Sudah sejak pagi, Lian duduk di depan kaca dengan lampu-lampu Led menyilaukan mata dan make up artist serta hairdo yang sedang sibuk menangani dirinya. Keramaian orang-orang memenuhi segala ruangan, tidak terkecuali ruangannya. Hana sejak tadi juga mondar-mandir kesana-kemari, mengkoordinir dan mengurus ini dan itu. Pokoknya sangat hectic dan super sibuk. Tak jarang teriakan yang memekakkan telinga membuat Lian menghela napas juga. Kadang kesabaran orang di sini sangat setipis tisu, itupun di bagi dua. Kalau tidak punya kesabaran tinggi, mungkin bisa terkena gejala struk tiba-tiba.Orang-orang membicarakan ini dan itu, mulai dari hal remeh-temeh, edukasi sampai hal paling gelap sekalipun. Positifnya, orang-orang yang bekerja sama dengannya, terutama di ruangan ini, adalah orang yang seru. Mereka suka bercanda dan mudah membuat Lian tertawa. Pokoknya ia tidak akan cepat tua. Namun khusus hari ini, sepertinya orang-orang sedang serius dan mengurangi bercanda.Ya bagaimana? Ini acara be
Tiba-tiba ia sudah berada di backstage, di ruangannya. Rasa sakit di kakinya semakin menjadi dan ia hanya bisa menunduk dalam, mengerang untuk menahan rasa sakit itu saat dia dibaringkan di sofa. Keringat dingin bercucuran di keningnya.Seseorang melepaskan heels tingginya dan menyingkirkan tangan Lian dari pergelangan kaki itu. Hana berceloteh khawatir, begitupun Boni, dan yang lainnya. Itu suara-suara yang masuk ke telinganya, tapi Lian jelas tidak fokus oleh itu.Lalu, saat ia mendongak dan membuka matanya, rupanya yang sejak tadi menggendongnya, melepaskan heelsnya adalah Saga. Memang bau parfum dan rasa gendongannya tidak asing. Wajah lelaki itu memerah dan tatapannya khawatir bukan kepalang menatap Lian.Setelahnya, Saga mundur sejenak dan mempersilakan seorang tenaga medis perempuan untuk menangani Lian. Saga meremas pundak Lian, memberikan ketenangan. Namun, bukannya Lian tenang, ia justru semakin gelisah. Lupakan dulu soal penyebab ia bisa tidak fokus dan terjatuh. Yang ia p
Dilihat dari hasil Rontgen, dokter bilang kaki Lian ada sedikit goresan pada tulangnya. Hanya sedikit dan berbentuk garis kecil di gambar tersebut. Lian dan Saga menyimak dengan seksama.Alhasil, kaki Lian akan di gips dan diminta untuk tidak melakukan aktifitas berat dulu."Kamu harus fokus penyembuhan dulu jika memang modeling adalah pekerjaanmu.""Kira-kira berapa lama Dok penyembuhannya sampai benar-benar sembuh total?" tanya Saga mewakili Lian yang sejak tadi sepertinya enggan banyak bicara."Rata-rata tiga sampai enam bulan. Tapi tergantung tingkat keparahannya."Lian membuka bibirnya dan melebarkan matanya tidak percaya. Bulanan? Bagaimana dengan segala aktivitasnya? Pekerjaannya? Memang ia bisa berdiam diri terus selama itu?"Kalau ini mungkin beberapa minggu saja. Saya sarankan makan makanan yang banyak mengandung vitamin D untuk proses penyembuhannya lebih cepat. Tidak apa-apa, jangan terlalu sedih. Mungkin setelah mera
"Astaga Lian, aku kaget waktu dengar kabar kamu terjatuh di catwalk. Apalagi kemarin acara itu ada live streamingnya kan di channelnya Ovi Margareta?" Pagi-pagi, Sofi dan Ine datang ke rumah Lian dengan wajah penuh khawatir dan membawakan buah, makanan, segalarupa. "Iya. Aku merasa bersalah sekali kemarin. Sampai mau sujud saja untuk meminta maaf. Tapi untungnya tante Ovi baik sekali dan tidak mempermasalahkan kejadian itu. Malah beliau sangat perhatian dan meminta aku periksa ke rumah sakit.""Ah ... Syukurlah kalau begitu. Sekarang kondisi kaki kamu bagaimana?" tanya Ine."Aman. Kata dokter hanya sedikit ada keretakan di tulang, tapi tidak parah. Nanti siang juga akan ada terapis yang datang. Kamu sendiri baru lahiran sudah meninggalkan baby saja. Memang tidak apa-apa?" Ine tersenyum. "Rio di rumah, jadi biarkan sekali-kali dia yang kerepotan. Lagipula ada ibunya juga dan membiarkan aku keluar sebentar.""Oh, aku kira kamu sudah tidak bertanggung jawab dengan anakmu," celetuk Sofi
