"A toxic person will never change. They just change victims and blame everything on everybody else."
-Daver Negarald (unknown)***
"Ra?"
Tidak sadar sudah beberapa minggu terlewati, pada hari esok lah hari ujian mereka akan datang. Hari ini—tepatnya sehari sebelum ujian, Anara meminta Daver untuk menemaninya belajar di luar sekalian refreshing.
"Anara.." panggil Daver lagi dengan lembut, membangunkan Anara yang ketiduran. Ia menepuk pundak gadis itu pelan.
Anara langsung bangun dan mengulat. Wajahnya mengerising. "Udah jam berapa?"
..."Daver dateng mampus lo!""Fara.. Fara." Rezo menghela napas panjang. Ia kembali duduk di sofa. "Kenapa pula pake acara ngadu ke temen lo yang kayak anjing?"Fara gusar mendengar itu."Daver itu bener-bener anak mami kayak anjing. Pilih cewek aja gak bener. Kenapa sih dia gak mau sama lo? Malah milih Anara pula."Rezo memandang Fara dari atas sampai bawah dengan begitu fokus, sehingga membuat Fara merasa sangat tidak nyaman."Gue colok mata lo!""Lo kurang apa ya? Apa kurang bohay makanya Daver gak mau?"Fara merasa sangat tidak dihargai sebagai perempuan.
"And i hope you could find a family like Zhenix in your life."-Fara Maria***4 hari kemudian..Selama hari-hari ujian berlalu, Fara tidak pernah tidak mengalami sesuatu yang aneh dan mengganggu dalam sehari.Sehari setelah Rezo datang kemarin, Fara mendapat pesan yang bertuliskan "Cuma Daver yang bisa jagain lo."Dua hari setelahnya, ia dapat lagi. "Bebal banget dah lo ngelawan orang tua terus."Dan hari ketiga, Fara mendapat kabar dari Venya bahwa saham perusahaan orang tuanya tur
***"Lo liat nih kalo gak percaya!" Rino menyerahkan foto yang ia ambil di restoran tadi siang.Selepas makan siang di restoran lain, Rino berniat untuk ikut ke rumah Fara seperti yang lain bersama Elena dan Evan."Ngapain coba nyokap lo ketemu Rezo?" tanya Elena, resah.Fara mengembalikan ponsel Rino setelah ia melihat foto tersebut. "Anjirlah.. apa lagi sih ini? Gimana ceritanya nyokap gue bisa sekenal itu sampe makan bareng?""Apa lagi kalo bukan lagi kerja sama, Far. Udah jelas banget itu." Evan kokoh."Kerja sama buat apa?"Tepat sekali. Baru saja membahas Venya, mobil wanita itu datang dan terdengar sedan
***Seperti biasa, Daver mengantarkan Anara pulang. Kebetulan saat pulang sekolah tadi, ia membawa mobil lagi. Sehingga kini mereka bisa berbincang dengan nyaman sebelum Anara masuk ke rumah."Aku masih kepikiran," gumam Anara sambil bengong."Jujur ya, Ra. Aku malah lebih mikirin gimana Rezo bisa hidup lagi." Daver menatap Anara serius. "Malem itu kamu juga liat dia sekarat kan?"Anara melihat Daver. Ia mengangguk."Kesempatan dia buat hidup pada waktu itu 1%." Daver berpikir. "Apa Letta bawa dia ke rumah sakit ya?""Apa pun itu, Letta sendiri bilang dia dateng ke pemakaman Rezo. Dia juga nangis di sekolah karena Rezo meninggal. Letta gak tau apa-apa, Dav."
