Adityawarman dan Aminah memang tak menyangka kalau anaknya bisa sangat gampang tergoda oleh wanita cantik apalagi hingga menodainya dalam satu kali kesempatan. Dalam kebisuan mereka Azyu terkejut tiba-tiba. Pasalnya dia membaca pesan dari handphone-nya. "Nizam! Kamu kurang ajar sekali!" gerutunya dan memberikan secara kasar handphone pada ayahnya. Adityawarman terperanjat, "Apa Nizam tahu kalau Munandar itu mertuamu? Apa dia sedang bermain-main dengan kita?"ucapnya tak percaya pada kenyataan kalau anaknya sangat kurang ajar sekali. Terlebih lagi Munandar memberitahukan kalau perlakuan Nizam pada Angel sangat tidak manusiawi. "Tidak, Yah. Nizam belum pernah bertemu dengan mertuaku. Dia kan semenjak SMA sudah di Jakarta. Waktu pernikahanku pun dia tak datang!" Azyu meyakinkan. "Tapi kenapa dia sangat kurang ajar?" Aminah gemas mendengar kabar kalau anaknya mencampakan wanita yang sudah dirancang menjadi jodohnya itu. "Kamu suruh Angel untuk mengirimkan foto-fotonya pada Zeira. Aku ya
"Abang yakin hubungan kita ini akan berhasil?" Zeira menyangsikan. Dia sudah merasakan dengan nyata bagaimana keluarga Nizam memperlakukannya. Nizam menjawab santai, "Mereka akan menyetujui setelah melihat kita bahagia dan memiliki anak." Zeira tidak menjawab apa-apa selain berharap apa yang diucapkan Nizam akan menjadi kenyataan. Hari kedua Zeira di Bukittinggi. Dia tidak merasakan sakit hati atau pun tertekan akan perlakuan kedua orang tua Nizam. Bahkan Nizam menghiburnya dengan membawanya berkeliling kota kelahirannya serta mengajak teman masa kuliah Zeira dan teman masa kecilnya. Jiwa muda mereka sama sekali tidak memikirkan ambisi orang tua maupun kemarahannya. Setelah cape bersenang-senang liburan secara berkelompok, Nizam kembali membawa Zeira ke rumah keluarganya. Begitu sampai teras dia sudah menampaki ibu serta ayah menyambutnya dengan wajah tak bersahabat. "Kalian tidak boleh bersatu! Kalau memaksa kalian tidak bertahan lama!" ucap kasar Aminah. "Ah, ibu ini pasti tela
"Allah itu tidak ada, Mbak! Dia bisanya hanya memberi kutukan dan hukuman!" ucapan mengumpat Zeira menandakan dirinya sedang tidak stabil. "Istighfar, Mbak!" "Istighfar!" Yulita berbisik pelan pada Zeira yang masih meracau memaki diri dan penciptanya. Kini, badan wanita bertubuh molek ini terkulai lemas dan tak sadarkan diri. Yulita dibantu oleh temannya mencoba menidurkan Zeira di atas tempat tidur. Tak lama kemudian telepon genggam Zeira kembali berdering. Yulita segera mengangkatnya dan yang menelpon adalah Tommy. "Mbak Zeira?" Sahutan dari ujung sana terdengar jelas di kuping Yulita. "Saya resepsionis di tempat Mbak Zeira menginap. Mbak Zeira sedang tidak baik-baik saja!" beritahunya tanpa basa basi. "Zeira kenapa?" sahutan khawatir Tommy terdengar oleh Yulita. "Mas ke penginapan syariah saja! Saya share alamatnya!" jawab Yulita yang sudah diduga kalau Tommy adalah kawan Zeira. Tommy yang sudah khawatir pun akhirnya memutar haluan dari terminal bus ke bandara. 'Semoga ada tike
