengeluh. Wanita itu menjalaninya seolah tak pernah terjadi apapun. Odelia hanya diam ketika Jean memaki. Wanita itu tak pernah membalas perkataan Jean, meski itu berarti Odelia membiarkan Jean menginjak harga dirinya seperti sampah. Dan semuanya terus berlanjut hingga sekarang, detik dimana Jean sudah merasa kelelahan. Ia lelah bermain peran sebagai suami yang jahat kepada Odelia.

Melihat wajah wanita itu yang damai kini membuat Jean hanya bisa terdiam. Harusnya dalam keadaan seperti ini, ia bisa saja kembali melayangkan pukulan pada Odelia, atau makian karena telah lancang terlelap disampingnya, diatas kasur yang terlarang baginya. Namun tidak untuk pagi ini. Setelah semalam mungkin semuanya akan berubah. Kisahnya dan Odelia tentu saja takkan sama lagi. Dan Jean mungkin akan memasang rambu-rambu peringatan untuk tidak memasukkan unsur hati dalam pembalasan dendamnya. Akan sulit baginya jika itu sampai terjadi. Apalagi dengan segala yang dimiliki Odelia, tentu takkan mudah bagi Jean untuk menghancurkannya begitu saja.

Namun kehendak yang tak timbul saat menatap sepasang mata yang tengah terpejam itu membuatnya hanya bisa terdiam seperti saat ini. Ia tak mampu menggerakkan setiap anggota tubuhnya untuk menyakiti wanita itu. Sekalinya ia bisa, tangannya membelai wajah wanita itu tanpa perintah. Meski ia menolak, tapi ada sebuah letupan hangat yang melonjak didadanya.

Sejujurnya Jean pun selalu bertanya mengapa wanita itu bisa lahir dari orang yang telah menghancurkan hidup keluarganya. Mengapa wanita itu bisa kebetulan hadir ketika dirinya tengah terpuruk karena kepergian Martha saat itu. Dan, mengapa wanita itu bisa bertahan bersamanya sampai detik ini.

Jean tak mengerti. Perasaan wanita itu seperti terbuat dari batu. Keras dan terlalu tangguh untuk dihancurkan. Jean tak mengerti mengapa Odelia bisa begitu kuat mempertahankan dirinya meski ia sudah menghancurkan wanita untuk untuk kesekian kalinya. Tubuh mungil yang membingkai jiwa wanita itu bahkan sanggup menanggung semua amarahnya tanpa lelah.

Sungguh, Jean tak mengerti dan tak ingin mengerti hal itu.

Tak lama suara lenguhan yang berasal dari wanita, yang terus berputar-putar dalam kepala Jean terdengar. Wanita itu yang semula tertidur dengan posisi menyamping, kini menggerakkan tubuhnya, mnegubah posisi menjadi terlentang. Lalu, hanya berselang beberapa detik kemudian, sepasang mata bulat itu pun terbuka. Terpaan langsung cahaya matahari yang menembus ke dalam jendela kamar tersebut menghalau pandangannya.

Sesekali wanita itu mengusap matanya, berusaha menguraikan pancaran silau dari sinar berwarna keemasan itu. Tangannya yang berada diatas tempat tidur bergerak. Gerakan mengusap yang ia yakini terasa berbeda itu pun menyentaknya. Seketika ia pun menoleh ke samping dan menemukan sepasang mata elang yang menatapnya bulat-bulat.

Jean, masih dalam posisi yang sama tak bisa melakukan apapun saat dirinya bertemu pandang dengan wanita yang kini mulai meringkuk ketakutan disampingnya. Odelia yang menatap langsung ke dalam dua matanya tertunduk takut, seolah wanita itu sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Ya, fatal.

