Mereka tertunduk lesu mengingat janji manis Unang. Selama tiga bulan belakangan terakhir ini mereka belum mendapatkan bayaran. Mereka takut berkata jujur di hadapan Unang. Unang pun menatap mereka tajam seperti pisau yang akan menghujam ke jantung masing-masing. Davey menoleh sambil menatap Unang kembali. Davey tidak habis pikir dengan Unang. Bukankah uang yang diberikan oleh Wiryo itu untuk membayar semua anak buahnya sudah bekerja keras? "Katakan dengan jujur. Atau kalian akan mati di tangan kedua calon istriku," desak Davey. Salah satu dari mereka akhirnya maju. Ia adalah pria yang bernasib sial. Yang lebih parahnya lagi ia belum mendapatkan bayaran sama sekali selama menjadi anak buah Unang. "Kami memang belum dibayar sama sekali Tuan Davey," ucap pria itu. "Ricky! Apa yang kamu katakan! Apakah kamu mau menusukku dari belakang?" tanya Unang yang meledakkan emosinya. Luna tertawa mendengar Unang marah. Baginya Davey sudah menang menghadapi kasus ini. Ia yakin setiap masalah t
"Menurut kamu, apakah aku adalah perencana hebat? Aku ini hanya raja naga!" Cheng kesal dengan Davey. "Maksud aku bukan itu," ucap Davey. "Lalu?" tanya Cheng. "Apa sebaiknya kita tidak usah menyusun rencana? Kita lihat bagaimana dengan keadaan di kantor?" tanya Luna sengaja menengahi masalah kedua orang itu. Davey dan Cheng mengangguk paham. Mereka memilih diam memandang wajah Luna. Sedangkan Mia mendekati Luna lalu berkata. "Kalian ini kalau bertemu selalu saja berantem! Bisa enggak sih kalau bertemu enggak usah berantem?" "Kami tidak berantem," jawab mereka serempak. "Lalu kenapa kalian berdebat?" tanya Mia. Mereka diam lagi karena tidak memiliki alasan tepat. Mia memandang wajah Luna sambil meminta penjelasan. Luna berjalan menuju ke ranjang dan menghempaskan tubuh mungilnya."Lha, kakak malah tidur," celetuk Mia. "Kemarilah adikku Mia. Biarkan saja mereka berantem. Aku sangat mengantuk sekali," ucap Luna yang memejamkan matanya. Mia tersenyum lucu melihat sang kakak sudah
"Keadaan semakin rumit. Aku menyerah dengan keadaan ini. Semakin lama Sani semakin berulah," jawab Dave. "Berikan anakmu kesempatan. Aku tahu Davey memiliki potensi menyelesaikan semua masalah." Lance menyuruh Dave melepaskan perusahaanya ke tangan Davey. "Bagaimana aku bisa melepaska putraku sendiri? Putraku hanya lulusan SMP,." Dave membuka rahasia pendidikan Davey. "Apakah kamu serius? Sedangkan kedua putriku sudah sarjana," ungkap Lance jujur. Dave tekejut dengan pernyataan Lance. Bagaimana bisa Mia dan Luna adalah lulusan sarjana? Selama ini mereka selalu mendampingi Davey menghilang dari hadapannya. Ia hanya menyekolahkan hingga SMA. "Kamu bercanda ya? Aku yang menyekolahkan mereka hingga SMA. Bahkan mereka lulus bersama." Dave mengakuinya. "Aku yang mendaftarkan mereka melalui kuliah online. Aku sengaja mereka membiarkan mereka berpetualang. Disisi lain aku masih memperhatikan mereka dari jauh dan menyuruhnya kuliah," jelas Lance. "Kamu tenang saja. Soal pendidikan Davey
Selesai mengerjai Andika, mereka pergi meninggalkan mansion Bruno. Tak pernah terbayangkan Zhang bisa sejahii itu mengerjai Andika. Lebih parahnya lagi ia bisa membuat orang itu menjadi gila selama seminggu. Dira yang sudah panik memanggil beberapa anak buahnya untuk mengangkat tubuh Andika. Ia menghubungi dokter demi memastikan keadaan Andika baik-baik saja. Setelah menghubungi dokter, Dira melihat Andika berteriak histeris. Andika menyuruh Dira pergi karena mirip dengan vas bunga yang tadi hancur. Tak menunggu watu lama dokter keluarga Sani datang. Ia memeriksa keadaan Andika yang berteriak-teriak seperti orang gila. Sang dokter itu menyuruh Dira memanggil psikiater agar menangani Andika. ''Maaf Nyonya Dira, lebih baik anda panggil psikiater. Saya bisa memastikan kalau Tuan Andika sedang mengalami gangguan jiwa," ucap Reno nama dokter itu. "Apa?" pekik Dira. "Ini enggak mungkin kan dok?" "Bisa saja. Saya memang bukan psikiater. Tapi saya bisa menyimpulkan kalau Tuan Andika seda
