Share

2. Awal mula.

Author: Hi you
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sepanjang jalan menuju meja ku. Aku terus teremenung, menghelai nafas panjang yang sudah menjadi kebiasaanku sejak beberapa bulan ini. Semua karena rasa khawatir yang selalu ada di dalam diriku, yang entah sejak kapan sudah menjadi sebuah pertanyaan untuk diriku sendiri, tentang... kenapa aku bisa sangat mencintai lelaki yang tidak pernah mencintaiku itu. Oh betapa aku sangat bodoh saat ini.

Aku tidak pernah menyalahkan dia yang selalu menatapku dengan tatapan kebenciannya. Tapi, bisakah sedikit saja dia menerimaku, walaupun memang akulah yang salah  karena semua ini. Masalah ini terjadi ketika aku yang dengan mudahnya menerima penawaran dari Rinto Surya, Ayah dari Max Prayoni beberapa bulan yang lalu.  Yah... aku adalah tunangan dari Max Prayoni lelaki yang ku temui tadi, lelaki yang tidak  berkuasa di kantorku, lelaki yang ternyata  tidak bisa aku jangkau.

Pertunangan kami sudah berjalan satu bulan lamanya, tanpa adanya pembicaraan dan tanpa adanya rasa cinta dari Max. Saat itu aku yang sedang mencari sebuah pekerjaan tidak sengaja melihat lelaki paruh baya tergeletak jatuh tak sadarkan diri di samping jalan menuju kantor yang sedang ku tuju, pria itu terus meringis sambil meremas dadanya. Aku yang melihatnya langsung menghampiri dan menolong membawa lelaki paruh baya itu ke rumah sakit dengan susah payah.

Sesampainya di rumah sakit, akhirnya lelaki paruh baya itu sudah mendapatkan pertolongan pertama dari dokter. Dokter menjelaskan jika lelaki yang ku bawa mengalami serangan jantung ringan, namun kondisinya sudah kembali normal.  Dan tak lama datang seseorang berjas menghampiriku dengan tergesa,

"Salam saya Irfan sekretaris dari Pak Rinto Surya... Menurut info apa benar anda yang yelah menyelamatkan pak Rinto dan membawanya kesini"

Aku termenung, mencerna ucapan Pria bernama Irfan itu. Siapa yang dia maksud dengan Rinto Surya bukankah nama itu yang kerap kali muncul di televisi. 

“Maaf, nona apa anda mendengar saya?”

aku mengerjapkan kedua mata ku. “Ya saya bisa mendengar anda, dan benar saya yang membawa bapak itu ke rumah sakit ini”

“Syukurlah, kalau begitu ini, sebagai rasa terima kasih  nona bisa menerima cek ini untuk mengganti waktu nona”

"Saya tidak bisa menerima nya. Tapi, anda cukup menjelaskan sekali lagi pada saya, siapa bapak yang saya tolong itu?"

"Dia adalah Rinto Surya, CEO dan pemilik perusahaan QWRY di tanah air "

"Apa!"

Jadi sedari tadi aku bersama dengan m Pak Rinto Surya! orang penting karena perusahaannya  yang ada dimana mana itu. Saat itu aku tidak percaya aku bisa bertemu denganya dan menyelamatkannya. Aku lega mendengar jika Pak Rinto selamat, pikirannya ku pun  jadi jauh berkelana, kenapa orang penting seperti dia bisa tergeletak tak sadarkan diri sendirian tadi?

"Boleh bantu saya duduk” pinta suara khas bangun tidur itu dengan pelan. Pak Rinto sudah membuka kedua matanya. Dan aku yang sedikit terheyak langsung melakukan apa yang dia minta.

Aku bantu dia untuk terduduk, mambawanya  bersadar di kepala bangkar. Lalu aku sodorkan segelas air putih untuknya.  