Jean tak pernah mengijinkan Odelia untuk tidur dikamarnya. Untuk kali pertama setelah setahun pernikahan mereka, baru kali ini Odelia terbangun diatas ranjang yang sama dengan suaminya. Biasanya, setelah mereka bercinta, Jean langsung mendorong tubuhnya hingga tersungkur diatas lantai. Tak peduli seberapa sakit tubuhnya, laki-laki itu takkan berbaik hati memberikannya lapak untuk sekedar merebahkan tubuhnya.

Jean bangkit. Dalam posisi setengah terduduk, laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah cermin yang terpasang dipintu lemari kayu yang letaknya bersebrangan dengan ranjang yang ia tempati. Pantulan bayangan seorang laki-laki yang bertelanjang dada pun terlihat, dengan sosok wanita yang bernasib sama sepertinya. Namun sayang, wanita itu hanya terdiam, memegangi ujung selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos didalam sana.

Entah mengapa melihat pemandangan itu kembali membuat hati Jean gundah. Disatu sisi ia ingin mengurung wanita itu dalam pelukannya, tapi disisi lain Jean ingin memaki dan menghina kemunafikkan Odelia.

Namun, kembali egonya-lah yang menang.

"Tak perlu bertingkah seperti seorang yang suci, Odelia. Kau sudah kotor." Jean berkata sambil menyeringai. Pandangannya masih menuju ke arah cermin, lebih tepatnya mengarah ke Odelia.

Wanita itu semakin tertunduk takut. Ia nyaris menyembunyikan wajahnya didalam selimut, namun hasilnya nihil. Semakin ia menarik benda lembut itu ke atas tubuhnya, semakin terbukalah bagian tubuh bawahnya. Jean telah mengambil sebagian besar dari kain tebal tersebut. Laki-laki itu tentu memiliki kekuasaan terbesar karena ini adalah kamar tidurnya, area pribadi yang seharusnya tak dimasuki oleh Odelia.

"M-Maafkan aku.. Tuan.." suaranya bergetar. Odelia langsung bergerak, turun dari ranjang itu. Namun belum sampai kedua kakinya mendarat, sebuah beban terasa hingga membuat tubuhnya terjungkal kebelakang. Punggungnya langsung bertabrakan dengan sesuatu yang hangat dibelakang sana.

Odelia yang menyadarinya, tak berani bergerak. Tubuhnya kaku, dengan keringat dingin yang mulai mengucur disekujur tubuhnya. Ia tahu dengan siapa kini dirinya sedang berhadapan. Dibelakang sana Jean takkan mudah begitu saja melepaskannya.

"Kenapa terburu-buru, sayang? Kau pikir setelah semalam, kau bisa lari begitu saja?" Jean mengarahkan hidungnya ke lekukan leher telanjang milik Odelia. Disana, harum segar bak rerumputan masih terasa. Entah apa yang dipakai oleh wanita itu, Jean merasa dirinya mulai menyukainya.

"J-Jean.." Odelia berusaha menjauhkan tubuhnya. Ia tahu dirinya mungkin takkan pernah bisa melepaskan diri. Lingkaran yang dibuat pria itu disekeliling tubuhnya terasa menyesakkan. Odelia ingin menangis. Matanya panas dengan sentakan kuat untuk pergi. Namun pria itu masih menahannya. Menyiksanya lebih lama dari yang ia inginkan.

"Sssst.., tenanglah, sayang. Aku ingin sedikit berbagi kasih denganmu. Kurasa hari ini kita akan melakukan hal istimewa. Bahkan aku yakin kau pun akan suka dengan apa yang akan kita lakukan nanti."

Serbuan kata-kata itu, lebih mirip sebuah nada ancaman bagi Odelia. Setelah semalam suaminya itu menyentuhnya hingga ia tak sadarkan diri, kini Jean bersikap seolah tak pernah puas dengan apa yang telah dilakukannya. Laki-laki itu kelaparan dan kehausan, membuat dirinya merasa takut.

"Jean.. aku mohon, lepaskan aku. Aku lelah." Pintanya. Sungguh Odelia ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Tak peduli seberapa hancur dirinya, Odelia hanya meminta pengampunan pria itu.

