Share

4. Alex dan Max.

Author: Hi you
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tubuhku hampir saja terjatuh kalau saja tangan kekar ini tidak menahanku sekarang. Kini jantungku sudah berdetak dua kali lipat lebih cepat, bukan karena ucapan yang di kontrakannya tadi. Tapi, karena wajah Max yang  sudah sangat terlalu dekat dengan wajah ku.

Oh tidak! Ini tidak baik untuk jantungku!

Latas aku coba mendorong tubuh Max dengan sekuat tenaga, Namun, dengan sigapnya lelaki itu semakin mendekapku erat. Dan aku malah semakin terkurung di rengkulan nya.

"Jawab saya Laras, apa kamu benar sudah berani bermain di belakang saya?" Wajah itu perlahan maju, bahkan aku dapat merasakan deru nafas hangat nya.

Rasanya perasaanku semakin kelud, bahkan dapat kudengar debaran jantungku seperti sudah ingin keluar 

Aku tundukan wajahku dan mengeleng cepat. "Tidak, dia hanya temanku, Max. Kami hanya sebatas teman, kamu tidak perlu khawatir soal dia " jawabku sedikit tergesa.

Max tertawa, “Apa maksudmu Laras? Saya khawatir soal dia?" Tanyanya sudah melepaskan rangkulan dari pinggangku. "Itu tidak akan mungkin Laras. Saya  tidak akan pernah mungkin peduli apapun tentang kamu, tolong kamu catat itu”

Aku hanya bisa terdiam, lidahku keluh. Lagi, Max berhasil melontarkan ucapan yang menyakiti perasaanku lagi. Satu alasan kenapa aku tidak pernah bisa mencapainya hingga saat ini, adalah .. karena dia yang selalu menolak dan menyangkal semua tentangku, bahkan saat aku memberikan alasan untuk pertanyaan nya tadi. Dia tidak akan pernah mendengarkan ku.

Dan yang bisa kulakukan hanyalah terdiam, membiarkan lelaki itu puas dengan apa yang sudah dilontarkan. 

"Bersiaplah, kamu akan ikut saya untuk makan malam bersama dengan ayah malam ini" katanya seraya mengambil jas hitam sambil memakainya.

Aku sontak terkejut mendengar itu. Makan malam? Apa aku tidak salah dengar? Kenapa Max baru memberitahuku soal ini sekarang. Sedangkan malam ini aku sudah mempunyai janji dengan Alex untuk mencari kado.

"Kenapa diam" sahutnya sudah berdiri di depan pintu bersiap untuk keluar. 

Sedikit terhenyak, ku tatap Max gugup."Max, Se- benarnya malam ini aku sudah punya janji dengan Alex dan dia sudah menungguku di lobby " 

"Jadi, kamu lebih memilih selingkuhanmu itu daripada undangan makan malam dengan keluarga saya?"

"Max, Alex temanku"

"Saya tidak peduli, malam ini kamu harus ikut dengan saya Laras. Jangan buat keluarga saya kecewa" ucapnya lalu langsung bergegas keluar.

Aku hembuskan nafas panjang. Kenapa jadi begini, Tidak biasanya Max menerima undangan makan malam dari ayah Rinto, tapi kali ini dia menerimanya. Aku jadi bingung dengan Max, dan bagaimana caraku untuk bilang semua ini pada Alex nanti.

Oh ya Tuhan …

Setelah selesai dengan segala berkas tadi. Dengan peluh aku melangkah menuju lobby. Sudah ada Alex yang sedang duduk menunggu di depanku. Alex yang menyadari kedatanganku pun  langsung melambaikan tangan.

"Bagaimana? Sudah selesai semuanya?" Tanyanya tersenyum lebar.

Aku mengangguk  ikut tersenyum. Alex tidak tau, kalau sedari tadi aku sedang berpikir keras untuk membatalkan ajakannya ini.

"Kalau begitu, ayo kita jalan sekarang" serunya  membawa tanganku ke dalam genggamnya.

Namun, langkah Alex berhenti saat aku sengaja tidak ikut melangkah. Dia pun langsung berbalik lagi menatapku dengan bertanya tanya,

"Ra, ada apa? Ada yang tertinggal?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku tatap Alex dengan pias. "Alex, hmm bagaimana kalau cari kadonya besok saja" ucapku tergugup.

Alex menautkan alis dalam.  ”kenapa besok?"

Aku semakin tergugup, aku tidak mungkin berbohong pada Alex. Aku harus jujur kalau aku tidak bisa ikut dengannya malam ini. 

