Selesai sudah tugas Saga dan Lian menjadi babysitter Miko.
Lian meregangkan otot-ototnya di dalam mobil setelah dari pagi buta sampai siang mengurus Miko dengan segala tingkah ajaibnya. Ya, memang ia tidak sendirian. Tentu Saga menjadi uncle yang juga siaga mengurus Miko."Kerjasama yang baik sayang," ucap Saga sambil menepuk puncak kepala Lian dengan bangga."Lain kali kalau Anggi menitipkan Miko, harusnya kita tidak perlu keberatan lagi kan Mas? Kasihan juga jadi Anggi. Fadil kalau sakit manjanya minta ampun, mana adik dan orangtua Fadil sibuk terus dan terkesan tidak peduli. Lihat kan Mas, wajah Anggi terlihat menua sekarang?""Jadi solusinya dia harus punya babysitter atau perawatan wajah?"Lian memutar kedua bola matanya. "Aku serius Mas. Kenapa kamu selalu merespon dengan bercanda terus?"Saga tertawa. "Iya iya maaf sayang. Tapi menurut pandanganku, Anggi tahu apa yang dia mau dan lakukan. Apa yang kita lihat di luar belu"Akan aku beri tutorial cara memblokir nomornya."Saga yakin Lian sudah tahu bagaimana cara memblokir nomor di aplikasi chat ini. Namun, Saga gemas saja ketika Lian menganggap ini hanya pesan iseng semata dan ia tidak langsung bilang saat Saga bertanya. Jelas ini bukan iseng, tapi niat. Mantan kurang ajar Lian itu benar-benar tidak punya muka atau bagaimana? Mau meminta maaf dan bertemu dengan mereka? Saga tersulut emosi, tapi ia tahan-tahan.Saga mendekatkan ponselnya ke depan Lian dan menekan nomor itu lalu memblokirnya secara terang-terangan. Lian bergeming dan melihat suaminya mengendalikan ponselnya.Sampai mereka selesai makan dan perjalanan menuju kantor Lian, Saga terlihat jadi pendiam. Padahal bukan maksud Lian mau menyimpan pesan itu atau menuruti apa yang ada di pesan itu. Mungkin tidak akan pernah lagi ia mau bertemu dengan Fahri. Akan tetapi, disituasi tadi, ia mau menjaga perasaan Saga dengan tidak langsung bilang jika itu pesan dari Fahri. Lian hanya tidak mau mencari ma
Suasana rumah Ine dan Rio sangat ramai. Ada keluarga besar, kerabat dekat dan sahabat Ine dan Rio. Siang ini mereka mengadakan syukuran untuk kelahiran putra kecil mereka. Semalam, setelah pulang kerja dan mampir ke apartemen Hana untuk menitip barang, Lian dan Saga menyempatkan diri untuk mencari kado untuk Ine dan anaknya.Sayangnya, siang ini Lian hanya datang sendiri tanpa Saga. Suaminya itu harus berangkat kerja dan pasti pekerjaannya menumpuk di kantor karena kemarin ijin tidak masuk demi mengantarkan Miko dan dirinya ke tempat Cika.Lian memberikan kadonya untuk Ine dan memeluknya, mengucapkan selamat meski sudah pernah di rumah sakit waktu itu."Saga kerja ya?" Dengan ekspresi sok sedih, Lian menganggukkan kepalanya. "Sofi juga datang sendirian itu. Andri pasti juga sama sibuknya dengan Saga, mengingat mereka kan satu kantor.""Ya, pasti. Eh iya, mana adik bayi?" tanya Lian yang celingukan mencari keberadaan si bayi itu."Itu, sedang digendong omanya," jawab Ine sambil menunj
Sudah sejak pagi, Lian duduk di depan kaca dengan lampu-lampu Led menyilaukan mata dan make up artist serta hairdo yang sedang sibuk menangani dirinya. Keramaian orang-orang memenuhi segala ruangan, tidak terkecuali ruangannya. Hana sejak tadi juga mondar-mandir kesana-kemari, mengkoordinir dan mengurus ini dan itu. Pokoknya sangat hectic dan super sibuk. Tak jarang teriakan yang memekakkan telinga membuat Lian menghela napas juga. Kadang kesabaran orang di sini sangat setipis tisu, itupun di bagi dua. Kalau tidak punya kesabaran tinggi, mungkin bisa terkena gejala struk tiba-tiba.Orang-orang membicarakan ini dan itu, mulai dari hal remeh-temeh, edukasi sampai hal paling gelap sekalipun. Positifnya, orang-orang yang bekerja sama dengannya, terutama di ruangan ini, adalah orang yang seru. Mereka suka bercanda dan mudah membuat Lian tertawa. Pokoknya ia tidak akan cepat tua. Namun khusus hari ini, sepertinya orang-orang sedang serius dan mengurangi bercanda.Ya bagaimana? Ini acara be