“Terima kasih sudah membantu saya” katanya setelah menyesap air putih itu. “Saya kira saya sudah mati setelah bertengkar dengan anak saya tadi, maaf sudah merepotkanmu”

Aku menggeleng, “Tidak masalah Pak, saya juga kebetulan lewat dan saya tidak sengaja melihat bapak tergeletak jatuh di sana, sekarang saya senang melihat bapak sudah sadar,”

“Siapa namamu nak?”

“Nama saya Laras Aruna, bapak bisa memanggil saya Laras”

“Saya akan mengganti semua ini nanti”

Aku langsung mencegah lagi.“Tidak perlu, saya ikhlas untuk menolong bapak” kataku menolak.

Pada saat itu Rinto hanya terdiam tersenyum  melihat ku. Entahlah karena apa. Aku yang sedang dikejar oleh waktu mencoba untuk mengundurkan diri. 

“Kebetulan hari ini saya ada interview, kalau begitu saya undur pamit Pak”

“Bekerjalah dengan saya Laras” ucapan itu sukses menghentikan tubuhku

 seketika. Aku tetap kembali Rinto dengan bertanya- tanya.

“Maksud Pak, Rinto?”

Dia tersenyum lebar, matanya menginstruksikan ku untuk duduk kembali. Dengan bimbang aku tatap pintu keluar dan kursi secara bergantian. Tak mau ambil pusing pada akhirnya aku memilih untuk  kembali terduduk di kursi tadi dengan rasa penasaran dari apa maksud  ucapan Rinto tadi. 

“Saya tau kamu sedang berusaha mencari kerja. Maaf jika saya merusak interview kamu hari ini. Saya hanya ingin menawarkan sesuatu yang lebih besar dari interview kamu itu Laras”

Aku semakin bingung, mendadak aku tidak tau harus mengeluarkan kata apa. 

“Bekerjasamalah dengan saya dan saya akan memberikanmu tempat dan jabatan yang cocok untuk mu, jika kamu setuju dengan kesepakatan yang saya berikan”

“Maaf,  maksud Pak, Rinto kesepatakan soal apa?”

“Jadilah calon tunangan anak saya Laras, ” katanya begitu lancar. "Maxwell Ptayoni"

Jelas sekali aku sangat terkejut dengan apa yang dikatakan pria paruh baya itu waktu itu. Saking terkejutnya aku ingat kalau aku tertawa keras mengira kalau ucapannya salah sebuah lelucon. Namun, melihat wajah serius dari Rinto seketika tawaku lenyap begitu saja.

“Maksud Pak, Rinto. Bapak ingin saya menjadi tunangan anak bapak, yang bernama Maxwell Prayoni itu?!”

Dan Rinto pun langsung mengangguk tegas. Aku menganga tak percaya. Apa aku tidak salah dengar. Mana mungkin seorang wanita sepertiku bisa menjadi seorang tunangan dari CEO mudah yang banyak dikagumi para wanita itu.

“Saya akan memberikanmu gaji dua kali lipat, dan saya juga akan memposisikan kamu menjadi sekretaris CEO jika kamu mau menerima tawaran saya  ini Laras”

Menjadi sekertasi memanglah impian ku dari dulu, terlebih lagi sekertaris CEO dari seorang Maxwell Prayoni impian dari semua wanita. 

Aku remas tali tas ku, tiba - tiba saja aku jadi ragu.“Kenapa Pak, Rinto menawarkan hal ini pada saya? saya kan hanya wanita biasa yang tidak sengaja bertemu dengan bapak, dan terlebihlahi saya bukan wanita berkelas yang sama dengan anak bapak”

Rinto tertawa pelan “ Karena saya percaya, hanya wanita sepertimu lah yang bisa membuat anak saya berubah Laras"

Aku terhenyak, semudah itukah lelaki paruh baya ini mempercayaiku? memang aku salah satu dari sekian wanita yang menyukai Max, tapi apakah benar semua ini nyata.