Imelda berbicara sangat menetramkan. Dia memahami apa yang sedang Zeira alami sekarang. Memahami standard kehidupan Zeira tidak sama pada umumnya. Jauh dari orang-orang yang mendukungnya, terbiasa mengatasi permasalahan sendiri kendati itu tidaklah tepat untuknya akan tetapi selama meringankan masalah maka dilakukannya. Pertemuan dengan sosok Nizam yang telah membuat Zeira nyaman dan merasa ada sandaran hingga terjadi pernikahan, itu membuat dirinya menaruh harapan sepenuhnya padanya. Alhasil Zeira rapuh berkeping-keping setelah tahu lelaki yang ditaruh harapannya menyelingkuhinya. Imelda menarik napas sangat panjang. Kemudian dia beranjak berdiri dan berjalan ke arah Zeira. Tangannya yang sudah terlihat otot-ototnya pada punggungnya meraih jemari Zeira. Dielusnya penuh kasih sayang. Tak ada ucapan yang terlontar dari mulutnya. Imelda memang bukan seorang advicer melainkan listener dan memberikan resep tertentu jika dibutuhkan. Tiba-tiba saja Zeira menjatuhkan pelan kepalanya pada p
Zeira menutup teleponnya lalu menyimpannya kembali di atas nakas tempat tidurnya. Diberikannya asi pada Zidan sembari tangannya mengelus kening mungil yang ada di pelukannya itu. "Langkah kita sangat panjang, Nak. Itu hanya ada Ibu dan kamu." Desisan pelan di kuping Zidan yang matanya sudah terpejam. Tak selang beberapa menit Zeira pun turut memejamkan matanya. *** Tommy duduk di depan teras agensi yang dulu pernah Nizam singgahi. Pandangannya pada foto Zeira dan Nizam yang masih ada di dalam profil aplikasi chatting milik Zeira. Tiba-tiba di belakang sudah ada Rizal berdiri sembari pandangannya mengarah pada layar telepon genggam Tommy. "Jangan terlalu terobsesi pada perasaan pertama kali. Sangat hebat rasanya dibanding dengan cinta monyet waktu SMA!" ucapan Rizal mengagetkan Tommy dan cepat sekali ditutupnya teleponnya. "Aku hanya kasihan padanya. Wanita muda dan masih labil sudah terbebani dengan tanggung jawab anak. Terlebih lagi mertua pun tak mendukungnya. Nizam malah menyelin
Karena warna koko itu adalah warna yang dipakai suaminya waktu izab qobul dua tahun silam. Pikirannya pada janji sehidup semati akan bersama dan saling mendukung satu sama lain. Sayangnya pernikahan yang baru seumur jagung ini sekarang telah pupus. "Zeira!" Jubaedah memanggil namanya agak keras. Itu membuat Zeira menoleh dengan cepat ke padanya. "Iya, Bu. Abang...." "Kalau belum merasa baik-baik saja. Jangan memaksa. Di sini saja dulu." Zulkarnain kembali berbicara akan tetapi segera membalikan badannya karena harus pergi ke mesjid untuk shalat berjamaah. Jubaedah duduk di pinggir tempat tidur, matanya masih memperhatikan ke arah mata Zeira. "Doakan suamimu, agar kembali pada jalan yang benar!" nasehat bijak Jubaedah teralihkan oleh suara teriakan Yulita di kamar depan. Cepat sekali Zeira dan Jubaedah menghampiri. "Ibu, bapak, Bu. Dia tidak bernapas!" ucap Yulita begitu Zeira dan Jubaedah menemukannya sedang mengoyang-goyangkan tubuh bapaknya. "Mungkin bapakmu tertidur!" pungkas J
Nizam seketika berkeringat dingin. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Angel itu adalah keponakan dari lelaki pemilik agensi di mana dirinya diproses. Perasaan kalut membuatnya terdiam di depan tercecarnya spare part yang sedang diteliti olehnya. 'Sial!' ucapnya dalam senyap. "Halo, Nizam! Kamu baik-baik saja 'kan?" Munandar masih mengeluarkan suaranya di ujung telepon. Napas Nizam ditarik kasar, otaknya berpikir keras untuk mengelak dan melepas tanggung jawab pada apa yang telah dilakukan ke Angel. "Aku tak akan menduakan istriku! Kenapa juga Angel seolah sengaja membuatku terangsang!" desisnya dan tak sadar kalau dirinya sedang berbicara di telepon. "Kalau kamu tidak mau menduakan istrimu! Ceraikanlah!" Munandar menjawab desisan Nizam kendati pelan itu terdengar oleh Munandar sangat jelas. "Jangan mimpi! Aku ke sini untuk dia dan anakku!" Nizam bertutur dan langsung menutup teleponnya. Serta langkahnya bergegas ke ruangan Aldert. Tanpa mengetuk pintu Nizam langsung masuk begitu
