***
Tidak terasa, sebentar lagi UNBK akan datang. Sebentar lagi angkatan Anara akan lulus dan meninggalkan lapak SMA Ravalis.
Perasaan bosan dan rindu terasa campur aduk saat menginjak sekolah ini. Banyak kenangan yang menyenangkan, menyedihkan, dan memalukan yang terjadi di sana.
"Eh, Anara!"
Anara menengok ketika ada suara laki-laki yang memanggilnya. Ia mengeluh dalam hati. Ternyata ada tiga adik kelas yang mengintilnya dari tadi.
"Gak sopan lo gak manggil Kakak," tegur si teman yang memanggil tadi.
"Udah sih beda setahun doang!"
"Kenapa?" tanya Anara tidak mau lama-lama karena hendak kembali ke kelas PM.
"I can't resist, but i don't want to let it be. I need you to know that if you hate to be in this situation, i hate it more."-Anara Emiley***Ting!Daver NegaraldRaBsk pulang sekolah kamu ke mana?Jalan yukDaver tidak mendapatkan jawaban sampai akhirnya tiga puluh menit kemudian mendapatkan notif dari Anara.Anara Emileyaku ada tutor sama GemaDaver NegaraldYah besok2 aja lahBosen bgt ra cape blajar di sekolahButuh refreshing
***"Ih, anjir lah! Mie gue itu,aish!" Evan merengek ketika Rino menyeruput mie-nya tanpa dosa.Untuk membalas, Evan pun mengambil vape milik Rino yang diam-diam dibawa cowok itu."Evan!""Woi! Ada yang mau beli gak! Diskon nih cepek!" Evan melambai-lambaikan tangannya yang memegang benda milik Rino itu ke udara.Rino menarik keras tangan Evan. "Ketauan guru, anjir! Gak pake akhlak ya lo!" Ia merebut kembali vape-nya. "Cepek pula dipromosi. Gue beli satu juta gilak!""Lo yang gak ada akhlak ngerebut mie gue!" balas Evan meneriaki Rino.Letta menyeletuk, "Lagian vape lah pake acara dibawa ke sekolah."
***Anara berjalan melewati koridor kecil sekolah. Ia hendak pergi ke ruang belajar serba guna (RBSG) SMA Ravalis karena dirinya telah menyuruh Gema langsung ke sana saat pulang sekolah. Selain bilang pada Daver semalam, Anara juga sudah memberi tahu Fara untuk tidak menunggunya pulang apalagi ikut saat dirinya mengajari Gema."Baaaa!" Daver mengagetu Anara, sehingga gadis itu sedikit terperanjat. "Ketemu juga kan! Emang susah kalo jodoh.""Kamu gak pulang?"Pertanyaan Anara membuat senyum Daver sedikit luntur."Aku gabut, mau nemenin kamu. Sekalian jagain biar kamu gak diganggu Gema." Daver kembali tersenyum cerah, bersemangat.Anara menggigit bibir. Raut wajahnya tidak baik.
"Who are you? Cause you're not the girl I fell in love with."-Daver Negarald***Sebelumnya.."Belom dijemput, Far?"Daver menghampiri Fara yang menunggu di lobi bersama Evan. Wajah cowok itu tampak kusut tak beraturan. Namun, tetap saja gantengnya tidak hilang.Mata Fara membulat. "Lah, gue kira lo udah pulang.""Kenapa lagi lo?" tanya Evan yang peka dengan muka Daver."Anara bikin gue bete hari ini." Daver menghela napas. "Duh, itu anak bener-bener deh."
..."Hah?!" Daver dibuat kaget berkali-kali."Aku udah gak sayang sama kamu," ulang Anara. "Aku capek. Lagian kamu gak cocok sama aku. Masih banyak—"Anara sesenggukan. Ia tidak sanggup melanjutkan kata-kata. Batinnya ingin berteriak bahwa ini bukan yang diinginkannya."Aku gak bisa lanjutin ini." Anara terus menunduk karena tidak sanggup melihat Daver. "Aku serius.""Aku gak mau main-main, Ra.""Aku juga lagi gak main-main sekarang.""Terus? Bisa-bisanya kamu selesaiin semuanya secepet ini?" Daver menyeringai, tidak senang. "Gak, aku gak mau.""Dav!" Anara kesal. "
***15.30 WIB.Lagi-lagi Anara meminta Fara untuk keluar duluan dan meninggalkannya. Gadis itu tidak mau ditunggu. Alhasil, Fara menunggu jemputan di lobi bersama Letta.Anara tidak mau pulang cepat-cepat sebab takutmood-nya semakin buruk. Ia memilih untuk di kelas dulu sendirian sambil main ponsel, sekalian menghindar dari teman-temannya. Intinya, ia mau sendiri.Tok Tok Tok!"Jangan masuk," pinta Anara pada siapa pun yang mengetuk pintu."Gue Evan, woy! Masa gak boleh juga?""Ck, elah," decak Anara. Ia memutar bola mata, sebal. "Masuk aja kalo sendiri."
"He knew i needed space, but he didn't know i needed it between us."-Anara Emiley (a.d)***"Fara, jangan lupa sarapan! Nanti mag kamu kambuh!" teriak Venya, Bunda Fara.Fara turun dari
***15.30 WIB.Pulang sekolah, Anara bersedia menemani Fara untuk menunggu jemputan di depan gerbang. Sekalian, tadi di kelas Fara minta waktu untuk membicarakan sesuatu.Karena Fara terus diam, Anara bingung. "Lo kenapa dah, Far?" Anara tertawa pelan, mencairkan suasana. "Diem amat hari ini. Lagi gakmood, ya?""Jujur, Ra." Fara menggigit bibir. Ia menatap Anara. "Lo lagi sedih gara-gara gue ya?"Mata Anara membulat."Lo gak perlu diem di saat lo diginiin." Fara mengernyitkan alis. "Lo harus bisa ngelawan. Lo juga berhak bahagia!"