Share

Anara Emiley

Penulis: syelvalerie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-18 14:40:06

"Perasaan yang rencananya gue ungkapkan ini gak akan mengubah sesuatu di antara kita. Jadi lebih baik gue diam dan lo gak tau apa-apa."

-Anara Emiley

***

Anara membuka pintu utama rumahnya. Ia memejamkan mata, menahan perih hati yang kini dirasakan. Selalu Anara lakukan saat ia mendengar suara dua orang yang berdebat setiap harinya.

Selalu, Ya Tuhan, batin Anara.

Ini sering terjadi. Tetapi bukan berarti Anara terbiasa. Anara buru-buru berlari ke kamarnya dan mengunci pintu.

"Kamu ngabisin duit saja bisanya, Lena!" Jeff, Papa Anara, membentak dengan suara yang keras.

"Semua duit kamu, saya pake buat keperluan kamu! Saya habisin buat kebutuhan kamu dan anak-anak! Kenapa kamu marah-marah?!" Lena membalas tak mau kalah. Karena memang seperti itu adanya.

PLAK!

Setetes air mata lolos dari pelupuk mata Anara. Ia meremas bantal yang dipeluknya. Tubuhnya seakan ikut remuk, merasakan sakit yang Lena rasakan.

"Tampar lagi, Jeff! Tampar! Kamu memang laki-laki yang gak punya pikiran dan perasaan!" Lena memegang pipinya yang berdenyut nyeri. Ini sungguh menyakitkan.

"Perempuan bodoh!" Jeff meninggalkan Lena yang tersungkur di lantai. Tatapannya masih ganas. Setelah puas memarahi Lena, ia meninggalkannya. Jeff kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan yang sering ia tumpuk.

Ini terus terjadi setiap hari. Tidak hanya pada Lena, Jeff juga tidak terlalu baik pada Anara. Sebenarnya Jeff menyayangi mereka semua. Hanya saja, beliau adalah orang yang tempramental. Anara membenci laki-laki seperti itu. Kasar, tidak berperasaan, egois.

Anara ingin sekali melindungi Ibunya. Tetapi Anara punya alasan kenapa ia sering kali mengurungkan niatnya. Anara pernah menangkap basah Lena yang berselingkuh dengan laki-laki lain. Pandangan itu melukai hatinya. Namun, Anara tidak cukup berani untuk menanyakan hal itu pada Lena.

Alhasil, Anara diam dengan seribu kesakitan yang dialaminya. Belum lagi kata-kata kasar yang Jeff sering tumpahkan padanya.

Anara adalah definisi dari luka. Ntah sekuat apa hatinya, Anara selalu tersenyum di sekolah. Menyembunyikan masalah dan kesedihan adalah kemampuan Anara.

Tetapi Anara tidak pernah tahu kapan kemampuan itu akan runtuh. Jujur, Anara hampir gagal saat berusaha tampak baik dibalik semuanya.

Anara sering iri dengan sahabat-sahabatnya yang memiliki keluarga sempurna. Harmonis, selalu tertawa bersama. Tidak seperti yang Anara miliki dan alami.

Yang hanya bisa ia lakukan adalah menangis dan berdoa. Ntah sampai kapan ini terus menusuk dirinya, tetapi hanya itu senjata Anara hingga detik ini.

🥀🥀🥀

Anara benci pelajaran pada hari Senin. Maka dari itu, saat bel istirahat berdering, ia dengan cepat berlari keluar kelas. Meninggalkan guru yang masih berada di dalam.

Anara tidak lapar. Ia hanya ingin menemui seseorang di kantin. Anara sengaja meninggalkan sahabat-sahabatnya demi bertemu dengan Alvano.

Alvano suka bercerita tentang Daver padanya. Makanya, Anara senang dengan Alvano. Hampir setiap hari Anara dan Alvano berbincang walaupun tidak lama.

"Iya, Daver emang gitu anaknya. Bikin musuh emosi mulu kalo lagi tanding," lanjut Alvano setelah bercerita panjang tentang Daver.

Alvano tidak apa-apa jika Anara senyum dan tertawa karena Daver. Alvano hanya ingin melihat Anara bahagia.