"Oh, yeah. Love you too!" jawaban Nizam sedang bermain api. Dan inilah yang akan dipermainkannya sekarang. Karena saat bersamaan Azyumardi mengirimkan pesan membuat Nizam bersandiwara. 'Keluargaku ternyata serius tidak menyukai istriku! Padahal mereka telah mempunyai cucu darinya!' Nizam meringis pilu dan dibuatnya wajib memperlakukan Angel dengan baik. Kenapa demikian? Serta setega itukah keluarga besar Nizam berperlakuan? *** -Sukabumi- Arman berdiri di depan rumahnya yang sedang berpikir keras agar keluarga kecilnya tidak ditopang oleh mertuanya. Dia pun sudah bertekad untuk merantau ke Bandung. Tiba-tiba saja terdengar suara nyaring di dalam kamar anak laki-lakinya. "Ayah...Ibu...." Teriakan itu membuat Arman bergegas mehnghampiri. "Ujang! Ada apa?" "Ini uang apa, Pak?" tanya Ujang sembari mengurai-urai perlembar uang dolar yang ada di dalam kotak kayu. Neni langsung memeriksa satu persatu uang tersebut, "Ini uang dollar! Dari mana Zeira dapat uang sebanyak itu? Bagaimana ko
"Kenapa harus pakai SAYANG?" Zeira menyeringai begitu saja tanpa mempedulikan perasaan Zehab. "Ya sudah, kemanapun itu, jika Kamu suka dan Aku bersamamu, Aku pun pasti suka!" Tambah Zeira santai dengan punggungnya disandarkan pada sandaran jok mobil. "I love you, Zeira. Kamu perlu tahu itu!" Ujar Zehab disertai tangan men-starter mobil, dengan kecepatan sedang mobil pun melaju menuju ke tempat Zehab rencanakan untuk memberikan kejutan pada Zeira. Tempat itu adalah sebuah fantasi pikiran Zeira yang sering dikatakan olehnya ketika mereka sedang bersama. Zehab yang sudah jatuh cinta pada Zeira mencari tempat yang sesuai dengan fantasinya itu. Kalau laki-laki telah bertekad membahagiakan wanita yang dicintainya pasti akan berusaha untuk bisa mewujudkan impiannya. Dan, Zehab adalah lelaki selalu bekerja keras untuk itu. Perjalanan yang ditempuh memang lumayan cukup lama, oleh karena itu rengekan manja Zeira yang bertanya lagi dan lagi, "Kapan sampai?" Membuat Zehab gemas dibuatnya. Di
Kendati Rudi telah memahami ada dalang di belakang penembakan beberapa tahun silam. Akhirnya, kasus yang belum terungkap ini pun akan segera diketahui olehnya. "Ini orangnya! Dia dalang semuanya. Dia ingin Zeira meninggalkan dunia selama - lamanya, itu dilakukan demi keponakannya." Penuturan disertai memberikan beberapa bukti yang masih tersimpan rapi di dalam telepon genggamnya. "Munandar sekarang pindah ke Belanda, artinya kalian harus berhubungan dengan kepolisian di sana untuk menangkapnya!" Azyumardi turut berbicara dengan mata melirik ke arah ibunya. Aminah paham dengan lirikan itu, kalau dirinya memang sangat tidak percaya kalau besannya bisa berbuat sejahat itu. Rudi pun langsung memberikan laporan pada atasannya agar kasus penembakan pada Zeira, kendati yang kena adalah Afifah, ibu mertuanya. Suasana seketika menjadi riuh ketika Pemuda yang menjaga gerbang datang dengan tergesa-gesa. "Nyonya, Tuan, di luar ada Tuan besar bersama pengawalnya." Azyumardi langsung mendeka