“Bagaimana? apa kamu mau Laras?”

Aku tidak yakin. Tapi aku membutuhkan uang untuk biaya hidupku, terlebih lagi untuk melunasi hutang-hutang ayahku.

“Apa benar  bapak akan memberikan gaji  dua kali lipat pada saya nanti ?”

Dia mengangguk, “5 kali lipat jika kamu berhasil membuat anak saya berubah, dan 10 kali lipat jika kamu berhasil membuat anak saya jatuh cinta dalam waktu tiga bulan”

Mendengar tawaran yang sangat menggiurkan waktu itu bagaimana aku bisa menolak, kondisi ekonomi ku sedang terpuruk dan aku membutuhkan semua uang itu. Mana mungkin aku menyia nyiakan kesempatan emas ini. Aku pulang dengan menyetujui penawaran dari pak Rinto, bahkan aku sudah menandatangani kesepakatan itu. Tetapi, aku melupakan sesuatu saat bersama pada Pak Rinto tadi, yaitu bagaimana dengan Max? apa lelaki itu akan menyetujui pertunangan ini? 

Namun, daripada memikirkan itu, aku semakin tak percaya, jika lelaki yang akan menjadi calon tunanganku nanti adalah  Max Prayoni! cinta pertamaku saat masa dulu kuliah. 

Tidak peduli apa keputusan Max, nanti pada ku. Aku akan menganggap semua ini adalah jalan yang terbaik untuk diriku. Walaupun aku tidak tahu bagaimana nasibku setelah itu.

Dan yang paling terpenting sekarang ini, aku harus membuat lelaki itu jatuh cinta dalam waktu tiga bulan pada ku.

____________________________________________________________________________

Selang sehari kesepakatan itu dilakukan. Disinilah aku berada, di sebuah rumah mewah Rinto. Tidak ada pagelaran pesta mewah bahkan tidak ada tamu ataupun teman dekat yang ikut berpartisipasi dalam acara pertunangan ini.

Rinto bilang, Max setuju dengan pertunangan ini jika Acara pertunangannya hanya dihadiri keluarga inti dan digetarkan secara tertutup, aku tidak masalah dengan itu. 

Pada saat aku datang hanya Rinto yang menyambutku dengan sangat hangat, sedangkan istri Rinto sudah menatapku dengan wajah yang enggan menatap. Dapat kupastikan jika Ibu Rina tidak setuju dengan pertunangan ini. Aku yang melihatnya hanya membalas tersenyum ramah.

 “Mari duduk”  Rinto mengistrukanku dan Bi Sri untuk duduk. Kamu langsung duduk di depan mereka dengan mencoba tenang. 

Suasana seketika menjadi canggung. Aku tidak tahu harus memulai pembicaraan apa. Jujur aku waktu itu aku sangat gugup di sana.

“Laras bagaimana kabar mu nak?” Seperti tahu kondisiku. Akhirnya Pak Rinto mengeluarkan suaranya lagi.

Aku tersenyum mencoba menujukan wajahku menatap kedua orang di depanku itu. “Saya baik- baik saja Pak,” jawabku sesopan mungkin, yang kemudian ku lirik Bi Sri di sampingku.  “Maaf, kalau malam ini saya hanya bisa membawa bibi saya untuk menghadiri acara ini" lanjutku sedikit menjelaskan sekaligus mengingatkan jika aku adalah anak yatim piatu yang sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuaku untuk selamanya. 

“Tidak masalah Laras. Setidaknya kamu mempunyai wali yang datang bersamamu” ucap Rinto mengerti, bergantian menatap bi Sri. “Oh ya. Perkenalkan saya Rinto. Ayah Max, dan ini istri saya Rina.” ucapnya lagi memperkenalkan diri ke bi Sri

“Saya Sri Pak, Bu, bibi Laras dari ayahnya” balas bi Sri dengan ekspresi mencari cari. “Kira-kira  dimana calon tunangan Laras, Ya Pak? Saya perhatikan saya tidak melihat anak bapak itu” tanya bi Sri, Membuat Rinto kelabakan. 

