Bella menerobos masuk ke dalam ruangan Hayes meski dia sudah mendapatkan larangan, wanita itu sama sekali tidak dapat dihentikan oleh siapapun.Bella sudah tahu jika sejak kemarin Hayes mulai bekerja, dia menahan diri untuk tidak bertemu untuk menyiapkan sesuatu.Membayar seorang wartawan untuk menyampaikan artikel yang dia tulis mengenai hubungan perselingkuhan Haye dan seorang wanita. Bella sengaja membuat scandal itu karena pernikahan Aaric dan Calla digelar sebentar lagi.Jika scandal itu muncul, kemungkinan besar bahwa ada media yang mencari tahu, begitupun orang-orang disekitar. Bella tinggal menunjukan hubungan yang intim dengan Hayes, dan semua orang akan langsung menyadari siapa sosok perempuan yang sebenarnya dicintai Hayes.Dengan langkah yang lebar Bella masuk mendorong pintu besar di depannya.“Hayes,” sapa Bella tanpa rasa bersalah.“Apa yang kau lakukan di sini? Aku sedang bekerja,” tegur Hayes tidak suka.“Aku harus menunjukan sesuatu yang penting padamu Hayes,” jawab
Alice melihat ke belakang lagi, memperhatikan Tesa yang sudah pergi cukup jauh dan kini tengah duduk di sebuah bangku, dengan cepat Alice mengambil buku itu dan pergi keluar, menghampiri Tesa yang sedang menelpon seseorang.Alice melihat ke sekitar dengan waspada, dia takut jika keberadaannya tengah di perhatikan.Langkah Alice memelan, mendekati Tesa.“Sialan ini sangat melelahkan, tidak ada bedanya dengan mengajar anak idiot,” maki Tesa meremas kuat tengkuknya.Langkah Alice terhenti, tidak ada keberanian untuk mendekat begitu mendengar makian dari seorang guru yang dia anggap lembut dan baik.“Kau punya anggur? Aku cukup setres memikirkan setengah tahun kedepan aku akan terus di berhadapan dengan anak idiot menantu Borsman. Sialan, dia seperti sampah yang beruntung. Jika saja bayarannya tidak mahal, aku pasti akan menghajarnya karena kesal.”“Apakah aku akan dapat keuntungan yang lebih besar jika menjual berita kepada wartawan, bahwa keluarga Borsman memiliki menantu yang sangat id
Suara deringan telepon masuk terdengar beberapa di atas meja, Bella yang tengah membaca majalah sempat beranjak melihat siapa orang yang sudah menghubungi Hayes.Bella mendengus kesal melihat nama Theodor yang tertera di layar.“Untuk apa dia menelpon Hayes? Mengganggu saja,” gumam Bella kesal. Dengan entengnya wanita itu mematikan handponenya dan menyimpannya di bawah tumpukan buku agar Hayes tidak menemukannya.Dengan begitu tidak ada yang menghubungi Hayes lagi dan acara makan siang berduanya akan berjalan lancar.***Alice tidak memiliki banyak kekuatan untuk menolak ketika dia dibawa ke klinik, Calla yang sudah menunggu langsung menanganinya secara privat dan memberi Alice obat penenang agar gadis itu tertidur.Theodor tidak lagi berusaha untuk menghubungi Hayes, pria itu duduk di depan ruangan tempat diaman Alice tengah ditangani.Ada ketegangan dibahu Theodor, dia terus terbayang dengan keadaan Alice sepanjang perjalanan saat ke klinik. Rintihan tersiksanya, dan tangannya yang
Alice terbangun dari tidurnya begitu obat penenang yang dia terima efeknya sudah habis. Bibir Alice sedikit terbuka untuk menarik napas dalam-dalam, masih ada rasa sakit berdenyut yang dirasakan di kepalanya akibat benturan, telinganya sedikit berdenging.Kibaran lembut bulu mata Alice menaungi irishnya yang bergerak pelan, mengedar melihat tempat asing yang tidak dia kenali. Permukaan kulit Alice meremang, bereaksi hebat saat teringat apa yang telah terjadi padanya sebelum dia kehilangan kesadarannya, dengan cepat gadis itu duduk dan melihat ke sekitar dengan waspada, takut kembali terkurung di ruangan bawah tanah.“Tenanglah, kau aman sekarang.”Tubuh Alice menegang kaku, melihat Theodor yang duduk di sisi ranjangnya. Sekali lagi pandangan Alice mengedar, melihat ke penjuru arah, tersadar jika kini dia berada di rumah sakit.Apakah aku sudah diperiksa dokter? Apakah mereka sudah mengetahuinya?“Kenapa kau membawaku ke sini? Kau sudah mengetahuinya?” tanya Alice menggebu, matanya b
