Beranda / Romansa / 365 Hari Bersama Sang CEO / 33 - Pria dari Masa Lalu

Share

33 - Pria dari Masa Lalu

Penulis: INIWONJUNG
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-22 13:05:20

Bau kopi menyeruak di kafe ini, para barista tampak sibuk dengan pesanan pelanggan yang semakin penuh.  Bermacam-macam aktivitas dilakukan disini, mulai dari mengerjakan tugas kantor atau kuliah, sekadar berbincang dengan teman lama atau sedang menghibur diri sendirian.

Mereka tertawa dan tampak riang, namun tidak dengan meja yang diisi dua orang itu. Suasananya hening, mereka hanya saling bertatapan satu sama lain. Banyak pasang mata diam-diam menatap meja itu, di antaranya ada yang mengabadikan momen itu.

“Permisi, apa aku boleh meminta tanda tanganmu?” Tampak 3 orang gadis sekolah sedang menyapa Kim Seok Hoon dengan wajah riang.

“Ah, boleh.” Kim Seok Hoon kemudian tersenyum manis menerima secarik kertas dan pulpen yang diberikan salah satu siswi itu.

Mereka saling memukul gemas satu sama lain sambil menahan diri untuk tidak jingkrak-jingkrak di depan idola favoritnya tersebut.

“Namamu?” tanya pria itu den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   34 - Perjodohan Mendadak

    “Lama sekali. Ah, panas sekali di luar, aku gerah sekali, kalian punya air dingin kan?” Vivi masuk tanpa izin ke dalam. Ia melewati mereka berdua dengan wajah tak bersalah.Shino mengangkat kedua tangannya meminta penjelasan Adam, matanya melotot ke Adam.“Kenapa tidak bilang padaku?” ucap Shino pelan.Adam memalingkan mukanya tidak tau harus menjawab apa, ini sudah terlanjur. Wajah Shino berubah menjadi sangat muram karena kedatangan Vivi.Sialan! Dia semakin merusak mood Shino hari ini, ada apa dengan hari ini? Mulai dari Kim Seok Hoon yang kembali menggodanya sampai Vivi datang ke rumahnya secara mendadak.“Hei, jalang! Kau ini tidak punya sopan santun ya? Berani-beraninya, kau mendatangi rumahku setelah perilaku burukmu di kantor?” ketus Shino sambil melipat tangan di dada. Ia duduk di depan Vivi saat ini, Adam di sampingnya terdiam menatap mereka berdua.Vivi menghabiskan segelas air dingin tersebut, ia menggeram kesal ketika dipanggil jalang oleh Shino.“Lihat ini,” Vivi memukul

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   35 - Flashback Lamaran Mendadak

    Shino duduk melamun di kursi taman belakang rumahnya, ia ditemani oleh Taki. Kucingnya bermain dengan rerumputan bersama serangga yang beterbangan kesan-kemari. Hari ini sudah pukul 10 malam, namun ia tidak bisa tidur dikarenakan pikirannya soal Kim Seok Hoon yang terus tanpa henti memutar di otaknya. Pria yang selama ini dilupakannya kembali untuk masuk ke dalam hatinya. Dia teman masa kecil Shino yang sering mengejeknya vampir bersama Vivi saat kecil. Mereka sudah berteman sejak kecil dan persahabatan itu hancur setelah seorang pria menaruh hati pada salah satu sahabatnya. Flashback… “Kau masuk di kelas mana Shino?” tanya Vivi di samping Shino sambil mencari nama Shino di kertas yang berisi daftar nama seluruh siswa sekolah ini. Ajaran baru telah dimulai, kelas pun dirombak kembali. Shino dan Vivi berada pada kelas yang sama kemarin. Tetapi, tidak dengan tahun terakhirnya kali ini. Ia berpisah dengan Vivi dan Seok Hoon. “Aku tidak sekelas denganmu,” ucap Shino dengan wajah muru

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   36 - Sebuah Ambisi

    Shino menghela napas kasar setelah mengingat kejadian tidak mengenakkan di masa lalunya. Karena pria itu, hidupnya berubah 180 derajat, persahabatannya hancur dan mereka bermusuhan bak orang tak dikenal satu sama lain. Sejak itu, Vivi tidak mau menyapanya dan memilih untuk pergi dari kehidupan Shino. Yaitu dengan berhenti dari perusahaan dan memilih bekerja di Hong Kong. Melepaskan diri dari wanita yang disukai pria idamannya membuat Vivi menjadi lebih waras dan bisa kembali bersemangat untuk hidup. Shino dikagetkan oleh sentuhan di pundaknya, ia menoleh dan mendapati Adam dengan mata merah karena efek mengantuk yang luar biasa. Pria itu mengucek matanya dan mengusap wajahnya berulang kali agar tersadar dari kantuknya, "Sedang apa kau disini?" "Tidak ada, aku hanya duduk menunggu tengah malam. Dengan begitu, aku bisa tertidur sebentar lagi tanpa harus meminum obat." ucap Shino dengan memainkan jari-jarinya. Adam menatap Shino dengan iba, ia kemudian duduk di sampingnya. "Saat aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   37 - Pertemuan Tak Terduga di Gereja