Pembicaraan pun langsung dihentikan diiringi oleh dimatikan handphone secara spontan.Kemudian, Neni menatap wajah Ujang sangat tajam seakan merasakan bagaimana perasaan Nizam sebagai seorang ayah yang ingin bersama anak-anaknya. 'Masa iya aku harus ke Padang?' ucap Neni dalam hati.Melihat adiknya melamun, Rudi menepuk lembut pipinya. "Kenapa lagi?" tanyanya. Neni menoleh, lalu menarik napasnya sangat panjang kemudian dikeluarkan. "Aa temani Neni ke Padang untuk mengambil Queena besok pagi!" Pintanya tanpa berbasa-basi lagi. "Ayo, kita ajak Zidan sekalian." Lirih Rudi sembari meraih lengan Zidan yang sedang bermain-main di depannya. "Mau ketemu nenek sama kakek, nggak?" tanya Rudi dengan mata menatap wajah polos Zidan."Nggak!" ketus sekali Zidan menjawab, dan langsung disela oleh Neni, "Zidan, sayang...tidak boleh begitu." Zidan menjawab kembali, "Nenek, juga kakek 'kan maunya Zidan berpisah sama mama dulu. Terus hingga Zidan tinggal di hutan...." Rupanya peristiwa dulu masih tersim
Pertanyaan Zehab membuat Zeira mengerlingkan sudut matanya. "Hidup ini tak harus terlalu banyak pertimbangan...." "Lepaskan dan lupakan masa lalu yang menurut kita tidak harus ada!!" "Kita nikmati saat ini?" Tangan Zehab diulurkan tepat di depan Zeira, sesaat setelah dirinya berbicara. Zeira yang sedang menikmati hangatnya kopi jahe pun menatap lekat kedua bola mata indah dan mendamaikan di hadapannya. Cangkir kopi ditaruhnya pelan sedangkan pandangannya tetap terpaut pada wajah Zehab. "Aku ingin mencoba...." Jawaban datar namun penuh kepastian. Perlahan Zeira meraih uluran tangan Zehab dan langsung disambut olehnya mesra. Mereka berhadap-hadapan. "Buatlah dirimu senyaman mungkin, dan biarkan dirimu bebas. Aku milikmu...." Bisikan Zehab di kuping Zeira dengan tangan membuka perlahan hijab yang membalut kepalanya. "Kamu sangat cantik...." ucap Zehab begitu penutup kepala itu terlepas. Zeira tersenyum tipis dan lekat sekali menikmati wajah tampan Zehad. Seiring dengan itu hati kecil
Tiba-tiba saja para awak media mendatangi ke arah mobil dimana mereka bertiga berada. Seketika suasana sangat ramai dan membuat Azyumardi mengisyaratkan Dahlan untuk pergi. Melihat reaksi istrinya seperti itu kemarahan Syahrizal mencuat, dia sakit hati dan merasa kalau dirinya terdzolimi karena perselingkuhan tersebut.Di dalam keriuhan para awak media yang selalu aktif mencari-cari informasi orang-orang ternama dan menurutnya patut diupdate kehidupannya."Aku ceraikan!""Aku ceraikan!!""Aku ceraikan!!!"Suara menggema Syahrizal menghentikan aktivitas para awak media hingga mereka semua bergeming dan cekatan sekali merekamnya.Suara lantang Syahrizal pun kembali terdengar dengan menyebutkan kembali kata-kata yang sama diakhiri menyebutkan nama lengkap istrinya, Azyumardi binti Adityawarman. Sontak saja itu membuat Azyumardi termangu tanpa reaksi. Dia sadar pada tindakannya, dan, baru sekarang. Tubuhnya lemas tak berdaya seolah kekuatannya dicabut seketika karena apa yang ditakutkanny
Melihat reaksi lelaki di atasnya seperti tidak berkutik Azyumardi langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah lantai dengan cepat namun pelan. Sekarang posisinya berganti hingga membuat Dahlan tersadar dari bergemingnya. Matanya berkedip lambat. Kemudian, menatap tegas ke wajah cantik Azyu. Bibirnya hendak berbicara akan tetapi handphone milik Syahrizal yang ditaruh di atas bufet berdering nyaring. Sontak saja membuat kedua manusia tengah melakukan senggama tersebut bergegas berdiri dan membetulkan pakaiannya masing-masing. TREK! Pintu ruangan ada yang membuka. "Ehem!" Deheman kepura-puraan dari Syahrizal sambil langsung masuk dan berbicara, "Sayang, Abang lupa handphone Abang...." Itu langsung dijawab Azyumardi agak salah tingkah, "Oh, ya ...tadi berdering!" Serta dengan gesit berjalan ke arah bufet dan tangan kirinya meraih handphone milik suaminya sementara tangan kanannya membetulkan rambutnya yang acak-acakan. "Terima kasih, Sayang...." ucap Syahrizal dengan lembutnya mengambil hand