Bella bergerak memutar memainkan kursi yang di dudukinya, Bella duduk di kursi kerja Hayes tanpa ada keseganan apapun, wanita itu bertingkah seolah apa yang kini dia tempati bagian dari miliknya.Tidak sampai di sana, Bella juga memanggil salah satu assistant Hayes hanya untuk memesan minuman. Bella tidak peduli dengan apapun yang dipikirkan orang lain tentang dirinya, semakin dia terlihat dekat dengan Hayes, itu semakin bagus/Sudah satu jam menunggu, namun Hayes belum menandakan akan segera kembali.Pikiran Bella berkelana, memikirkan harus dengan cara seperti apa sebenarnya dia agar bisa benar-benar mendapatkan Hayes sepenuhnya? Bella sama sekali tidak bisa menunggu. Sampai saat ini Hayes masih bersikap baik kepadanya karena mereka berteman sejak lama. Suara deringan telepon yang nyaring membangunkan Bella dari lamunannya, dengan cepat wanita itu mengambil handponenya dan menerima panggilan dari nomer asing yang tidak dikenalnya.“Siapa?” tanya Bella dingin.“Kau kekasih Hayes Bo
Bella duduk dalam ketegangan, kesenangannya berubah dengan cepat begitu dia bertemu dengan orang yang telah menghubunginya. Beberapa kali Bella kedapatan mengatur napasnya karena gugup bercampur takut.Bella berpikir jika orang yang menghubunginya adalah seorang wartawan, tapi ternyata tebakannya salah.Giselle, wanita yang selalu disebut sebagai biang retaknya keluarga Borsman, kini wanita itu duduk di hadapannya.Harus Bella akui, Giselle jauh lebih cantik dari Ivana, gaya fashionnya yang elegant memiliki daya tarik yang kuat. Giselle dan Ivana memiliki kesamaan, mereka memiliki kecintaan dengan fashion, namun nasib mereka jauh berbeda.Berkat kecintaannya pada fashion, Ivana memiliki brand besar yang sangat terkenal, sementara Giselle tetap menjadi seorang perancang busana yang tidak banyak dilirik. Sosok Giselle sebagai selingkuhan Damian sudah cukup terkenal sejak lama, mungkin karena alasan itulah yang menjadi penghambat utama Giselle untuk bisa berkembang.Bella berdeham tidak
Alunan suara musik terdengar di telinga, Alice tidak bisa berhenti untuk memutar setiap musik yang telah dipilih Theodor. Ada sebuah candu yang menariknya untuk terus mendengarkan begitu mendapatkan kenyamanan.Dentingan yang lembut membawa Alice untuk menikmati pemandangan di sekitarnya. Belaian lembut angin yang mengusap pipi, gerakan dedaunan, awan yang bergerak ke arah yang sama, dan sinar matahari yang perlahan hilang seakan-akan mereka bergerak mengikuti irama musik yang di dengarnya.Untuk waktu yang lama, Alice tidak memikirkan kesedihan apapun, tidak lagi bingung dengan apa yang harus dia lakukan esok hari.Untuk pertama kalinya bagi Alice, dia menikmati waktu yang di jalaninya saat ini tanpa memikirkan apapun. “Inikah yang namanya ketenangan?” bisik Alice bertanya-tanya.Sesungguhnya, hari ini cukup melelahkan untuk Alice, pikirannya terguncang, tetapi semuanya berakhir dengan cukup baik layaknya langit yang mendung dilanda gerimis, namun di akhiri oleh lengkungan pelangi y
“Aku sudah mereservasi hotel dan sebuah restaurant untukmu sampai besok sore. Pergilah dan bawa Alice ke sana,” ucap Damian memberitahu.Hayes menyandarkan bahunya di dinding, titah Damian selalu saja tidak ada yang menyenangkan untuknya. Selalu saja tentang Alice..“Untuk apa aku pergi dengan Alice?” tanya Hayes tidak terima.“Alice tidak pernah dibawa pergi kemanapun semenjak kalian menikah, tolong buat dia senang, ini tidak ada hubungannya dengan cucu yang pernah aku minta beberapa hari yang lalu.”Dagu Hayes terangkata angkuh. “Aku tidak mau menghabiskan terlalu banyak waktuku bersama orang yang aku benci,” tolak Hayes tanpa keraguan.“Jika kau bersedia pergi, ayah berjanji akan menjaga Ivana di sini,” ucap Damian lagi seperti sedang mengajak Hayes untuk melakukan kesepakatan.Hayes mengedikan bahunya dengan malas, kali ini pria itu tidak menolak, mungkin memang tidak ada salahnya juga Hayes membawa Alice pergi keluar dari rumah, dengan begitu suasana hati Ivana akan membaik.***