Anara tidak tahu akan ini. Tetapi ia tidak bisa menolak fakta, bahwa Alvano benar-benar jatuh hati dengannya.

"Suka banget, ya?" Alvano bertanya tiba-tiba.

Anara menyipitkan matanya, kebingungan akan arah pertanyaan Alvano. "Suka apa?"

"Daver," singkat Alvano.

"Eh?" Anara terkejut. Bagaimana bisa Alvano tahu soal perasaannya?

"Gak usah kaget gitu. Jelas lah, Ra. Udah keliatan banget dari gelagat lo." Alvano mengacak rambut Anara seperti yang biasa ia lakukan.

Anara tersenyum malu karena Alvano mengetahuinya. "Jangan bilang ke Daver ya," ucapnya menggigit bibir bawah.

"Kenapa?"

"Jangan aja," jawab Anara.

"Kasih tau aja, Ra. Siapa tau dia suka juga sama lo," kata Alvano. Anara langsung tertawa.

"Gak mungkin lah, Van. Gimana bisa cowok kayak dia suka sama gue? Udah, nggak usah dikasih tau. Ini nggak penting buat dia," kata-kata itu menusuk Anara walaupun dia sendiri yang mengucapkannya.

Alvano tersenyum tipis. Ia merasa Daver sangat beruntung. Daver mendapatkan perasaan yang sangat tulus dari Anara.

Sudah lama Alvano tahu tentang perasaan Anara. Sejak mereka menginjak bangku SMP. Waktu itu gara-gara Anara menulis suatu kalimat di selembar kertas: you rule my heart, Daver Negarald.

Harusnya Anara berterima kasih pada Alvano pada masa itu. Kalau Alvano tidak mengambil kertas itu, pasti Daver akan membacanya.

Sayangnya Anara saja tidak tahu bahwa kertas itu hampir dibaca oleh Daver. Sudah dibaca oleh Alvano juga ia tidak tahu. Anara memang ceroboh. Tidak membuang kertas itu di saat dia iseng menulisnya.

"Kenapa muka lo kayak gitu, Van? Lo pasti nganggep aneh, ya? Cewek kayak gue sok banget naruh perasaan ke Daver." Anara menggaruk tengkuk kepalanya. Ia menyengir polos.

"Gak gitu, Ra. Lo kenapa suka banget nyimpulin sesuatu sendiri, sih?" Anara malah memperlebar cengirannya. "Pokoknya, kalo Daver nyakitin lo, bilang gue aja, Ra," lanjut Alvano.

Anara rasa Daver sudah terlalu sering menyakiti hatinya. Setiap kali Anara lihat Daver menatap Fara diam-diam saja itu sudah menyakiti hati Anara.

Tapi tidak mungkin bila Anara melapor pada Alvano. Jika ia lakukan, Alvaro akan mendapatkan laporan berkali-kali setiap harinya.

"Ra," panggil Alvano. Menyadarkan Anara dari lamunannya.

"Eh, ya?"

"Denger gak gue bilang apa tadi?"

"Iya, Van. Makasih, ya. Lo baik banget sama gue," ucap Anara dengan lembut. Ia tidak hentinya untuk terus tersenyum. Senyuman yang membuat Alvano semakin ingin menjaga gadis ini.

Alvano terpaku. Ia cepat-cepat membuang tatapannya dari bibir Anara. "Oh, iya. Gue lanjut latihan dulu, Ra."

Anara bertanya, "Ada pertandingan?"

Alvano membalas dengan anggukan. "Iya."

Alvano menyelak saat Anara hendak bertanya. "Daver gak latihan, dia udah latihan kemarin. Giliran gue."

Anara terkekeh. "Okay, semangat latihannya, Alvano!"

Alvano berjalan ke tengah lapangan. Ia menampilkan senyum yang tak dapat Anara lihat. Mungkin karena terlalu suka sama Anara, makanya Alvano senang dengan hal sekecil apa pun yang Anara lakukan padanya.

Senyum terus, ya, Ra, batin Alvano.