"Itu karena ... malam ini aku sudah-"

"Dia sudah ada janji dengan saya dan keluarga saya" potong suara tegas dari arah belakangku dengan tiba tiba, dan berhasil mengalihkan tatapku aku dan Alex. 

Max melangkah menghampiri kami dan berhenti tepat di sampingku. Sorot matanya terus menatap Alex meremehkan, begitu pun juga dengan Alex. Jelas sekali terdapat tatap permusuhan dari kilatan mata mereka

Aku yang melihat itu lantas mencoba mencairkan suasana, dengan percaya diri aku keluarkan suaraku dan berucap. "Akhma! Alex ini Max. Max ini Alex" 

Satu detik, dua detik, tiga detik. Tidak ada respon apapun dari mereka berdua, dan bagus perkataan ku tadi diabaikan oleh mereka. Tak lama terdengar Alex menghela nafas singkat. Sorot matanya sudah tidak menatap Max, dia menatapku dengan senyum manis nya. 

"Aku paham Ra, kalau begitu kita tunda malam ini dan kita pergi besok " ucapnya, kemudian. "Kamu hati hati ya di sana" lanjut Alex seraya mengacak acak rambut ku. Lalu dia pun berlalu pergi meninggalkan ku dengan Max.

Aku menegang mendapati perilaku berani Alex tadi. Untuk pertama kalinya Alex bertindak seperti itu pada ku, dan semua itu dia lakukan di depan Max!

"Cih, apa kamu sudah senang bermanja dengan selingkuhanmu itu" ucap Max melirik ku angkuh. Aku langsung menatapnya tidak mengerti.

"Max, aku tidak mengerti apa maksud kamu"

Dia berdecih membalikan tubuhnya seraya bergumam, "Dasar memalukan" aku yang masih dapat mendengar semakin menautkan alisku.

Ada apa dengannya.. 

"Kenapa masih diam, cukup buang- buang waktu saya lagi Laras!"

Related chapters

  • 90 Days To Fall In Love   5. Sandiwara

    Suara keheningan kini menyelimutiku dengan Max. Tidak ada pembicaraan yang berani aku keluarkan untuk sekedar mengajak Max berbicara. Setelah menyelesaikan masalahku dengan Alex, Max masih terdiam, seperti biasa kami berdua bungkam dan asing satu sama lain. Aku lebih memilih melihat pemandangan di luar kaca mobil, dan Max, fokus dengan kemudinya. Jarak rumah om Rinto memerlukan waktu dua jam lamanya. Jakarta - Bandung memanglah dekat, tapi entah kenapa semua terasa sangat jauh ketika bersama Max. Rasanya lebih baik aku menaiki bus daripada harus satu mobil dengan Max. Melihat senja yang sudah hampir tenggelam, aku meringis pelan seraya berdumal senja bisakah kamu membawa kesedihan di hatiku ini. __

  • 90 Days To Fall In Love   6. Sebuah Syarat.

    Percakapan itu berlanjut dengan Rinto yang tersenyum puas mendengar jawaban Max, dan Bu Rina yang sepertinya tidak percaya kalau Max akan mengantarkan sesuatu yang tidak mungkin itu. Begitupun dengan aku... yang sangat terkejut dengan semua ini. Apa benar Max ingin menikah denganku? “Syukurlah kalau kamu memang mempunyai rencana seperti itu, Max. Apapun rencananya pasti ayah akan mendukungmu” ujar Rinto antusias. “Kira - kira seperti apa konsep pernikahan yang kalian inginkan nanti” Max mendengus, “Semua tergantung Laras yah, Max akan ikuti kemauan Laras nanti” Rinto mengangguk, bergantian menatap Laras.“apa ayah boleh tau Laras?” Aku semakin bersemu malu, apa Max benar mau mengikuti konsep pernikahan impian ku. Ak

  • 90 Days To Fall In Love   7. Alex & Laras.

    Sore di hari Sabtu begitu tenang, begitupun dengan diriku dan Alex sekarang. Hari ini aku menepati janjiku untuk menemaninya ke sebuah toko hadiah. Setelah berkeliling dan mencari hadiah yang cocok untuk tante Ani, disinilah aku berada. Di Sebuah toko sushi yang tidak jauh dari toko kado tadi. Alex menepati janjinya untuk mentraktirku dan membelikan sushi, bahkan dia menambahkan pesanan sushi kesukaanku tanpa aku minta. Alex memang sahabatku yang luar biasa, dia selalu tau apa saja yang aku suka. “Terima kasih, Pak Alex” ucapku tersenyum lebar menatapnya yang sedang menyiapkan pesanan Susi di depanku. Dia mendengus tertawa kecil. Tak lama dia taruh satu Susi di piringku. “Pokoknya kamu harus makan yang banyak ya, Ra” katanya layaknya orang tua yang sedang memperhatikan anaknya.