Lalu secara kebetulan datang lelaki tampan dengan wajah datar terlihat dari arah belakang kuris Rinto. Hal yang pertama kali aku lihat adalah tatapannya yang begitu tajam menatapku yang membuat terpana melihatnya. 

Benarkan dia seorang Maxwell Prayoni? lelaki yang di idam idamkan semua wanita? lelaki yang menjadi cinta pertama ku.

“Maaf saya terlambat” ucap suara dingin itu. Dia pun langsung terduduk di sebelah Ibu Rina, tanpa melihat ke arah ku. 

Terdengar helaian nafas kesal Rinto ketika Max sudah terduduk. Suasana pun berubah menjadi sedikit tegang. Mencoba untuk fokus Rinto kembali bersuara.

“Dikarenakan Max sudah berada disini bersama kita. Mari kita langsungkan acara pertunangan ini” ucap  Rinto, menatap Max “Ayo Max dimulai” pintanya.

Lelaki itu pun langsung berdiri dari kursinya. Dengan raut wajah yang sudah terlihat mengeras dan sorot mata yang menajam, dia balas tatapan mataku ini. Melihat itu entah kenapa aku jantungku sudah berpacu sangat kencang untuk pertama kalinya lagi. 

“Laras Aruns, saya Maxwell Paryono datang malam ini untuk melamar kamu dalam ikatan pertunangan. Apakah kamu mau menerima nya?” 

Seperti tersihir mantar jantungku rasanya ingin meledak. Aku angkat wajahku dengan mata yang sudah sedikit berkaca-kaca menatap Max tak percaya. Lelaki itu masih sama seperti dulu. Apa benar yang sedang melamarku sekarang ini adalah Max Prayoni lelaki yang selalu aku cintai!

Dan Aku pun menjawab.

“Aku..menerimanya”

Max lalu keluar dari dalam mejanya menghampiriku. Sejenak, dia memandangi penampilanku dari atas sampai bawah. Aku  menunduk mu. Max akhirnya mengambil tanganku. Dia pasangkan cincin putih pada jari manisku dengan sedikit memajukan wajah dan tak la lama dia berbisik.

“Hi! jangan pernah bermimpi untuk menjadi tunangan saya Laras. Saya tidak mungkin mencintai wanita rendahan seperti mu.” Bisikan itu berhasil

Aku tatap dia dengan bertanya tanya, tak lama dia merangkul pinggangku erat, dan dia kembali berbisik.

 “Setelah semua ini selesai, kamu akan menyesal karena sudah menerima pertunangan sialan ini Laras" sambungnya dengan menyeringai penuh misteri menatapku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
RED SCARLET
ya beneran..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • 90 Days To Fall In Love   3. Penasaran.

    Pada kenyataannya, apa yang sudah Max katakan waktu itu benar. Lelaki itu membuktikan jika dia akan membuatku menyesal telah menerima pertunangan ini. Namun, sekeras apapun Max ingin membuat ku menyerah, lelaki itu tidak akan pernah bisa melawan rasa cintaku padanya. Karena aku sudah berjanji akan menggunakan setiap waktu yang kumiliki, untuk mencintainya sebanyak mungkin. Semakin Max ingin membuat ku menyerah dan membuktikan bahwa dia tidak mencintaiku, maka semakin juga aku akan tetap bertahan dan akan terus membuktikan bahwa aku sudah sangat mencintainya. Aku akan membuktikan bahwa wanita rendah seperti ku ini bisa membuat lelaki sombong seperti Max bertekuk lutut di hadapanku. TING Lamunkan tersadar saat mendengar notifikasi yang berasal dari ponsel ku, aku buka pesan itu dengan cepat saa

  • 90 Days To Fall In Love   4. Alex dan Max.