Dalam hatinya, Alvano selalu berandai bila Anara bisa tersenyum seperti itu karenanya. Sayangnya, senyum cantik itu hadir karena Daver dan bukan karenanya.

Bab terkait

  • 8 Tahun Mencintainya   Maaf

    "Hati gue ada di tangan lo. Dijaga atau dihancurkan itu terserah lo. Asal jangan lupa bilang-bilang. Satu hal, kalo gue nangis, jangan heran."-Anara Emiley***"Punya pacar tukang ngekang,""EAAAA!""Sekali selingkuh, tamparan melayang!""EAAAA!""Anara cantik punya-nya akang." Daver, Ander, dan Rino diam menunggu isi pantun selanjutnya dari Evan."Neng harus tau, kalo akang selalu sayang!" seru Evan melanjuti. Ia bertepuk tangan sendiri karena bangga dengan pantun yang dibuatnya. Teman-temannya langsung menyambut dengan tawa yang berbahak-bahak.Sedangkan Anara, tubuhnya merinding geli mendengar pantun menjijikan dari Evan."Sebenernya garing pantunnya," sahut Ander. Evan memicingkan mata karena kesal.Ander mengaitkan tangannya di pilar bertujuan untuk menghalangi jalan Anara. "Mau ke mana, Ra?"Anara mendengus sebal. "Bisa gak gak usah halangin? Gue mau ambil buku.""Apa? Halalin?"Rino menarik telinga Evan. "Maaf, ya, Ra. Harusnya Evan masuk SLB. Tapi dia malah masuk ke sekolah i

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • 8 Tahun Mencintainya   Aneh

    "Ini semua emang salah gue yang terlalu banyak berharap."-Anara Emiley.***"Mau mampir dulu gak?" Anara turun dari jok motor. Menyerahkan helm yang tadinya ia pakai ke tangan Daver.Sebenarnya Anara hanya basa-basi. Karena ia yakin, Daver akan menolak dan langsung pulang."Boleh."Anara membulatkan matanya. Satu hal: Anara takut Jeff dan Lena sedang bertengkar di dalam. Anara tidak mau Daver mengetahui kondisi keluarganya.Malu? Iya, Anara malu. Ia tidak mau berpura-pura senang dan tegar dengan kondisi keluarganya sekarang."Ra, malah bengong, dih." Anara sampai tidak sadar bahwa Daver sudah turun dari motor ninjanya.Anara menghilangkan benak keraguannya."Eh, iya, ayo."Anara berjalan duluan. Diikuti dengan Daver di belakangnya. Baru saja mereka menginjak pekarangan, suara vas pecah mengejutkan pendengaran keduanya.Daver sangat terkejut. Bunyi itu sangat dekat. Seperti berasal dari dalam rumah Anara."Ra, kenapa, tuh?" tanya Daver. Sekarang, Anara tidak tahu mau berbuat apa. Sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • 8 Tahun Mencintainya   Berantem

    "Hebatnya, dia bisa buat gue benci dan jatuh cinta di saat yang bersamaan."-Anara Emiley***Anara melamun dari tadi karena Daver terlalu lama membuatnya menunggu. Ia memainkan dedaunan yang jatuh dari pohon. Merobeknya hingga kepingan terkecil.Anara memandang jam tangannya berulang kali. Sudah sepuluh menit ia menunggu. Mungkin terdengar sebentar, tetapi itu lama bagi Anara."Ra!"Anara menoleh. Akhirnya yang ditunggu datang juga."Lama banget." Anara bete. Wajahnya sudah kusut dari tadi."Tadi ada tambahan kelas. Sorry, ya." Daver merapikan rambutnya yang berkeringat.Anara bertanya langsung, "Kenapa?"Daver menatap Anara sebentar. Lalu terdiam. Anara yang menyadari itu jadi salah tingkah. Anara memang sensitif jika ditatap oleh Daver."Soal yang kemarin.."Oh, Anara benci dengan pembahasan itu.Daver melanjutkan ucapannya setelah memberi jeda. "Ya, gue cuma mau bilang aja. Jangan sedih. Walaupun muka lo selalu seneng di sekolah, jutek juga, sih. Tapi lo keliatan bahagia di sekola