"Iya...sudah setahun...." Jawab Nizam.Azyumardi semakin menyudutkan dirinya sebagai wanita yang penuh dosa. Benar adanya setelah menjauhkan dirinya dengan Dahlan, Azyu sangat berbeda dari biasanya. Dia sering marah-marah tak jelas pada Syahrizal dan suka menghindar jika diajak berhubungan intim. Bahkan sering tidur di rumah orang tuanya. Sangat diterima oleh dirinya kalau kehidupannya tidaklah sedang baik-baik saja kendati belum ada yang mengetahui jika dirinya tengah menyembunyikan dosa besar."Teta?" Nizam agak meninggikan suaranya karena dirinya tak mendengar suara Azyumardi. "Iya Nizam, Zeira memang pantas bahagia. Dia wanita baik-baik dan terhormat. Kamu kembalilah padanya, Bundo dan Ayah pun setuju." Penuturan Azyumardi yang sendu juga pelan membuat Nizam berdecih kasar. Lalu dia pun mengakhiri pembicaraannya begitu saja.Nizam bukan hanya ingin membawa Queena ke Belanda, dia pun akan mengajak Zidan. Kendati harus mengambil hati putranya itu terlebih dahulu. *** Dahlan sama se
Rontaan kecil itu tak dihiraukan oleh Dahlan. Dia pun mengerti kalau itu hanya reaksi tak serius, karena diketahui jika benar-benar berontak Azyumardi akan berlari ke arah pintu apartemen atau teriak. "Kita nikmati saja malam ini, Aku yakin Kamu akan ketagihan." Bisikan pelan dari Dahlan itu seolah perwakilan isi hati dan keinginannya Azyumardi. Ya, persetan dengan statusnya sebagai istri orang penting di Indonesia. Jikalah tak terpenuhi hasrat tempat tidurnya. Malam ini, Azyumardi merelakan mahkotanya disentuh oleh Dahlan. Bukan hanya itu, dia pun menikmatinya dan memintanya berkali-kali tanpa ada rontaan ataupun berkeinginan untuk minta tolong apalagi kabur. "Kamu kesepian? Kamu tak mendapatkan ini semua dari suamimu?" Dahlan mempreteli kehidupan ranjang Azyumardi sembari mengelus rambut panjangnya. Azyumardi hanya menggelengkan kepalanya, lalu tertidur di atas dada Dahlan. Malam pun telah berganti pagi. Karenanya, Dahlan pun bergegas bangun dan menyiapkan sarapan yang sebelumnya
Tidak begitu lama suara Azyumardi pun terdengar jelas di ujung sana. "Queena di sini... dan Teta pun sudah melahirkan seorang putra." -Setahun Yang Lalu- Aminah dan Adityawarman langsung datang ke Sukabumi begitu dikabarkan oleh Azyumardi bahwa Queena ada di sana. Juga, bermaksud akan mengajak Zeira juga Zidan untuk tinggal bersama mereka di Padang. Mereka telah membuka diri serta menerima Zeira. Sayangnya, setelah sampai di Sukabumi Zeira sudah tidak ada dan Zidan tidak ingin ikut dengan mereka seolah anak kecil ini telah merekam semua kejadian masa lampau. "Zidan tidak mau bersama Nenek dan Kakek!" Teriakannya itu membuat Adityawarman terdiam sejenak hingga dan mengingat bagaimana dirinya mengorbankan Zidan ccucunya demi harta. Air mata bapak tua ini mengalir tak terbendung lagi karena menyesal kesempatannya dulu sempat bersama Zidan disia-siakan begitu saja. Sementara Azyumardi tengah merangkai sebuah drama agar rahasianya tidak terbongkar. -Flashback on- Malam yang sepi di an