    Tubuhku hampir saja terjatuh kalau saja tangan kekar ini tidak menahanku sekarang. Kini jantungku sudah berdetak dua kali lipat lebih cepat, bukan karena ucapan yang di kontrakannya tadi. Tapi, karena wajah Max yang sudah sangat terlalu dekat dengan wajah ku. Oh tidak! Ini tidak baik untuk jantungku! Latas aku coba mendorong tubuh Max dengan sekuat tenaga, Namun, dengan sigapnya lelaki itu semakin mendekapku erat. Dan aku malah semakin terkurung di rengkulan nya. "Jawab saya Laras, apa kamu benar sudah berani bermain di belakang saya?" Wajah itu perlahan maju, bahkan aku dapat merasakan deru nafas hangat nya. Rasanya perasaanku semakin kelud, bahkan dapat kudengar debaran jantungku seperti sudah ingin keluar

  • 90 Days To Fall In Love   5. Sandiwara

    Suara keheningan kini menyelimutiku dengan Max. Tidak ada pembicaraan yang berani aku keluarkan untuk sekedar mengajak Max berbicara. Setelah menyelesaikan masalahku dengan Alex, Max masih terdiam, seperti biasa kami berdua bungkam dan asing satu sama lain. Aku lebih memilih melihat pemandangan di luar kaca mobil, dan Max, fokus dengan kemudinya. Jarak rumah om Rinto memerlukan waktu dua jam lamanya. Jakarta - Bandung memanglah dekat, tapi entah kenapa semua terasa sangat jauh ketika bersama Max. Rasanya lebih baik aku menaiki bus daripada harus satu mobil dengan Max. Melihat senja yang sudah hampir tenggelam, aku meringis pelan seraya berdumal senja bisakah kamu membawa kesedihan di hatiku ini. __

  • 90 Days To Fall In Love   6. Sebuah Syarat.

    Percakapan itu berlanjut dengan Rinto yang tersenyum puas mendengar jawaban Max, dan Bu Rina yang sepertinya tidak percaya kalau Max akan mengantarkan sesuatu yang tidak mungkin itu. Begitupun dengan aku... yang sangat terkejut dengan semua ini. Apa benar Max ingin menikah denganku? “Syukurlah kalau kamu memang mempunyai rencana seperti itu, Max. Apapun rencananya pasti ayah akan mendukungmu” ujar Rinto antusias. “Kira - kira seperti apa konsep pernikahan yang kalian inginkan nanti” Max mendengus, “Semua tergantung Laras yah, Max akan ikuti kemauan Laras nanti” Rinto mengangguk, bergantian menatap Laras.“apa ayah boleh tau Laras?” Aku semakin bersemu malu, apa Max benar mau mengikuti konsep pernikahan impian ku. Ak

  • 90 Days To Fall In Love   7. Alex & Laras.

    Sore di hari Sabtu begitu tenang, begitupun dengan diriku dan Alex sekarang. Hari ini aku menepati janjiku untuk menemaninya ke sebuah toko hadiah. Setelah berkeliling dan mencari hadiah yang cocok untuk tante Ani, disinilah aku berada. Di Sebuah toko sushi yang tidak jauh dari toko kado tadi. Alex menepati janjinya untuk mentraktirku dan membelikan sushi, bahkan dia menambahkan pesanan sushi kesukaanku tanpa aku minta. Alex memang sahabatku yang luar biasa, dia selalu tau apa saja yang aku suka. “Terima kasih, Pak Alex” ucapku tersenyum lebar menatapnya yang sedang menyiapkan pesanan Susi di depanku. Dia mendengus tertawa kecil. Tak lama dia taruh satu Susi di piringku. “Pokoknya kamu harus makan yang banyak ya, Ra” katanya layaknya orang tua yang sedang memperhatikan anaknya.