Wajah tegas dibelakang sana menyeringai. Dari balik rambut-rambut itu, Jean tersenyum jahat ke arah istrinya. Dari nada bicaranya, Jean tentu tahu Odelia sangat takut padanya.

"Bukankah semalam kau begitu memasrahkan diri kepadaku? Ingat, Bukankah tugas seorang istri adalah melayani suaminya? Apakah kau mau para malaikan mengutukmu, sayang?"

Odelia berjengit saat Jean menggigit lehernya dengan kesar. Hisapan yang dilakukan pria itu tak memberikannya rasa apapun, selain rasa sakit. Menyakitkan mengetahui bahwa laki-laki itu hanya berniat untuk menghancurkannya. Tak sedikit pun rasa iba yang ditunjukkan Jean untuknya. Laki-laki itu sungguh berniat untuk membuat pertahanan wanita itu hancur.

"Jean.."

Sebuah bunyi debuman yang tak cukup kencang, dibarengi dengan tubuh keduanya yang terjatuh kembali ke atas ranjang menjadi tanda bahwa Jean akan memulai semuanya. Jean mendorong tubuh Odelia, memaksa wanita itu untuk terbaring sekali lagi dibawahnya. Laki-laki itu takkan membiarkan istrinya bernapas lega sedetikpun selama ia ada disekitarnya. Tanpa memperdulikan air mata Odelia yang mulai jatuh dari dasar pelupuk matanya.

"Jean, aku mohon. Aku lelah." Odelia terisak. Kedua tangannya dicengkram dengan kuar oleh Jean dikedua sisi kepalanya. Tekanan yang kuat seakan mengisyaratkan Odelia untuk mundur dari pertahanannya. Tatapan matanya memperhatikan ada sebuah rasa gairah dan juga amarah pada kedua mata kelabu suaminya. Jean takkan pernah melepaskannya sebelum laki-laki itu puas, begitu artinya.

"Kau tidak boleh lelah, karena kita baru akan memulainya."

Related chapters

  • A Broken Marriage   Part 6

    "Keisenganku berubah menjadi rasa keingintahuan yang tinggi. Kalian bersembunyi, maka aku akan mencari."Seorang wanita berambut panjang kini tengah terduduk disalah satu meja di salah satu cafe, yang letaknya berada didalam pusat kota. Hingar bingar ibukota yang mencekam seolah menjadi titik dimana dirinya harus menyembunyikan diri. Sembari menyerumpun kopi hangatnya, dari balik kacamata hitam bermereknya, wanita itu menyebarkan pandangannya, terutama pada sisi pintu masuk cafe. Ia tengah menunggu seseorang, hingga rasanya ia hampir mati kebosanan."Sialan kau Marko.. bisa-bisanya kau membuatku menunggu nyaris satu jam" geramnya penuh emosi. Wanita itu mengeram marah lantaran sosok yang saat ini tengah ditunggunya melanggar janjinya. Laki-laki itu semula mengabulkan permintaannya untuk bertemu tepat di pukul 11 siang. Namun hingga jarum jam menyentuh menit ke 30, laki-laki itu pun tak kunjung muncul.Tak lam

    Last Updated : 2021-03-09
  • A Broken Marriage   Part 7

    "Manusia adala hal terumit yang pernah mengisi lembaran di bumi ini. Ada berbagai rasa arogansi yang bertunas didalam diri mereka.""Jadi apakah kau sudah menemukan alasan mengapa kau tetap melakukannya?"Seorang wanita dewasa dengan potongan rambutnya yang berbentuk bob duduk dengan tenang disamping seorang pria berjas kantor rapi sembari meminum teh hijau hangat dalam cangkir berwarna keemasan itu. Tatapannya menyendu sejak aroma menenangkan itu menyeruak ke dalam indera penciumannya. Seolah ia berkata bukan ditujukan untuk pria yang kini masih bergeming setelah satu jam lamanya ia berada ditempat wanita itu.Reanna, wanita yang berprofesi sebagai seorang psikiater itu memilih untuk mengajak pria yang duduk tenang disampingnya membicarakan hal sepele yang sebenarnya ia tahu bahwa itu sama sekali bukan hal yang memiliki kaitan. Namun ia pun tak bisa memaksa agar pria itu mau membuka suara. Sejauh yang dikena