  • 90 Days To Fall In Love   8. CupCake

    Keesokan paginya... aku terbangun dengan senyuman lebar di wajahku. Semalam aku bermimpi indah. Bermimpi tentang Max yang mengajakku makan malam disebuah restoran mewah dan berdansa di tengah tempat yang megah. Mengingat itu senyum ku semakin mengembang apalagi ketika Max selalu tersenyum di dalam mimpiku semalam. Dan di akhir mimpiku Max menciumku dengan sangat manis. Bisa aku pastikan jika pipi ku sudah bersemu sekarang ini. Ya Tuhan rasanya mimpi semalam begitu nyata. Apa semua ini karena efek aku percaya akan ada sebuah peluang dari Max nanti? Jika memang begitu, bolehkah aku terus mengharapkan hal itu, dan bagaimana jika mimpi itu menjadi kenyataan suatu saat nanri. Percayalah Aku pasti tidak dapat menolaknya.

  • 90 Days To Fall In Love   9. Max, Ria & Laras.

    “Maaf siapa ya?” Suara wanita yang sedari tadi memandangku terdengar setelah aku berdehem keras. Aku angkat wajah ku, menatap perempuan itu dengan dingin. “Apa Max ada?” tanya ku Balik. Dia tak menjawab, hanya mengubah raut wajahnya dengan berdecih melipat kedua tangan di depan dada. “Dia ada di dalam. Ada perlu apa ya mencari Max? Saya bisa sampaikan.” “Saya ingin bertemu dengan Max. Bisa tolong kamu panggilkan dia” Sela ku menatap wanita ini dengan sinis. Terdengar dia membuang nafas kasar. Wajahnya seakan akan mengatakan jika aku adalah pengganggu di sini. “Maaf sepertinya dia sibuk nggak bisa diganggu, kamu bisa datang besok lagi. kalau memang tidak ingin disampaikan ole

  • 90 Days To Fall In Love   10. Kenyataan.

    Max POV ____________________________________________ Max tidak percaya jika Laras akan mengunjungi nya seperti ini. Apalagi memberikan sebungkus cupcake untuknya. Max tidak tau jika Laras akan melangkah maju untuk berani mengunjungi apartemennya tanpa ada kasus pekerjaaan di antaranya. Sejujurnya, Max sangat canggung pada posisinya saat ini. Keberadaan Laras dan Ria di apartemennya membuat Max mau tak mau mengambil pilihan untuk mengajak Laras makan malam bersama. Max tidak mau Laras salah paham dengan adanya Ria sekarang, itulah kenapa Max mencegah Laras untuk pulang tadi. Max sudah bilang kalau dia tidak mau ada kabar miring pada hubungannya nanti. Sampai makan malam bersama pun tiba. Max akhirnya selesai menyiapkan hidangan yang tadi di buat. Terlih

  • 90 Days To Fall In Love   11. Mabuk

    Max membopong Laras menuju kamarnya, membaringkan wanita itu dengan perlahan lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Laras dengan tenang. Sejenak Max menatap wanita yang sedang tertidur di hadapannya itu dalam diam, mengingat kembali apa yang dilakukan wanita tersebut saat di meja makan tadi. Senyum tipis pun mengembang, tatkala wanita ini berani membentak Ria dan menyentuh wajah nya dengan sangat dekat. Di sela ingatan dengan kejadian tadi. Max membenarkan letak posisi rambut Laras yang sedikit menutupi wajahnya itu. Max ingat ucapan wanita ini ketika membandingkan dengan Ria. Max mengelus pipi mulus itu dengan lembut. “Cantik” gumam Max tanpa sadar dan direspon dengan menggeliat Laras dalam tidurnya. Clekk. Ter

  • 90 Days To Fall In Love   12. Sadar dari mabuk.