  • 90 Days To Fall In Love   8. CupCake

    Keesokan paginya... aku terbangun dengan senyuman lebar di wajahku. Semalam aku bermimpi indah. Bermimpi tentang Max yang mengajakku makan malam disebuah restoran mewah dan berdansa di tengah tempat yang megah. Mengingat itu senyum ku semakin mengembang apalagi ketika Max selalu tersenyum di dalam mimpiku semalam. Dan di akhir mimpiku Max menciumku dengan sangat manis. Bisa aku pastikan jika pipi ku sudah bersemu sekarang ini. Ya Tuhan rasanya mimpi semalam begitu nyata. Apa semua ini karena efek aku percaya akan ada sebuah peluang dari Max nanti? Jika memang begitu, bolehkah aku terus mengharapkan hal itu, dan bagaimana jika mimpi itu menjadi kenyataan suatu saat nanri. Percayalah Aku pasti tidak dapat menolaknya.

  • 90 Days To Fall In Love   9. Max, Ria & Laras.

    “Maaf siapa ya?” Suara wanita yang sedari tadi memandangku terdengar setelah aku berdehem keras. Aku angkat wajah ku, menatap perempuan itu dengan dingin. “Apa Max ada?” tanya ku Balik. Dia tak menjawab, hanya mengubah raut wajahnya dengan berdecih melipat kedua tangan di depan dada. “Dia ada di dalam. Ada perlu apa ya mencari Max? Saya bisa sampaikan.” “Saya ingin bertemu dengan Max. Bisa tolong kamu panggilkan dia” Sela ku menatap wanita ini dengan sinis. Terdengar dia membuang nafas kasar. Wajahnya seakan akan mengatakan jika aku adalah pengganggu di sini. “Maaf sepertinya dia sibuk nggak bisa diganggu, kamu bisa datang besok lagi. kalau memang tidak ingin disampaikan ole

  • 90 Days To Fall In Love   10. Kenyataan.

    Max POV ____________________________________________ Max tidak percaya jika Laras akan mengunjungi nya seperti ini. Apalagi memberikan sebungkus cupcake untuknya. Max tidak tau jika Laras akan melangkah maju untuk berani mengunjungi apartemennya tanpa ada kasus pekerjaaan di antaranya. Sejujurnya, Max sangat canggung pada posisinya saat ini. Keberadaan Laras dan Ria di apartemennya membuat Max mau tak mau mengambil pilihan untuk mengajak Laras makan malam bersama. Max tidak mau Laras salah paham dengan adanya Ria sekarang, itulah kenapa Max mencegah Laras untuk pulang tadi. Max sudah bilang kalau dia tidak mau ada kabar miring pada hubungannya nanti. Sampai makan malam bersama pun tiba. Max akhirnya selesai menyiapkan hidangan yang tadi di buat. Terlih

Latest chapter

  • 90 Days To Fall In Love   64. Tulip dan Sebuah permintaan

    Beberapa hari setelah kejadian Laras memundurkan diri. Max menjalankan harinya seperti biasa melakukan aktivitas lain dan tetap bekerja. Namun semua itu tak menutup perubahan sikap yang Max tunjukan, dia lebih sering banyak melamun bahkan kadang ia juga sering menunjukan emosinya sekarang. Dan Cindy yang sadar akan perubahan sikap Max hanya bisa memperhatikannya, sudah beberapa kali ia mendapati Max melamun ketika sedang bersamanya, seperti sekarang ini lelaki itu hanya menatap spaghetti yang ada di depannya tanpa memakannya . "Max... "panggil Cindy pelan berhasil buat Max sadar akan lamunannya. "Apa ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu?,aku lihat dari tadi kamu melamun" tanya Cindy khawatir Max a langsung menyinggungkan senyum tipis"maaf... aku mas

  • 90 Days To Fall In Love   63. Antara Rinto dan Max.