    Last Updated : 2021-03-09
  • A Broken Marriage   Part 8

    "Melupakanmu mungkin adalah satu hal yang paling kuinginkan. Alih-alih menerima hantaman yang membuatku amnesia, kenangan bersamamu kembali menyentak ruang ketenanganku."Seorang wanita dengan gaun tidur berwarna hijau yang membalut tubuh kurusnya, nampak berdiri didepan balkon. Kedua mata wanita itu terarah pada sinar rembulan yang malam ini bersinar begitu terang. Helaian rambutnya bergerak sesaat, mengikuti arah angin yang menerpa sisi wajahnya yang dibiarkan begitu saja berada dalam dinginnya angin malam ini.Adela.Wanita itu biasa akan terpanggil ketika mana itu disebut. Entah sudah berapa lama ia tak lagi mengingat dari mana asal nama itu. Ia terlalu menikmati hidupnya saat ini. Bahagia, berada dalam rumah yang mewah, dikelilingi oleh harta dan orang yang begitu mencintainya, dan juga Adela memiliki tempat berpulang saat ini. Wanita itu tak lagi

    Last Updated : 2021-03-09
  • A Broken Marriage   Part 9

    “Perpisahan menetes di pipimu seperti darahBibirmu bergetar, bertanya mengapa semua ini sangat menyedihkanJangan, jangan datang padaku dengan wajah seperti ituPergilah tinggalkan aku”Di sebuah ruangan yang gelap, hanya berukuran kecil, seorang wanita paruh baya terduduk didalamnya. Tatapannya kosong menatap kedepan, mengesampingkan kewarasan yang dimilikinya. Rambutnya yang tak tertata jelas dan baju daster kusam membalut tubuh kurusnya yang nyaris menyerupai tulang.. Terdapat keriput-keriput di pipinya. Jika orang lain melihatnya, ia akan dianggap orang tak waras. Bibir pucatnya sedari tadi hanya menggumamkan kata-kata yang tak jelas. Namun sebuah nama tak sengaja tercelos dari bibirnya.Tak lama sosok wanita dengan pakaian mahalnya masuk ke

    Last Updated : 2021-03-09
  • A Broken Marriage   Part 10

    “Perasaan ini sangat menyesakkan dan yang kutahu, keinginan terbesarku adalah dengan menghancurkanmu”Seorang anak laki-laki berlari diatas rerumputan yang terletak dibelakang pekarangan rumahnya. Langkah kakinya yang riang berlari mengikuti arah kupu-kupu yang berterbangan seolah meminta untuk dikejar. Dibelakangnya, seorang balita mungil mengikuti langkah sang kakak. Suara tawa mereka yang riang terdengar seluruh pekarangan hingga membuat kedua pengasuh yang menjaga mereka ikut tertawa melihatnya. “Kakak...” balita perempuan yang manis dengan baju baby doll mungil berwarna peach itu mengerucutkan bibir tipisnya lantaran kakinya tak sampai mengejar langkah sang kakak. Ia pun menjatuhkan kedua bokong mungilnya diatas rerumputan dan memilih untuk duduk disana.Anak laki-laki yan