    Ciuman Max semakin cepat tak menunjukan tanda melambat. Laras semakin bergairah dibuatnya, tangannya kini bergerak menelusuri tubuhnya. Dia pun melakukan hal yang sama. Namun ketika Laras akan membuka kancing baju lelaki itu. Seketika Max menarik tangannya dan menghentikan ciuman mereka. “Saat nya bangun Laras” katanya meninggalkan Laras sendiri di atas ranjang. Bersama dengan bunyi suara yang begitu mengganggu, dan membuat Laras langsung mengerjapkan kedua mata saat suara yang mengganggu di sampingnya itu adalah sebuah alarm yang berbunyi. Dengan perlahan, Laras mengangkat tubuhnya, mengambil alarm tersebut dan langsung menghentikan bunyi yang mengganggunya itu. Dia pun kembali memejamkan mata sambil mengukir senyum, ketika Laras kira akan kembali melanjutkan kegiatan bersama dengan lelaki tadi. Namun, men

Latest chapter

  • 90 Days To Fall In Love   64. Tulip dan Sebuah permintaan

    Beberapa hari setelah kejadian Laras memundurkan diri. Max menjalankan harinya seperti biasa melakukan aktivitas lain dan tetap bekerja. Namun semua itu tak menutup perubahan sikap yang Max tunjukan, dia lebih sering banyak melamun bahkan kadang ia juga sering menunjukan emosinya sekarang. Dan Cindy yang sadar akan perubahan sikap Max hanya bisa memperhatikannya, sudah beberapa kali ia mendapati Max melamun ketika sedang bersamanya, seperti sekarang ini lelaki itu hanya menatap spaghetti yang ada di depannya tanpa memakannya . "Max... "panggil Cindy pelan berhasil buat Max sadar akan lamunannya. "Apa ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu?,aku lihat dari tadi kamu melamun" tanya Cindy khawatir Max a langsung menyinggungkan senyum tipis"maaf... aku mas

  • 90 Days To Fall In Love   63. Antara Rinto dan Max.

    Laras berulang kali terus menghelaikan nafas. wanita itu hanya terdiam sambil melihat pemandangan diluar jendela mobil. Alex yang mengerti kondisi Laras hanya membiarkan wanita yang pagi tadi meminta tolong untuk mengantarnya ke kantor Max. Dan hanya ini lah yang bisa Alex lakukan, menemani Laras dalam keterpurukan. Alex tau hubungan Laras dan Max sudah berakhir. Alex juga tahu hari ini Laras mengundurkan diri. Ya.... semua itu sudah menjadi keputusan mereka yang tak bisa diganggu gugat, dan sebagai teman mereka Alex hanya bisa memahami semua itu. Alex melirik Laras dan mencoba membuka suara. "Laras.. apa rencana Lo setelah ini?" tanya Alex perlahan. Laras menegakkan tubuhnya menyinggungkan senyum tipis "Mungkin untuk selanjutnya aku akan menenangkan diri sejenak" ja

  • 90 Days To Fall In Love   62. Senja yang pergi.

    Keesokan harinyaWanita yang mengenakan celana coklat susu dan baju sifon putih itu melangkah memasuki gedung, dia datang bukan untuk bekerja melainkan untuk menyerahkan surat pengunduran diri yang semalam dia buat. Laras eratkan jemarinya pada tali tas dan menghirup nafas dalam. Lalu dengan sedikit percaya diri ia pun masuk ke ruangan tersebut.Terlihat lelaki yang membelakangi dirinya menatap luar kaca gedung tanpa menolehkan wajah sama sekali..“akhmm” Seketika pandangan mereka bertemu satu sama lain. Laras lantas bergerak maju ke depan lelaki yang sedang menatapnya dengan datar itu .Laras tatap lelaki di depannya itu dengan pias. Mendadak atmosfer sekitar mereka berubah menjadi canggung.Laras berikan singgungkan senyum kecut dan Sedetik setel

  • 90 Days To Fall In Love   61. Alex dan Laras.

    Pandangan pertama yang ia lihat ketika masuk kedalam gedung adalah para pegawai yang tengah berkumpul. Melihat sekitar itu membuat ia tahu tentang hal apa yang membuat para pegawai sudah berbisik bisik. Ternyata bukan hanya dirinya yang menampilkan raut wajah terkejut hingga heran dengan berita yang sedang beredar ini.. Dan Max, lelaki itu berhasil membuat semua orang tau betapa brengseknya dia!Segera ia menemui lelaki yang entah mengapa sudah membuatnya sedikit kesal. Dengan tak sabaran ia melangkah masuk tatkala pintu lift sudah terbuka dengan lebar. Ketika ia akan masuk lift tersebut tak sengaja seseorang menabrak pundak nya hingga berhasil membuat dirinya menjadi sedikit tak seimbang."sorry.. sorry saya gak sengaja" wanita yang sudah memunculkan raut wajah menyesal itu tergugup "anda gapapa kan?" tanyanya kemudian.

  • 90 Days To Fall In Love   60. Berita Max.