    Laras berulang kali terus menghelaikan nafas. wanita itu hanya terdiam sambil melihat pemandangan diluar jendela mobil. Alex yang mengerti kondisi Laras hanya membiarkan wanita yang pagi tadi meminta tolong untuk mengantarnya ke kantor Max. Dan hanya ini lah yang bisa Alex lakukan, menemani Laras dalam keterpurukan. Alex tau hubungan Laras dan Max sudah berakhir. Alex juga tahu hari ini Laras mengundurkan diri. Ya.... semua itu sudah menjadi keputusan mereka yang tak bisa diganggu gugat, dan sebagai teman mereka Alex hanya bisa memahami semua itu. Alex melirik Laras dan mencoba membuka suara. "Laras.. apa rencana Lo setelah ini?" tanya Alex perlahan. Laras menegakkan tubuhnya menyinggungkan senyum tipis "Mungkin untuk selanjutnya aku akan menenangkan diri sejenak" ja

  • 90 Days To Fall In Love   62. Senja yang pergi.

    Keesokan harinyaWanita yang mengenakan celana coklat susu dan baju sifon putih itu melangkah memasuki gedung, dia datang bukan untuk bekerja melainkan untuk menyerahkan surat pengunduran diri yang semalam dia buat. Laras eratkan jemarinya pada tali tas dan menghirup nafas dalam. Lalu dengan sedikit percaya diri ia pun masuk ke ruangan tersebut.Terlihat lelaki yang membelakangi dirinya menatap luar kaca gedung tanpa menolehkan wajah sama sekali..“akhmm” Seketika pandangan mereka bertemu satu sama lain. Laras lantas bergerak maju ke depan lelaki yang sedang menatapnya dengan datar itu .Laras tatap lelaki di depannya itu dengan pias. Mendadak atmosfer sekitar mereka berubah menjadi canggung.Laras berikan singgungkan senyum kecut dan Sedetik setel

  • 90 Days To Fall In Love   61. Alex dan Laras.

    Pandangan pertama yang ia lihat ketika masuk kedalam gedung adalah para pegawai yang tengah berkumpul. Melihat sekitar itu membuat ia tahu tentang hal apa yang membuat para pegawai sudah berbisik bisik. Ternyata bukan hanya dirinya yang menampilkan raut wajah terkejut hingga heran dengan berita yang sedang beredar ini.. Dan Max, lelaki itu berhasil membuat semua orang tau betapa brengseknya dia!Segera ia menemui lelaki yang entah mengapa sudah membuatnya sedikit kesal. Dengan tak sabaran ia melangkah masuk tatkala pintu lift sudah terbuka dengan lebar. Ketika ia akan masuk lift tersebut tak sengaja seseorang menabrak pundak nya hingga berhasil membuat dirinya menjadi sedikit tak seimbang."sorry.. sorry saya gak sengaja" wanita yang sudah memunculkan raut wajah menyesal itu tergugup "anda gapapa kan?" tanyanya kemudian.

  • 90 Days To Fall In Love   60. Berita Max.

    “Itu saya taruh karena saya lagi cari dompet mbak! jangan asal nuduh ya” seru Rina dengan penuh emosi"Udah mbak bawa ke kantor polisi aja" teriak seseorang yang ada di kerumunan melihat menyudutkan Rina."iya bener tuh bener" sahut lainnya.Laras yang mendengar itu lantas memajukan tubuh masuk ke dalam kerumunan dan langsung ikut ambil peran dengan kejadian tersebut."Ada apa ya mbak?" tanya Laras meminta penjelasan menatao pegawai toko dan bergantiajn melihat Bu Rina"Laras" Rina membesarkan matanya terkejut."ibu ini ketahuan mau maling obat mbak saya sendiri yang liat ibu ini masukin obat ke dalam tasnya" jelas pegawai sembari menunjuk ke arah Rina.

  • 90 Days To Fall In Love   59. Jawaban Max.