    “Adam! Keluarlah dari kamar!” Shino mengetuk pintu kamar Adam berulang kali.Pintu terbuka dan Adam keluar menghampiri Shino di sofa. Ia berdiri di depan Shino dengan lemas. Matanya masih belum sepenuhnya terbuka, ia masih mengantuk karena tadi malam.“Ada apa memanggilku?” tanya Adam dengan suara seraknya.“Aku butuh bantuanmu, cuci muka dulu sana! Cepatlah,” perintah Shino sambil menghidupkan televisi.Adam berdecak kesal, sebenarnya a ingin tidur sampai nanti siang karena hari ini Shino memilih untuk tidak ke kantor karena mood nya sedang tidak baik.Tetapi, itu sepertinya tidak akan terjadi karena bosnya ini tidak akan membiarkannya berleha-leha sekalipun.Adam datang dengan muka yang lebih segar karena habis cuci muka, ia kemudian duduk di bawah sambil sesekali memeluk Taki.Shino memberikan obat tetes mata yang diberi Dokter Tanaka kemarin, ia kemudian tidur di sofa dengan posisi telentang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   38 - Sunja Hentikan

    “Jadi kau mau pergi meninggalkan perusahaan ini saat dalam masa jayanya?” tanya Pak Kim dengan suara datarnya.“Aku tidak lama ada disana, ini demi kebaikan istriku. Jangan mencoba menghalangiku?” Sorot mata Akari berubah menajam. Ia tidak akan memberontak begini jika mereka memudahkan segala urusan Akari.“Akari, kau tenanglah jangan mudah tersulut emosimu. Turunkan egomu,” ujar Pak Jung sambil berusaha mendinginkan mereka berdua. Pak Jung merasa ada di tengah-tengah mereka, di satu sisi ia harus menghormati Pak Kim karena hanya Akari lah satu-satunya pilar perusahaan ini bisa maju sampai detik ini. Tetapi, di sisi lain keluarga Akari butuh pertolongan dan penyakit istrinya harus segera ditangani sebelum menjadi semakin kuat efeknya. Ia merasa gelisah harus mendahulukan siapa. Akari tersenyum sinis mendengar ucapan Pak Jung, ia menggertakkan giginya, “Kau bilang aku harus menurunkan egoku? Disaat keluargaku yang selalu menyemangatiku untuk bekerja kini membutuhkan bantuanku, kau

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   39 - Kedatangan Kim Joo Young

    “Siapa wanita tadi itu?” tanya Adam dengan wajah penasaran. “Dia bekas pembantuku dulu ketika ayah dan ibuku masih hidup, namanya Sunja.” terang Shino. “Dia sepertinya banyak bercerita hal serius tadi,” celetuk Adam. “Ya, dia bercerita kejadian dulu sebelum ayahku mengalami kecelakaan.” Shino menghela napas pelan. Dari sorot matanya, ia tampak gelisah dan bingung. “Apa yang dia ceritakan tadi?” tanya Adam dengan ragu. Ia takut wanita itu marah jika ia terlalu penasaran dan bertanya banyak hal padanya. “Sebelum ayahku kecelakaan, ia sempat bertengkar dengan Pak Kim dan Pak Jung,” Adam mengerutkan dahinya, “Pak Kim? Siapa dia?” Shino menarik napas dalam-dalam, ia melirik sekitarnya. “Ayo kita bicarakan dalam mobil saja, sekalian pulang.” Adam mengangguk lalu memasuki mobil bersama. Ia mulai menghidupkan mobilnya dan menjalankannya. Setelah mulai jauh, Shino mulai membuka mulutnya. “Dengar, jangan sampai cerita ini terdengar pada siapapun. Ini bersifat rahasia, jadi jagalah den

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   40 - Isu Pernikahan

    “Coba kau jelaskan dulu apa maksud sasaeng-sasaeng itu? Aku tidak paham sama sekali istilah jaman sekarang,” ucap bu dina dengan tegas.“Sasaeng itu merupakan penggemar obsesif yang akan melakukan hal ekstrem apa pun untuk lebih dekat dengan artis favorit mereka. Mereka bahkan tahu jadwal penerbangan, siapa orang tuanya, dan bahkan rahasia mereka.” ungkap Berry dengan jelas.“Menakutkan sekali punya penggemar seperti mereka,” Pak Imura merasa merinding.“Mereka bahkan bisa menguntit idola mereka hingga ke rumahnya, semalaman mereka berada disana mengawasi aktivitas yang dilakukan idolnya tersebut.”“Kau jangan seperti itu, tetap ada batasan dalam menyukai seseorang. Jika aku menjadi ibu anak itu, aku bakar semua benda-benda idola miliknya,” ucap Bu Dinan dengan wajah heran.“Ah, kalau begitu. Saya tidak akan mau punya ibu seperti Bu Dinan. Sangat protektif, tidak mendukung hobi sang anak.” Berry kemudian meminum jusnya sampai habis.Segar sekali, ia merasa tubuhnya kembali bersemangat