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • 8 Tahun Mencintainya   Berbohong

    "Cuma perhatian, emangnya gak boleh?"-Daver Negarald***Ander meletakkan Alvano di kasur secara bodo amat. Tidak ada halusnya sama sekali. Hal itu membuat Alvano meringis kesakitan."Pelan-pelan bego," titah Alvano di tengah rintihannya.Ander memandang Alvano tidak peduli. Ia mundur selangkah, lalu duduk di meja. Berhadapan dengan Alvano. "Lo obatin diri lo sendiri. Masih untung gue bawa ke sini. Kalo nggak, lo udah habis sama Daver."Alvano bergumam mengiyakan Ander."Kenapa, sih? Gue gak ngerti apa-apa. Cuma yang tadi gue liat, Daver emosi banget

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • 8 Tahun Mencintainya   Berlebihan

    "Kalo emang gak suka, seenggaknya jangan bikin gue berharap."-Anara Emiley***Daver benci ketika menjadi bahan suruhan guru. Seperti sekarang, langkah gontainya membawa dirinya ke ruang olahraga.Walaupun menggemari pelajaran ini, tetap saja, Daver malas jika disuruh mengambil sesuatu yang menjadi kebutuhan belajar teman-temannya.Daver membuka pintu ruang olahraga di hadapannya. Sialnya, ia bertepatan dengan Alvano yang sedang meletakkan bola futsal.Sungguh merupakan suasana yang canggung bagi keduanya. Meskipun mereka laki-laki yang harusnya memiliki sikap tidak peduli, tapi tidak bisa dipungkiri kalau keadaan ini memangawkward."Eh, ada atlet," ucap Alvano dengan nada sindiran. Ia tertawa singkat.Daver menoleh padanya dengan tatapan aneh. Daver tidak senang. "Apa maksud lo?""Atletkick boxingkita," ucap Alvano lagi. Ia menggerakka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • 8 Tahun Mencintainya   Menyesal

    "Dan orang yang menyukai seorang Daver Negarald gak cuma dari fisik, patut gue pertahanin. Apalagi kalau itu lo."-Daver Negarald***Daver dan Rino memandang intens orang-orang yang berada di belakang Alvano. Keduanya jarang atau bahkan tidak pernah bertemu dengan mereka."Oh, sekarang dateng bawa temen," cibir Rino meledek seraya melihat satu per satu orang-orang yang ada tiga jumlahnya. Ia memutar bola matanya malas."Lo kira gue gak ada temen?" sergah Alvano.Rino mengacungkan jari tengahnya. "Ngomong ama jari gue." Evan terkekeh diam-diam mendengar ucapan Rino.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • 8 Tahun Mencintainya   Ketahuan

    "Kalo emang bukan jodoh, kenapa semesta deketin kita terus ya?"-Anara Emiley***Anara melangkahkan kakinya menuju ruang guru. Tadi, saat ia sedang dalam jam pelajaran Matematika, gurunya menyuruh dia untuk menemui Pak Santoso, guru olahraga.Anara termasuk murid favorit Pak Santoso karena ia memiliki kecerdasan yang tinggi di bidang PJOK, khususnya secara teori.Tidak, Anara tidak pandai berolahraga. Hanya saja Anara sangat mengerti tentang teori PJOK. Misalkan dari peraturan permainan, hal yang dilarang/pelanggaran, dan lain-lain.Anara membuka pintu ruang guru dengan lambat. "Permisi, Pak."