    Last Updated : 2021-03-09
  • A Broken Marriage   Part 11

    "Ada seribu macam pertanyaan yang bisa tersampaikan dengan baik, namun tak semua memiliki jawaban yang pantas.”“Duduklah disana.”Martha, wanita berambut pirang kemerahan itu menunjuk sofa panjang berwarna merah yang terbuat dari bludru mahal miliknya. Salah satu barang mewah yang berada didalam apartemen milik wanita cantik itu. Wanita itu menunjuk kearah benda itu untuk memberitahu sosok yang kini tengah mengekorinya.Seorang wanita paruh baya yang berjalan dibelakang Martha dengan tatapan menyelidik. Mata besar yang memiliki intan berwarna hijau pekat itu memperhatikan dengan seksama detail mewah dari ruangan yang ia tahu akan menampungnya sampai dirinya bertemu de

    Last Updated : 2021-03-17
  • A Broken Marriage   Part 12

    "Dari mata turun ke hati, begitu kata yang selalu mereka ucapkan.”“Brengsek kau, Odelia!” Umpat Jean sebelum mengayunkan tangannya ke arah Odelia. Suara umpatan kasar lelaki itu terdengar jelas bagi siapa saja yang mendengarnya dan pasti menganggap bahwa laki-laki itu akan melancarkan serangan kekasarannya lagi kepada Odelia.Wanita itu tak sanggup lagi membuka kedua matanya yang sudah tertutup entah sejak kapan. Napasnya sendiri tak terasa saat ia mencoba untuk bernapas, ia takut. Pada detik berikutnya mungkin ia akan terluka. Laki-laki itu pasti akan melukainya. Begitu yang pasti terjadi. Odelia memilih mengubur kesedihannya dalam kegelapan. Ia tak mau melihat Jean yang kasar. Ia tak mau

    Last Updated : 2021-03-17
  • A Broken Marriage   Part 13

    "Aku tak pernah pantas untuk diakui.”“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku gila, mereka bilang aku sudah gila karena terus mengharapkanmu. Aku wanita gila, aku sungguh tergila-gila padamu sampai aku tak merasakan sakit saat kau memukulku. Aku tak peduli seberapa bencinya kau padaku. Aku tak peduli seberapa kasarkan tanganmu menyakiti tubuhku. Selama aku tahu bahwa kau hanya setia kepadaku, aku dapat menerimanya. Aku sungguh mencintaimu sampai aku berpikir mungkin saja aku sudah gila.”Odelia menatapnya. Menuntut dan meminta dengan paksa. Wanita itu masih berdiri ditempatnya, enggan menjauh dan membiarkan tangannya terjalin begitu saja dengan tangannya. Namun masih dengan tatapan yang sa

    Last Updated : 2021-03-17

Latest chapter

  • A Broken Marriage   FlashBack 4

    Sepasang intan hitam milik seorang wanita nampak memandangi pantulan bayangan yang ada dicermin. Matanya penuh binar kebahagiaan saat memperhatikan betapa indahnya bayangan yang ada disana. Ia nyaris tak mempercayai bahwa sosok itu adalah dirinya sendiri. Rambutnya yang memiliki panjang hampir menutupi punggungnya sengaja digerai dan membentuk sebuah ikal yang semakin mempermanis penampilannya. Diatas kepalanya terdapat rangkaian bunga bermacam warna yang melingkarinya. Riasan wajahnya hari ini pun tak terlalu mencolok. Wanita itu memang sengaja meminta pada penata riasnya untuk tidak terlalu menor mendandaninya. Ia tidak ingin terlihat seperti badut pesta nanti.Dalam balutan gaun pengantin panjang tanpa lengan, wanita itu memperlihatkan pundaknya yang jenjang. Hal yang selalu ditutupinya itu kini dipamerkan karena permintaan seseorang yang melarangnya keras untuk menutupinya.Odelia memiliki aset yang menganggumkan, begitu kata Clara. Wanita itu, sebentar lagi dalam