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   41 - Jalan-Jalan

    Hari Selasa…“Adam ikut aku hari ini. Aku ingin pergi membeli bunga dan buah tangan untuk keluarga Kim Seok Hoon.” ucap Shino sambil mengolesi tangannya dengan losion tubuh.Ia juga meminum vitaminnya dan meneteskan matanya dengan obat tetes, kini ia tidak meminta bantuan Adam. Karena ia bisa meneteskannya dengan baik.Adam menghembuskan napas kasar lalu pergi ke kamarnya untuk mengganti baju. Ia memakai celana bahan dan hoodie berwarna abu-abu, rambutnya tidak ia tata rapi lagi.“Sudah siap?” tanya Adam sambil sesekali mengintip Shino yang sedang memakai syal putihnya.Adam tidak pernah melihat Shino memakai syal, tumben sekali Shino memakai benda itu.“Baru?” tanya Adam.Shino menunduk melihat syal itu, “Ini maksudmu? Benda ini sudah lama tersimpan di lemariku, ini ibuku yang membuatnya langsung untukku.”Adam ber-oh ria, ia kemudian mulai menghidupkan mobilnya.“Shino memperbaiki posisi duduknya agar nyaman, “Antar aku ke toko bunga di daerah Shibuya. Disana adalah toko langgananku

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25

Bab terbaru

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   73 - Babak Belur

    Saat ini, Adam dan Seok Hoon sedang berada di sebuah lapangan tembak. Seok Hoon mengajak Adam untuk adu keterampilan. Adam tampak malas mengikuti pria cerewet di depannya kini. Sesekali Adam menghela napas melihat tempat yang tak asing baginya.Sebuah tempat dimana ia pernah belajar untuk meraih cita-citanya dulu dengan menjadi seorang tentara."Mau apa kita kesini?" tanya Adam dengan lirih. Ia memicingkan matanya menatap Seok Hoon yang mulai memilih senapan yang digunakannya sebentar lagi.Seok Hoon tersenyum miring lalu melihat pria itu dengan wajah menantang, dia telah selesai memilih senapan. Dari wajahnya terlihat bahwa ia sangat percaya diri sekarang, ia tak tahu jika Adam ahli dalam pekerjaan ini."Kau tidak pernah kesini ya? Cobalah memilih senapan yang diletakkan di meja itu." titah Seok Hoon."Aku pulang saja. Malas sekali meladeni pria sepertimu." ujar Adam berniat kembali ke villa."Aku ingin pertandingan yang adil. Ini menyangkut diriku, kau, dan Shino. Jika pertandingan

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   72 - Aku Malu

    "Kyung, sebentar lagi kau mau kuliah dimana? Apa kau akan mengejar Ivy League seperti Haru?" tanya Jay sambil menulis tugasnya yang belum terselesaikan di rumah kemarin.Jaekyung yang fokus bermain game di ponselnya, mengalihkan pandangannya ke arah Jay sekilas. Ia kemudian lanjut bermain game itu lagi."Entahlah, aku sendiri tidak tahu harus kemana. Aku hidup di dunia ini ditentukan oleh ayah dan kakekku. Takdirku pun mereka yang menentukan." jawab Jaekyung dengan nada bicara sendu.Jay terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu, "Takdirmu ditentukan oleh orang tuamu? Lucu sekali, memang kakekmu itu Tuhan?""Bukan begitu. Maksudku, semua urusanku sudah diatur oleh kakekku. Aku tinggal menurut saja dan melakukan apa yang diperintahkan dia." ujar Jaekyung, ibu jarinya terus menekan layar ponselnya dengan cepat."Lalu kau tidak akan kuliah nanti?""Aku kuliah, tetapi tidak tahu dimana. Mungkin, setelah ini aku akan bekerja di kantor kakekku." Jaekyung menghela napas kasar setelah melihat

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   71 - Setelah Kejadian Itu

    Esok harinya...Matahari sudah menampakkan dirinya di langit yang luas ini, suara kicauan burung yang sangat merdu membangunkan wanita itu. Shino merasakan tubuhnya sangat lelah dan sakit semua. Kepalanya sangat pusing dan ia berusaha membuka matanya perlahan.Shino berkedip menatap langit-langit kamarnya, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya lagi. Tatapannya tampak kosong, dia melamun sejenak. Rambutnya seperti singa dan kantung matanya terlihat tebal."Ah, aku ada di kamarku sendiri ternyata. Jam berapa aku sampai sini ya? Bagaimana si Seok Hoon itu kabarnya. Aku harus mengecek keadaannya." Shino berusaha bangun namun ia merasa kedinginan. Seperti tidak memakai pakaian."Mengapa dingin sekali." Ia melihat tubuhnya tak memakai sehelai benang apapun. Shino terkejut, matanya melotot berusaha bersikap tenang.Matan tertuju ke benda yang tampak melembung di dalam selimut, terlihat besar dan bergerak naik turun.Shino mengenyitkan kedua alisnya berusaha membuka selimut itu, perlahan ia m

DMCA.com Protection Status