    “Itu saya taruh karena saya lagi cari dompet mbak! jangan asal nuduh ya” seru Rina dengan penuh emosi"Udah mbak bawa ke kantor polisi aja" teriak seseorang yang ada di kerumunan melihat menyudutkan Rina."iya bener tuh bener" sahut lainnya.Laras yang mendengar itu lantas memajukan tubuh masuk ke dalam kerumunan dan langsung ikut ambil peran dengan kejadian tersebut."Ada apa ya mbak?" tanya Laras meminta penjelasan menatao pegawai toko dan bergantiajn melihat Bu Rina"Laras" Rina membesarkan matanya terkejut."ibu ini ketahuan mau maling obat mbak saya sendiri yang liat ibu ini masukin obat ke dalam tasnya" jelas pegawai sembari menunjuk ke arah Rina.

  • 90 Days To Fall In Love   59. Jawaban Max.

    Laras yang masih terdiam di depan pintu tersebut. Seketika jantung berdebar hebat menunggu jawaban Max akan penawaran yang lelaki tua itu ucapkan tadi. Ia semakin menggenggam erat tangkai pintu seraya menguatkan tubuhnya agar tak jatuh. "Maaf sedikit keluar jalur. Cindy anak saya cerita semenjak … ketemu bapak di rumah sakit dia sudah tertarik dengan pak Max. Saya datang ke sini juga atas permintaan Cindy, ketika dengar saham ayah kamu turun. Dan kami juga rekan bisnis pak Rinto. Mungkin gak ada salahnya saya mengajukan penawaran tadi. Lagi pula kita akan sama sama menguntungkan di sini, jadi bagaimana dengan tawaran ini pak Max? apa bapak bersedia mengikat diri dengan putri saya?" tanya lelaki paruh baya itu. Max belum menjawab sama sekali ucapan lelaki di hadapannya itu, ia masih terdiam, seketika beban pikirannya bertambah banyak. Mendengar tawaran dari le

  • 90 Days To Fall In Love   58. Perasaan kelut.

    Laras melangkah ke lorong koridor rumah sakit termenung menatap dengan pandangan kosong jalan di depanya. Pikirannya resah dengan semua yang ia lihat tadi. ia hembuskan nafas panjang dan berhenti menatap taman di depan sana. ia melangkahkan kakinya menuju kursi besi yang berada di taman tersebut.Suasana sore di taman itu cukup sepi. Hanya ada beberapa suster yang berlalulangan di belakang nya. Ia tatap sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. lagi, ia hembuskan nafas ia angkat wajah menatap langit berwarna orange sembari menutup mata merasakan angin yang bertiup ke arahnya. Entah mengapa sejak tadi perasaannya tak karuan, bahkan melihat lelaki itu menatap wanita lain saja berhasil membuat ia takut dengan semua peruntungannya akan menjadi sia sia begitu saja selama ini."Laras" panggil seseorang yang sudah menyentuh pundaknya pelan.

  • 90 Days To Fall In Love   57. Max dan Dia,

    Laras terbangun bingung ketika melihat Max yang sudah memunculkan raut wajah panik dan gusar. Segera ia dudukan tubuhnya di atas ranjang dengan ekspresi yang sudah ikut memunculkan raut wajah bertanya tanya memandangi lelaki itu."Ada apa?"Laras majukan tubuh nya menyentuh pundak Max saat Max masih terdiam."Max,,kenapa?"Max tersentak dengan sentuhan tangan Laras,ia menolehkan wajah menatap Laras yang ada di samping."kita akan pulang hari ini" jawabnya "cepat berkemas" lanjut Max dengan suara yang terlihat khawatir lalu turun dari ranjang.Mendengar perintah itu Laras hanya menatap heran punggung Max yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya ada apa ini?.Apa ada sesuatu yang mendesak sekarang,

  • 90 Days To Fall In Love   56. Sebuah kabar buruk.

    Max tersadar akan lamunannya saat tangan wanita itu menyentuhnya. Ia terlalu terhanyut dengan semua yang dilakukan Laras. Kemudian Max bentangkan senyum ir tipis yang diiringi dengan anggukan wajah membalas ucapan terimakasih wanita itu tadi. Hanya itu yang bisa Max lakukan, Ketika semua alasan Laras tadi selalu berhasil membuat Max terdiam dan tak tau harus membalas apa. Kini ia merasa keadaan semakin menyudutkan dirinya. "Aku seneng liat kamu senyum" ucap Laras dengan wajah berbinar sangat jelas. "berdua kamu di sini, mungkin bakal jadi moment terindah dalam hidup aku" lanjutnya sembari melepaskan sentuhan pada Max. "Max, sekali lagi terimakasih udah buat kesempatan malam ini berjalan lancar" Max mengerutkan kening tatkala kata kata Laras terdengar putus asa.

DMCA.com Protection Status