"Nah itu dia. Tuan Dave stres menghadapi kasus ini. Makanya beliau sedang liburan," jawab Rio paham dengan beban hidup Dave. Mereka terdiam tanpa berbicara. Mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka sudah tahu kekejaman Sani. "Lebih baik kita diam. Kita enggak bisa melakukan apa-apa. Semakin hari Sani tidak bisa dikendalikan," jelas Gandi. Di dalam pesawat, Luna membuka laptopnya. Ia mulai mengecek email masuk. Luna sangat teliti membuka pesan itu satu persatu dan membalasnya. Luna terkejut dengan lima email yang berisikan keluhan. Ia membaca satu persatu dan tangan mungilnya mengepal. Tak sengaja Davey menangkap Luna sedang marah. "Ada apa?" tanya Davey. "Belum selesai dengan kasus surat pailit. Ditambah lagi dengan Sani menjadi CEO Torres Group," jawab Luna. "Aku mendapatkan berita ini dari beberapa divisi. Mereka mengeluhkan kebijakan yang sudah dibuat oleh Kakek Mark." Mendengar akan hal itu Davey terkejut. Bagaimana bisa Sani menjadi seorang CEO? Meski lulusan SMP,
"Apanya yang tidak bisa?" tanya Cheng. "Luna tidak boleh menjadi ratumu," kesal Davey. "Semuanya bisa. Di darahnya itu sebagian ada darahku. Sebelum Luna maupun Mia lahir aku sengaja mengalirkan tujuh tetes darah ke kandungan ibunya. Darah itu masuk ke dalam tubuh mereka dengan sempurna. Maka dari itu mereka yang bisa mengendalikan aku," jelas Cheng. Kedua gadis itu baru menyadari kalau tubuhnya tidak normal. Maksudnya tidak normal bukan berarti cacat. Melainkan tubuh mereka seakan memiliki kekuatan. Yang dimana kekuatan itu sering dipakai ketika bertarung. Awalnya mereka tidak mengetahui akan hal itu. Dengan kejujiuran Cheng, mereka merasakan tubuhnya terkadang tidak bisa dikendalikan jika sedang bertarung. Luna menatap Cheng sambil berkata, "Pantas saja... tubuhku ini tidak bisa dikendalikan jika sedang bertarung." "Apalagi aku. Kak Panos maupun Kak Rio menyebutku kesurupan jika sudah melawan kroni-kroninya Sani," jelas Mia. "Karena kalian adalah kaki tanganku untuk melindung
Salah satu pengawal yang sedang berkumpul berdiri. Ia menuju ke depan untuk melihat kedatangan ambulance. Sesampainya disana pengawal itu bingung. Namun saat petugas ambulance menurunkan peti jenazah datanglah mobil Sani. Sang pengawal itu mendekat lalu mengamankan mobil Sani. Ia membuka pintu mobil itu lalu menyambut kedatangan wanita tua itu. Dengan penuh hormat ia memberikan jalan kepada Sani yang akan masuk ke dalam. Tak lama ada petugas ambulance menanyakan keberadaan Wiryo. Sang pengawal itu menyuruhnya menunggu. Ia lekas memanggil Wiryo datang ke depan. Wiryo pun menuruti keinginan pengawal itu. "Ada apa kok rame-rame begini?" tanya Wiryo. Wiryo segera mendekati petugas ambulance itu. Sang petugas tersebut memberitahukan kalau karyawan Wiryo meninggal di Australia. Setelah mendapat penjelasan seperti itu Wiryo paham. Ia menyuruh petugas itu pulang setelah mengeluarkan peti jenazah tersebut. Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Ungkapan itu yang pantas ditujuka
Lance terkekeh melihat Davey sangat cemburu. Ia tahu perasaan Davey sangat marah. Pria mana jika gadisnya menyamar untuk kepentingan pekerjaan merayu pria hidung belang? Semua pria akan marah. Lance menilai kalau Davey sangat mirip dengan Dave. Dimana Dave memiliki tipe pencemburu yang akut. "Bagaimana dengan aku?" tanya Mia mulai beradegan menjadi gadis nakal. "Ini lagi! Pokoknya enggak boleh! Kalian berdua enggak boleh melakukannya," ucap Davey menunduk sambil mengeluarkan hawa dinginnya. Pagi menjelang siang cuacanya mulai terik. Namun kedua gadis itu merasakan tubuhnya menggigil kedinginan. Hal ini disebabkan Davey maupun Cheng sangat marah. Kedua pria berbeda alam itu tidak akan membiarkan mereka merayu Burhan. "Jika kalian melakukannya, maka aku orang yang pertama mengurung kalian di sangkar emas!" Cheng sengaja mengambil alih tubuh Davey. "Akak, bagaimana ini?" tanya Mia. Lance menghubungi seseorang segera menyiapkan kedua gadis yang sangat cantik. Mereka hanya bisa menun