  • A Broken Marriage   FlachBack 3

    ODELIAPria itu duduk tenang di depannya sambil menyantap makanan yang baru saja dipesannya. Ada rasa keengganan ketika aku menatap ke dalam isi piringku. Makanan ini aneh. Aku tak terbiasa dengan makanan kelas atas. Hanya sayur dan tempe saja sebenarnya sudah membuatku kenyang dari pada sebuah makana dengan irisan daging yang hanya memiliki porsi setengah dari porsiku. Sebenarnya, melihatnya saja aku sudah tak lagi selera. Bukan hanya karena makanannya, melainkan karena pria yang menatapku lebih sering dari pada makanannya itu.Jean sengaja menyeretku masuk ke dalam restoran mewah yang entah berada dimana. Restoran yang memiliki kata yang aneh itu memang terlihat tak begitu ramah, namun memiliki suasana mewah untuk kumasuki. Hanya bermodalkan kaos dan celana jeans berlutut robek, serta sepatu kets usang yang selalu menjadi seragam wajib, kini aku terlihat seperti badut. Semua yang ada disana dan menikmati hidangan sorenya berpakaian formal. E

  • A Broken Marriage   FlashBack 2

    JEAN“Jadi, Ayahku sekarang berada di flat kecil yang kau sebutkan tadi?”Aku tak bisa menahan amarahku saat kudengar ayahku, Yonash memilih untuk melarikan diri dari rumah kami dan tinggal di rumah kecil di pinggiran kota itu. Bahkan, aku tak bisa mengira bagaimana pria tua itu hidup melarat seperti itu. Entah apa yang dipikirkannya saat merencanakan usaha pelariannya itu disaat kami semua sedang tertidur. Andai saja Grace, nenek kami masih di Indonesia mungkin Ayah kami tak berani untuk melakukannya.“Jadi, bagaimana kak?” Tanya seorang wanita bermata hijau dibelakangku. Ai terus berdiri ditempatnya semula meski aku sudah memunggunginya cukup lama. Clara, adik bungsuku tak biasanya betah berlama-lama berada di ruangan kerjaku. Wanita itu selalu bilang bahwa tempat ini bagaikan sampah dengan kertas-kertas menumpuk yang tak sedang dipandang. Namun kali ini wanita itu mampu bertahan lebih dari setengah jam b

  • A Broken Marriage   FlashBack 1

    ODELIAKupandangi sepasang sepatu kusam kets-ku ini. Langkahku membawa sejuta harapan bahwa hari ini aku masih bisa bernapas dengan tenang di ibukota ini. Langkah yang beriringan denganku terasa seperti sebuah iklan yang melintas begitu saja di halte bus bersamaku pagi ini.Senin pagi. Semua orang setidaknya memiliki satu hingga dua keinginan untuk memulai pertama disetiap minggunya. Hari yang paling sering kuamati begitu pada dengan mobil dan motor yang berlalu lalang di jalanan. Tanpa henti membuat suara bising yang mampu memekakkan telinga.Aku mendaratkan bokongku tepat disalah besi yang berbentuk persegi panjang. Besi berkarat yang memiliki bau agak amis. Entah apa fungsi dari besi tersebut. Seharusnya lebih baik menggunakan bangku atau apapun itu bila berniat untuk dijadikan sebuah tempat duduk. Namun sebagian dari mereka yang bernasib sama sepertiku terpaksa menggunakannya untuk mendudukkan diri.Sembari menunggu bus yang

  • A Broken Marriage   Part 85

    Jika akhirnya kehidupanku nkembali berputar seperti roda, aku akan membuat persiapan ketika harusnya aku berada di bawah. Hatiku akan siap ketika suatu saat kehilangan segalanya.Seorang wanita berpakaian hitam tampak berjalan di sekitaran kompleks pemakaman. Langkahnya penuh kehati-hatian kala melintasi beberapa susun gundukkan tanah yang ada disana. Cuaca yang tak begitu terik menjadi keputusanya untuk berpakaian gelap dann juga mengenakann sebuah topi yang hampir menutupinya dari sinar matahari siang. Ditangannya sebuah bunga telah siap untuk disembahkan kepada yang tercinta, yang kini telah menyatu dengan tanah. Sejujurnya langkah pelannya bukan karena dirinya takut sepatu mahal yang dikenakannya terkena kotoran, namun dadanya berdentum seperti ingin meledakkan dirinya. Hatinya nyeri kala ia melihat sosok tercinta itu menyatu dengan tanah, dan takkan bisa be