Seusai terapis pulang, Lian makan di ruang makan. Sofi dan Ine tadi membawakannya rendang dan makanan yang bisa dihangatkan. Kakinya sudah mendingan. Tidak sesakit kemarin, jadi ia bisa beraktivitas di dalam rumah meski masih harus memakai kruk.Lalu, Saga pulang dan memasuki rumah dengan diam. Lian bisa melihat lelaki itu berjalan menuju kamar dari pintu kaca ruang makan. Ia menyusulnya. Matanya mengedarkan pandangan dan menemukan lelaki itu terbaring di atas ranjang dengan separuh kaki masih menapak lantai. Satu tangannya menekan-nekan pangkal hidungnya.Ada begitu banyak alasan Lian bisa marah dengan Saga. Yang pertama, Saga lembur bahkan sampai tidak pulang ke rumah sementara ia sedang sakit. Yang kedua, Saga tidak membalas chatnya sejak semalam dan malah mengirim chat pada Rama untuk tinggal di rumah, menemani Lian. Yang ketiga ... foto yang ia temukan di sosial media Arana dan caption 'Finally, after 3 years' yang penuh tanda tanya itu.Hatinya tiba-tiba berubah haluan melihat k
"Lian tidak apa-apa Ibu. Hanya cedera sedikit, ini juga sudah enakan. Saga ada di rumah, dia sedang tidur." Lian menghela Ibu Mita masuk setelah melihat ada supir pribadi Ibu yang kini sedang mengobrol dengan satpam rumah depan."Sore-sore begini, Saga tidur? Kalau begitu biar Ibu bangunkan ya. Tidak elok tidur menjelang gelap."Lian dengan terbata duduk mendekat ke Ibu Mita. Ia menahan lengan Ibu dengan lembut."Saga baru pulang Bu dari kantor. Semalam dia lembur karena ada masalah. Jadi, biarkan dulu ya, Bu.""Lembur di kantor dan tidak pulang? Ya ampun. Istri baru sakit malah ditinggal kerja." Ibu Mita jadi kesal sendiri."Bu, Mas Saga kan bukan yang punya perusahaan, jadi wajar jika masih harus sesuai dengan perintah atasannya. Lian tidak apa-apa kok Bu, di rumah juga ada Kulu dan asisten pribadi Mas Saga yang diutus ke sini."Ibu Mita menipiskan bibirnya. "Saga sebenarnya bisa saja membuat perusahaannya sendiri. Ibu sudah bilang sejak dua tiga tahun lalu, tapi dia ngeyel tetap ma
Tiga kata lucu 'Kalian jangan khawatir'.Saga tertawa sumbang mendengar perkataan Ibu Mita yang kelewat santai itu. Bagaimana mungkin Ibunya datang ke rumah hanya untuk memberitahukan bahwa beliau ternyata mengidap kanker? Sudah stadium akhir pula dan bicara seolah penyakitnya itu hanyalah demam biasa? Anak mana yang bisa tidak khawatir mendengar hal tersebut?Lelucon apa ini?Saga menggeleng. Ia lantas menunduk dalam, mencoba mencerna kembali kata-kata informasi yang terlalu cepat itu. "Ibu ... " Sementara itu Lian tercenung dan memanggil lirih dengan mata berkaca-kaca.Air mata Lian lebih dulu tumpah daripada Saga yang terlihat kuat. Atau sebenarnya Saga hanya pura-pura kuat dan tidak mau membuat ibunya lebih khawatir. Diagnosis itu saja pasti sudah membuat Ibu sedih terlebih dahulu dan Saga tentu tidak mau menambah beban kesedihan ibu lagi dengan menatap anaknya yang cengeng."Sudah, sudah, Nak. Ibu tidak apa-apa. Jangan terlalu bersedih. Penyakit hanya sugesti. Ibu akan sembuh. I
Lian memenuhi pet food dispencer dengan makanan Kulu. Setelah memastikan kandangnya sudah bersih dan nyaman. Ia meraih Kulu dan mengelus serta menciuminya dengan gemas di gendongannya. Kakinya berjalan terbata tanpa kruk menuju sofa."Baik-baik di rumah ya, Kulu. Kalau mau makan sudah tersedia penuh, mau kamu habiskan juga tidak masalah sampai perutmu buncit," kata Lian."Serius tidak mau bawa Kulu sekalian?" tanya Saga yang sudah keluar ruang kerjanya dan membawa beberapa barang pentingnya.Sore ini, ia dan Saga akan menginap di rumah Ibu Mita sampai dua atau tiga hari ke depan. Mereka benar-benar meluangkan waktu untuk menemani Ibu Mita di rumah. Lalu akan pergi ke dokter bersama dua hari lagi.Lian sudah bilang pada Hana dan selama proses penyembuhan kakinya, ia bisa bebas dengan pekerjaan. Jadi tidak ada yang perlu ia pikirkan sekarang selain Ibu Mita. Sementara Saga, ia berusaha semaksimal mungkin untuk menghandle pekerjaannya dari rumah. Mungkin akan ke kantor, tapi tidak sampai