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-29
  • 8 Tahun Mencintainya   Kebocoran

    "Stop being this cute, Anara."-Daver Negarald***"Gue lagi males, Van.""Ayo, lah. Gak setia kawan, lo.""Hadeh, Jupardi."Mata Evan bersinar saat melihat Daver akhirnya mau membuka aplikasi PUBG setelah dipaksa berkali-kali. "Yey, baik banget, Gantara."Seperti itu persahabatan mereka. Nama orangtua selalu menjadi nama panggilan."Ah, lupa, kuota gue sekarat." Evan melempar ponselnya ke meja. Ia mengacak rambutnya dongkol."Lo yang ngajak, bodoh. Pake wifi sekolah," aju Daver memberi ide."Lemot tau!"Daver malas mengurusnya. Ia memilih untuk keluar dari aplikasi PUBG. "Gak usah, lah, udah."Evan berdecak kecewa. "Padahal lagi pengen gua."Daver menoyor kepala Evan. Ia tertawa melihat wajah sahabatnya yang kecewa hanya karena tidak bisa mabar dengannya. "Makanya modal dikit.""Gue lupa kuota gue tinggal seratus mb. Daripada gue paksain terus ngadet, kan." Evan membela diri. Selalu."Eh, iya, heh!" Daver berseru langsung. Ia memukul lengan Evan membuat cowok itu kebingungan.Daver t

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30

Bab terbaru

  • 8 Tahun Mencintainya   Epilog

    ...Saat Daver mengatakan itu, suasana semakin haru. Ada yang menyembunyikan air mata, ada yang berusaha untuk tetap senyum, ada yang cemberut karena sedih."Oh iya, gue titip Anara ke kalian ya. Dia suka mendem sendiri kalo ada apa-apa. Jadi tolong didengerin kalo dia emang butuh temen cerita, peluk dia kalo lagi sedih, bikin dia ketawa. Pokoknya tanyain terus dia kenapa," pinta Daver pelan.Zhenix mengangguki perkataan Daver. Evan dan Rino, mereka mengacungkan jempol.Daver mundur beberapa langkah, kembali lekat dengantrolley-nya. Setelah melambaikan tangan, ia mulai membawa pergi benda yang menampung segala kebutuhannya itu.Sesekali Daver menengok ke belakang. Barangkali ia melihat seseorang berlari menghampi

  • 8 Tahun Mencintainya   Real End!

    ..."Aku salah banget ya?" tanya Daver kemudian menatap Giselle.Giselle tersenyum lembut, lalu mengacak rambut Daver selayaknya anak kecil. Ia tertawa sekejap."Kok malah diketawain sih," gerutu Daver. "Ini udah tinggal 40 menit lagi, Kak. Zhenix udah pada bilangotw, tapi mereka bilang Anara gak mau ikut.""Siapa tau Anara tiba-tiba dateng?""Dia aja gak angkat telepon atau bacachataku sama sekali. Nih, liat. Aku udah ada ratusan kali nelepon dia. Gak ada satupun yang diangkat."Giselle menatap Daver sebentar, lalu ia mengatakan sesuatu yang sedikit melegakan hati Daver. "Gini, Dav. Anggap aja untuk sekarang, Anara lagi marah sebentar. Sebe

  • 8 Tahun Mencintainya   Real End?

    "We start this story by together. It must be the same way when we end this."—Daver Negarald—***"Daver, bangun! Bisa-bisanya kamu gak pasang alarm. Ayo siap-siap!" oceh Natasya, membuka gorden kamar Daver. Wanita itu sengaja menginap di apartemen Daver, sekalian membantu anaknya membereskan barang-barang.Daver memicingkan mata begitu sinar mentari menerobos kaca kamarnya. Ia terkejut dengan dirinya sendiri sampai langsung mengubah posisi menjadi duduk.Jadi tadi gue cuma mimpi?!"Kenapa?" Natasya bingung melihat gerak-gerik Daver

  • 8 Tahun Mencintainya   End to Begin

    ***17.38 WIB.Shit!Rasanya Daver mau mengumpat berkali-kali. Kenapa Anara tidak kunjung membalas pesannya? Membaca pun tidak!Apakah Daver harus pergi dengan perasaan ganjalnya ini? Juga dengan ketidakjelasan hubungannya dengan Anara?"Kamu nungguin apa sih? Dari tadi bolak-balik liat hp terus." Giselle ternyata memperhatikan kegelisahan Daver."Calm down." Gantara menepuk bahu Daver dengan gagah, lalu tersenyum. Aura keayahan laki-laki paruh baya itu sangat kental. "Calon penerus Negarald Group harusstay cool, oke?"Daver tersenyum berat, lalu menganggukkan kepalanya.