"Not all storms come to disrupt your life. Some come to clear your path."-Davenara***Ting!AlvanoRaGue jd penasaran knp kemarin lo nanya soal rezoAda apasi?Anara Emileygapapa van gausah dipikirin wkwkAlvanoAda masalah sama dia?Anara EmileyenggagatauAlvanoLah gimana ra wkwkMasa gatau
***Seusai masa ujian, Daver memutuskan untuk main ke rumah Natasya.Ting!Anara Emileypmas gantengwhere r u now🤨Daver NegaraldDi rumah mama nihTp mama lg di luar bentar lg pulangDrpd bolak balik aku nunggu ajaAnara EmileyokeeeyDaver NegaraldUdh makan?Mau digojekin ga?Anara Emileygaa maumaunya malem kita ketemutrs ke taichan senayan ok
..."Plis, Ma.." Daver berharap Natasya tidak sesuai dengan perkiraannya.Pipi Natasya berkedut. Ia mati kutu. Melihat itu, Daver yakin bahwa Natasya memang sungguh pelakunya."Wah.." Daver sampai kehilangan kata-kata. Ia merenggut rambutnya. "Gila.. semua orang udah gila!""Daver, denger Mama dulu, Sayang.." Natasya menarik tangan Daver. "Soal itu udah Mama bicarain sama Tante Venya dan dia juga setuju asal Rezo gak main fisik sama Fara. Jadi—""Demi apa Mama pake cara sebodoh itu buat deketin aku sama Fara?!" Daver tidak sadar ia membentak saking marahnya. "Ma! Aku bukan anak kecil lagi! Stop urus hal yang bukan urusan Mama!Bibir Natasya bergetar.
***Sepulang dari rumah Natasya, Daver meminta Zhenix untuk berkumpul dengan alasan genting di rumah Fara tanpa Rino, Evan, dan Elena."APA?!" Fara menganga tidak percaya."Serius lo, Dav?""Kok bisa sih?"Daver sudah menceritakan semua yang baru ia ketahui. Terutama soal rencana Natasya dan Venya yang mempergunakan Rezo sebagai badut untuk Fara."Udah gue bilang, gue curigain seseorang. Gue yakin banget gak mungkin Tante Venya bisa konek sama Rezo tanpa perantaranya," papar Daver. "Siapa lagi kalo bukan nyokap gue kan.""Gue gak sampe ekspetasiin Nyokap lu juga sih," ujar Ander.
...Saat Daver mengatakan itu, suasana semakin haru. Ada yang menyembunyikan air mata, ada yang berusaha untuk tetap senyum, ada yang cemberut karena sedih."Oh iya, gue titip Anara ke kalian ya. Dia suka mendem sendiri kalo ada apa-apa. Jadi tolong didengerin kalo dia emang butuh temen cerita, peluk dia kalo lagi sedih, bikin dia ketawa. Pokoknya tanyain terus dia kenapa," pinta Daver pelan.Zhenix mengangguki perkataan Daver. Evan dan Rino, mereka mengacungkan jempol.Daver mundur beberapa langkah, kembali lekat dengantrolley-nya. Setelah melambaikan tangan, ia mulai membawa pergi benda yang menampung segala kebutuhannya itu.Sesekali Daver menengok ke belakang. Barangkali ia melihat seseorang berlari menghampi
..."Aku salah banget ya?" tanya Daver kemudian menatap Giselle.Giselle tersenyum lembut, lalu mengacak rambut Daver selayaknya anak kecil. Ia tertawa sekejap."Kok malah diketawain sih," gerutu Daver. "Ini udah tinggal 40 menit lagi, Kak. Zhenix udah pada bilangotw, tapi mereka bilang Anara gak mau ikut.""Siapa tau Anara tiba-tiba dateng?""Dia aja gak angkat telepon atau bacachataku sama sekali. Nih, liat. Aku udah ada ratusan kali nelepon dia. Gak ada satupun yang diangkat."Giselle menatap Daver sebentar, lalu ia mengatakan sesuatu yang sedikit melegakan hati Daver. "Gini, Dav. Anggap aja untuk sekarang, Anara lagi marah sebentar. Sebe
"We start this story by together. It must be the same way when we end this."—Daver Negarald—***"Daver, bangun! Bisa-bisanya kamu gak pasang alarm. Ayo siap-siap!" oceh Natasya, membuka gorden kamar Daver. Wanita itu sengaja menginap di apartemen Daver, sekalian membantu anaknya membereskan barang-barang.Daver memicingkan mata begitu sinar mentari menerobos kaca kamarnya. Ia terkejut dengan dirinya sendiri sampai langsung mengubah posisi menjadi duduk.Jadi tadi gue cuma mimpi?!"Kenapa?" Natasya bingung melihat gerak-gerik Daver
***17.38 WIB.Shit!Rasanya Daver mau mengumpat berkali-kali. Kenapa Anara tidak kunjung membalas pesannya? Membaca pun tidak!Apakah Daver harus pergi dengan perasaan ganjalnya ini? Juga dengan ketidakjelasan hubungannya dengan Anara?"Kamu nungguin apa sih? Dari tadi bolak-balik liat hp terus." Giselle ternyata memperhatikan kegelisahan Daver."Calm down." Gantara menepuk bahu Daver dengan gagah, lalu tersenyum. Aura keayahan laki-laki paruh baya itu sangat kental. "Calon penerus Negarald Group harusstay cool, oke?"Daver tersenyum berat, lalu menganggukkan kepalanya.