    Laras yang masih terdiam di depan pintu tersebut. Seketika jantung berdebar hebat menunggu jawaban Max akan penawaran yang lelaki tua itu ucapkan tadi. Ia semakin menggenggam erat tangkai pintu seraya menguatkan tubuhnya agar tak jatuh. "Maaf sedikit keluar jalur. Cindy anak saya cerita semenjak … ketemu bapak di rumah sakit dia sudah tertarik dengan pak Max. Saya datang ke sini juga atas permintaan Cindy, ketika dengar saham ayah kamu turun. Dan kami juga rekan bisnis pak Rinto. Mungkin gak ada salahnya saya mengajukan penawaran tadi. Lagi pula kita akan sama sama menguntungkan di sini, jadi bagaimana dengan tawaran ini pak Max? apa bapak bersedia mengikat diri dengan putri saya?" tanya lelaki paruh baya itu. Max belum menjawab sama sekali ucapan lelaki di hadapannya itu, ia masih terdiam, seketika beban pikirannya bertambah banyak. Mendengar tawaran dari le

  • 90 Days To Fall In Love   58. Perasaan kelut.

    Laras melangkah ke lorong koridor rumah sakit termenung menatap dengan pandangan kosong jalan di depanya. Pikirannya resah dengan semua yang ia lihat tadi. ia hembuskan nafas panjang dan berhenti menatap taman di depan sana. ia melangkahkan kakinya menuju kursi besi yang berada di taman tersebut.Suasana sore di taman itu cukup sepi. Hanya ada beberapa suster yang berlalulangan di belakang nya. Ia tatap sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. lagi, ia hembuskan nafas ia angkat wajah menatap langit berwarna orange sembari menutup mata merasakan angin yang bertiup ke arahnya. Entah mengapa sejak tadi perasaannya tak karuan, bahkan melihat lelaki itu menatap wanita lain saja berhasil membuat ia takut dengan semua peruntungannya akan menjadi sia sia begitu saja selama ini."Laras" panggil seseorang yang sudah menyentuh pundaknya pelan.

  • 90 Days To Fall In Love   57. Max dan Dia,

    Laras terbangun bingung ketika melihat Max yang sudah memunculkan raut wajah panik dan gusar. Segera ia dudukan tubuhnya di atas ranjang dengan ekspresi yang sudah ikut memunculkan raut wajah bertanya tanya memandangi lelaki itu."Ada apa?"Laras majukan tubuh nya menyentuh pundak Max saat Max masih terdiam."Max,,kenapa?"Max tersentak dengan sentuhan tangan Laras,ia menolehkan wajah menatap Laras yang ada di samping."kita akan pulang hari ini" jawabnya "cepat berkemas" lanjut Max dengan suara yang terlihat khawatir lalu turun dari ranjang.Mendengar perintah itu Laras hanya menatap heran punggung Max yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya ada apa ini?.Apa ada sesuatu yang mendesak sekarang,

  • 90 Days To Fall In Love   56. Sebuah kabar buruk.

    Max tersadar akan lamunannya saat tangan wanita itu menyentuhnya. Ia terlalu terhanyut dengan semua yang dilakukan Laras. Kemudian Max bentangkan senyum ir tipis yang diiringi dengan anggukan wajah membalas ucapan terimakasih wanita itu tadi. Hanya itu yang bisa Max lakukan, Ketika semua alasan Laras tadi selalu berhasil membuat Max terdiam dan tak tau harus membalas apa. Kini ia merasa keadaan semakin menyudutkan dirinya. "Aku seneng liat kamu senyum" ucap Laras dengan wajah berbinar sangat jelas. "berdua kamu di sini, mungkin bakal jadi moment terindah dalam hidup aku" lanjutnya sembari melepaskan sentuhan pada Max. "Max, sekali lagi terimakasih udah buat kesempatan malam ini berjalan lancar" Max mengerutkan kening tatkala kata kata Laras terdengar putus asa.

DMCA.com Protection Status