Tiba-tiba ia sudah berada di backstage, di ruangannya. Rasa sakit di kakinya semakin menjadi dan ia hanya bisa menunduk dalam, mengerang untuk menahan rasa sakit itu saat dia dibaringkan di sofa. Keringat dingin bercucuran di keningnya.Seseorang melepaskan heels tingginya dan menyingkirkan tangan Lian dari pergelangan kaki itu. Hana berceloteh khawatir, begitupun Boni, dan yang lainnya. Itu suara-suara yang masuk ke telinganya, tapi Lian jelas tidak fokus oleh itu.Lalu, saat ia mendongak dan membuka matanya, rupanya yang sejak tadi menggendongnya, melepaskan heelsnya adalah Saga. Memang bau parfum dan rasa gendongannya tidak asing. Wajah lelaki itu memerah dan tatapannya khawatir bukan kepalang menatap Lian.Setelahnya, Saga mundur sejenak dan mempersilakan seorang tenaga medis perempuan untuk menangani Lian. Saga meremas pundak Lian, memberikan ketenangan. Namun, bukannya Lian tenang, ia justru semakin gelisah. Lupakan dulu soal penyebab ia bisa tidak fokus dan terjatuh. Yang ia p
Dilihat dari hasil Rontgen, dokter bilang kaki Lian ada sedikit goresan pada tulangnya. Hanya sedikit dan berbentuk garis kecil di gambar tersebut. Lian dan Saga menyimak dengan seksama.Alhasil, kaki Lian akan di gips dan diminta untuk tidak melakukan aktifitas berat dulu."Kamu harus fokus penyembuhan dulu jika memang modeling adalah pekerjaanmu.""Kira-kira berapa lama Dok penyembuhannya sampai benar-benar sembuh total?" tanya Saga mewakili Lian yang sejak tadi sepertinya enggan banyak bicara."Rata-rata tiga sampai enam bulan. Tapi tergantung tingkat keparahannya."Lian membuka bibirnya dan melebarkan matanya tidak percaya. Bulanan? Bagaimana dengan segala aktivitasnya? Pekerjaannya? Memang ia bisa berdiam diri terus selama itu?"Kalau ini mungkin beberapa minggu saja. Saya sarankan makan makanan yang banyak mengandung vitamin D untuk proses penyembuhannya lebih cepat. Tidak apa-apa, jangan terlalu sedih. Mungkin setelah mera
"Astaga Lian, aku kaget waktu dengar kabar kamu terjatuh di catwalk. Apalagi kemarin acara itu ada live streamingnya kan di channelnya Ovi Margareta?" Pagi-pagi, Sofi dan Ine datang ke rumah Lian dengan wajah penuh khawatir dan membawakan buah, makanan, segalarupa. "Iya. Aku merasa bersalah sekali kemarin. Sampai mau sujud saja untuk meminta maaf. Tapi untungnya tante Ovi baik sekali dan tidak mempermasalahkan kejadian itu. Malah beliau sangat perhatian dan meminta aku periksa ke rumah sakit.""Ah ... Syukurlah kalau begitu. Sekarang kondisi kaki kamu bagaimana?" tanya Ine."Aman. Kata dokter hanya sedikit ada keretakan di tulang, tapi tidak parah. Nanti siang juga akan ada terapis yang datang. Kamu sendiri baru lahiran sudah meninggalkan baby saja. Memang tidak apa-apa?" Ine tersenyum. "Rio di rumah, jadi biarkan sekali-kali dia yang kerepotan. Lagipula ada ibunya juga dan membiarkan aku keluar sebentar.""Oh, aku kira kamu sudah tidak bertanggung jawab dengan anakmu," celetuk Sofi
Seusai terapis pulang, Lian makan di ruang makan. Sofi dan Ine tadi membawakannya rendang dan makanan yang bisa dihangatkan. Kakinya sudah mendingan. Tidak sesakit kemarin, jadi ia bisa beraktivitas di dalam rumah meski masih harus memakai kruk.Lalu, Saga pulang dan memasuki rumah dengan diam. Lian bisa melihat lelaki itu berjalan menuju kamar dari pintu kaca ruang makan. Ia menyusulnya. Matanya mengedarkan pandangan dan menemukan lelaki itu terbaring di atas ranjang dengan separuh kaki masih menapak lantai. Satu tangannya menekan-nekan pangkal hidungnya.Ada begitu banyak alasan Lian bisa marah dengan Saga. Yang pertama, Saga lembur bahkan sampai tidak pulang ke rumah sementara ia sedang sakit. Yang kedua, Saga tidak membalas chatnya sejak semalam dan malah mengirim chat pada Rama untuk tinggal di rumah, menemani Lian. Yang ketiga ... foto yang ia temukan di sosial media Arana dan caption 'Finally, after 3 years' yang penuh tanda tanya itu.Hatinya tiba-tiba berubah haluan melihat k
"Lian tidak apa-apa Ibu. Hanya cedera sedikit, ini juga sudah enakan. Saga ada di rumah, dia sedang tidur." Lian menghela Ibu Mita masuk setelah melihat ada supir pribadi Ibu yang kini sedang mengobrol dengan satpam rumah depan."Sore-sore begini, Saga tidur? Kalau begitu biar Ibu bangunkan ya. Tidak elok tidur menjelang gelap."Lian dengan terbata duduk mendekat ke Ibu Mita. Ia menahan lengan Ibu dengan lembut."Saga baru pulang Bu dari kantor. Semalam dia lembur karena ada masalah. Jadi, biarkan dulu ya, Bu.""Lembur di kantor dan tidak pulang? Ya ampun. Istri baru sakit malah ditinggal kerja." Ibu Mita jadi kesal sendiri."Bu, Mas Saga kan bukan yang punya perusahaan, jadi wajar jika masih harus sesuai dengan perintah atasannya. Lian tidak apa-apa kok Bu, di rumah juga ada Kulu dan asisten pribadi Mas Saga yang diutus ke sini."Ibu Mita menipiskan bibirnya. "Saga sebenarnya bisa saja membuat perusahaannya sendiri. Ibu sudah bilang sejak dua tiga tahun lalu, tapi dia ngeyel tetap ma