  • A Broken Marriage   Part 84

    Tak ada apapun yang bisa menghalangiku untuk memilikimu seutuhnya. Ingatlah bahwa kau milikku dan aku milikmu.Malam itu suasana benar-benar mencekam. Kabut dingin yang menyelimuti jalan ditengah hutan yang lebat menjadi sangat menyeramkan. Membuat dentuman aneh didalam dada kala sengatan hawa dingin yang sangat kerasa malam itu. Tengah malam yang semakin meredupkan sinar membutakan siapa saja yang berani menembus jalan gelap itu. hanya sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan seadanya, membelah jalan yang penuh kabut itu. lampu sorot mobil menjadi satu tumpuan mereka untuk sampai ke tempat yang akan mereka singgahi.Bukan hanya singgah, mereka akan sedikit lama berada disana, karena suatu hal."Apakah wanita itu bisa dipercaya?"

  • A Broken Marriage   Part 83

    Aku akan mengambil apa yang sebelumnya telah kukatakan bahwa itu semua adalah milikku. Kalian yang berani mencegahnya takkan pernah kubiarkan untuk keluar dari lingkaran yang telahkubuat."Kau benar-benar keterlaluan. Mau sampai kapan kau melakukan ini semua?"Riska, wanita yang kini tengah memegang pisau lipat yang telah ternodai oleh darah itu tak menghiraukan makian yang sejak beberapa hari lalu dikeluarkan oleh kakaknya, Reanna. Dalam kondisi terikat, Rea terus melakukan perlawanan terhadap adiknya itu. tak disangkanya jika Riska bisa berbuat sejauh ini. Tak pernah ada bayangan menyeramkan yang seperti sekarang didalam kepalanya.Entah telah hilang kemana sosok adik kecilnya yang manis dan tak

  • A Broken Marriage   Part 82

    Merasakan pengalaman pertama yang tak terduga. Hatiku membuncah. Genggaman manis dari jari mungilnya berhasil menggetarkan sesuatu didalam dadaku. Rasanya sesak, seperti sebuah kebahagiaan yang akan meledak.Attar syah Rahardi.Aleana Salma Rahardi.Bayi gempal yang kini menggeliat diatas tempat tidur mungil berbentuk kotak itu menjadi salah satu objek yang menarik perhatian kedua orang yang berdiri dari balik kaca jendela ruangan tersebut. Kedua bayi berwajah merah itu sesekali bersuara khas bayi yang menggemaskan. Keduanya sama sekali tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari bayi-bayi mungil yang berwajah hampir serupa itu.Tak ada yang lebih menggetarkan dari apapun selain melihat kedua wajah itu,

  • A Broken Marriage   Part 81

    Lahirkanmereka. Aku akan berjuang untukmelindungimudan anak-anak kita. Jangan takut, aku takkan pernah meninggalkanmu lagi."Lia, aku mohon buka pintu sialan ini! biarkan aku bicara padamu." Tak lama terdengar suara Jean yang berteriak menggedor pintu kamarnya. Mungkin pria itu sedikit terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba saja mengunci kamarnya, karena tak biasanya ia mengunci kamarnya."Aku manusia, Jean. Aku bisa saja sakit hati." Lirihnya pelan. Sepertinya hanya dua kalimat itu yang mampu mewakili semua perasaannya.Tak lama, Odelia merasakan ada rasa nyeri yang melanda perutnya. Tanpa bersuara, ia terus mengelus perutnya. Ia tak tahu mengapa, sejak beberap

DMCA.com Protection Status