***"Ra? Kok manyun sih? Seneng dong harusnya karena tau Mama demen sama kamu."Daver dan Anara baru saja sampai di danau yang pernah mereka kunjungi waktu lalu. Memang gelap jadinya karena ini sudah malam. Akan tetapi, ada banyak lampu yang menyala dan beberapa pedagang yang masih menggelar lapak.Anara tidak menanggapi. Pikirannya sedang tidak fokus. Ia juga tadi lagi sibuk mengetik sesuatu di ponselnya."Are you okay?""Ya?" sahut Anara asal."Kamu gak apa-apa?" ulang Daver sabar. Ia menatap Anara. "Dari kemarin, kamu agak beda. Aku mau nunggu kamu cerita sebelum aku duluan yang tanya. Eh, kamu gak cerita-cerita." Ia terkekeh bercanda.
"So, it does end like this, doesn't it?"-Davenara***Sesuatu yang sangatrareakan terjadi malam ini di rumah Giselle. Bayangkan saja, Gantara dan Natasya mau menghadiri makan malam bersama. Padahal sejak bertahun-tahun lalu diajak, mereka tidak pernah mau.Mungkin bisa jadi karena hari ini adalah hari ulang tahun Grace, anak Giselle. Jadi Gantara dan Natasya selaku opa-oma anak empat tahun itu mau turut serta.Tentu di kesempatan berharga ini Daver mengajak Anara. Bahkan cowok itu membelikan Anaradressformal supaya mereka semua bisa berseragam."Happy birthday to Grac
***Anara selesai dengan aktivitas bersih-bersihnya. Dari yang bau keringat karena habisworkout,kini gadis itu sudah kembali wangi semerbak.Anara menyisir rambut, setelah itu mengambil vitamin rambutnya. Namun, ketika mengambil benda tersebut, ia melihat ada ransel Daver."Dav, kok tas kamu nyasar di sini?" teriak Anara dari dalam kamar."Iya, Ra! Tadi aku minjem kamar mandi kalian buat mandi, terus sekalian aku pindahin tasnya biar gampang cari baju, parfum, dll," jawab Daver dengan suara yang besar.Anara mengangguk paham. Lalu, ia memakai vitamin rambutnya dan kembali menyisir."Itu apaan dah?" gumam Anara kecil, salah fokus ke amplop berisi surat yang
"We called it family."-ZHENIX***Sudah pukul 3 subuh, tapi Rino belum bisa tidur. Padahal yang lain udah tepar dari jam 12 malam. Karena lapar, ia pun akhirnya keluar kamar untuk mencari cemilan.Ceklek!Rino menyalakan lampu. Ia berjalan ke dapur. Agak sedikit heran karena ada suara air mendidih."Oy!" panggil Letta, ternyata lagi masak mie instan. "Ngapain lo?""Kaget, kirain siapa." Rino mengelus dada, lalu tertawa. "Bikin apaan, Ta?""Mie. Mau?"
***"Na, jadian yuk!""HA?" Elena kaget dengan ucapan Evan yang tiba-tiba. Ia mengambil es kelapa dan memberikannya. "Mabok lo!""Ih, serius, Na. Emangnya lo gak mau punya cowok cakep plus humoris kayak gue?" Evan mengedikkan alisnya sambil mengelus-elus dagu.Elena tertawa melihat kepedean yang Evan tampilkan. "Udah-udah, gak usah ngaco deh, ayo balik. Yang lain juga pada mau minum es-nya.""Lo mah gitu, Na. Digantung mulu gue." Evan ngambek."Emang lo mau nerima kekurangan gue?" tanya Elena, sebenarnya hanya bergurau.Namun, Evan menanggapinya dengan serius. "Lo pikir gue sesempurna itu untuk gak milih lo dengan alesan yang