  • 8 Tahun Mencintainya   Sembunyi Sedu

    ***"Ra? Kok manyun sih? Seneng dong harusnya karena tau Mama demen sama kamu."Daver dan Anara baru saja sampai di danau yang pernah mereka kunjungi waktu lalu. Memang gelap jadinya karena ini sudah malam. Akan tetapi, ada banyak lampu yang menyala dan beberapa pedagang yang masih menggelar lapak.Anara tidak menanggapi. Pikirannya sedang tidak fokus. Ia juga tadi lagi sibuk mengetik sesuatu di ponselnya."Are you okay?""Ya?" sahut Anara asal."Kamu gak apa-apa?" ulang Daver sabar. Ia menatap Anara. "Dari kemarin, kamu agak beda. Aku mau nunggu kamu cerita sebelum aku duluan yang tanya. Eh, kamu gak cerita-cerita." Ia terkekeh bercanda.

  • 8 Tahun Mencintainya   Pulih

    "So, it does end like this, doesn't it?"-Davenara***Sesuatu yang sangatrareakan terjadi malam ini di rumah Giselle. Bayangkan saja, Gantara dan Natasya mau menghadiri makan malam bersama. Padahal sejak bertahun-tahun lalu diajak, mereka tidak pernah mau.Mungkin bisa jadi karena hari ini adalah hari ulang tahun Grace, anak Giselle. Jadi Gantara dan Natasya selaku opa-oma anak empat tahun itu mau turut serta.Tentu di kesempatan berharga ini Daver mengajak Anara. Bahkan cowok itu membelikan Anaradressformal supaya mereka semua bisa berseragam."Happy birthday to Grac

  • 8 Tahun Mencintainya   Pikiran Negatif

    ***Anara selesai dengan aktivitas bersih-bersihnya. Dari yang bau keringat karena habisworkout,kini gadis itu sudah kembali wangi semerbak.Anara menyisir rambut, setelah itu mengambil vitamin rambutnya. Namun, ketika mengambil benda tersebut, ia melihat ada ransel Daver."Dav, kok tas kamu nyasar di sini?" teriak Anara dari dalam kamar."Iya, Ra! Tadi aku minjem kamar mandi kalian buat mandi, terus sekalian aku pindahin tasnya biar gampang cari baju, parfum, dll," jawab Daver dengan suara yang besar.Anara mengangguk paham. Lalu, ia memakai vitamin rambutnya dan kembali menyisir."Itu apaan dah?" gumam Anara kecil, salah fokus ke amplop berisi surat yang

  • 8 Tahun Mencintainya   Rino Merana

    "We called it family."-ZHENIX***Sudah pukul 3 subuh, tapi Rino belum bisa tidur. Padahal yang lain udah tepar dari jam 12 malam. Karena lapar, ia pun akhirnya keluar kamar untuk mencari cemilan.Ceklek!Rino menyalakan lampu. Ia berjalan ke dapur. Agak sedikit heran karena ada suara air mendidih."Oy!" panggil Letta, ternyata lagi masak mie instan. "Ngapain lo?""Kaget, kirain siapa." Rino mengelus dada, lalu tertawa. "Bikin apaan, Ta?""Mie. Mau?"

  • 8 Tahun Mencintainya   To Lombok

    ***"Na, jadian yuk!""HA?" Elena kaget dengan ucapan Evan yang tiba-tiba. Ia mengambil es kelapa dan memberikannya. "Mabok lo!""Ih, serius, Na. Emangnya lo gak mau punya cowok cakep plus humoris kayak gue?" Evan mengedikkan alisnya sambil mengelus-elus dagu.Elena tertawa melihat kepedean yang Evan tampilkan. "Udah-udah, gak usah ngaco deh, ayo balik. Yang lain juga pada mau minum es-nya.""Lo mah gitu, Na. Digantung mulu gue." Evan ngambek."Emang lo mau nerima kekurangan gue?" tanya Elena, sebenarnya hanya bergurau.Namun, Evan menanggapinya dengan serius. "Lo pikir gue sesempurna itu untuk gak milih lo dengan alesan yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status