Di dalam kamar hotel setelah kepergian Ben. "Ini!" Rosalia mengulurkan tangannya pada Ernest, mengembalikan kartu hitam milik Ernest yang baru saja ia keluarkan dari saku jaketnya. "Aku tidak membutuhkannya," tukasnya. Ernest melirik kartu tersebut sesaat, lalu menatap Rosalia dengan kedua alis menyatu di tengah. "Kartu itu milikmu, Rosi. Aku mengajukan pembuatan kartu itu sehari setelah kita bertemu di Klub.""Hah?! Kartu ini atas namaku? Ta... Tapi Ernest, mengapa? Mak-maksudku, sehari setelah kita bertemu di Klub? C'mon, apakah kamu sudah merencanakan hal ini sejak lama?"Ernest tersenyum tipis, meraih pinggang ramping Rosalia yang berdiri tepat di hadapannya dan menarik tubuh mungil itu agar semakin mendekat padanya. Dalam tampilan santainya seperti sekarang, tubuh Rosalia terlihat sangat indah baginya. Kaki ramping Rosalia yang panjang terlihat semakin jenjang dalam balutan jeans, sementara tubuh mungil Kekasihnya ini dengan dua gundukan berukuran sedang di bagian dada-- Tampa
Keesokan harinya, usai sarapan pagi bersama di restoran hotel, Ernest mengajak Rosalia, Ben dan semua Bodyguard yang mengikuti dirinya untuk meninggalkan Dubai. Karena kedatangannya ke Dubai semula hanyalah untuk memantau telah berjalan sejauh mana proyek yang ia kerjakan. Sisanya, sudah ia percayakan pada Cedro dan kedua rekan bisnisnya. Pukul 8.15 ia bersama yang lain akhirnya telah berada di kabin pesawat pribadinya, pesawat yang selalu ia pergunakan untuk bepergian ke berbagai belahan Dunia di mana tempat cabang perusahaan bisnisnya berada. Dari Dubai menuju kota kelahirannya memakan waktu sekitar 7 jam, dan Ernest mempergunakan waktu tersebut untuk beristirahat setelah semalam suntuk ia mengajak Rosalia untuk melayani dirinya. Meskipun awalnya Rosalia terus menolaknya. Namun Ernest sudah mengetahui kelemahan Kekasih kecilnya itu, hingga ia bisa membuat Rosalia takluk di bawah kungkungannya. "Tidurlah! Kamu sudah cukup lelah semalam," nasehatnya pada Rosalia yang sedang menatap
"Apa yang terjadi, Tuan?" Ben mensejajari langkah Ernest yang baru saja meninggalkan ruang kerja Tuan Besar Gail dengan wajah merah padam. Sangat jelas di matanya kalau Ernest saat ini tengah mencoba menahan kemarahannya. Kemarahan yang sangat mengerikan baginya. "Bagaimana tentang laporan proyek di Dubai, Ben?" tanya Ernest tanpa mengacuhkan pertanyaan Ben. "Aku telah menyerahkannya pada Asisten Tuan Besar, Tuan." Sahut Ben. Asisten berwajah tampan ini terus memperhatikan wajah Ernest, seiring dengan itu rasa takut mulai memenuhi benaknya. Sebelumnya, Ben pernah berjanji di dalam hatinya, jika Ernest tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan Tuan Besar Gail-- Ia tidak akan segan-segan untuk membawa Rosalia pergi meninggalkan kota ini. Ia, hanya tidak ingin Rosalia bernasib sama seperti Isabelle. Dan kini, melihat ekspresi Ernest-- Ia pun mulai mempersiapkan dirinya. Walau harus terusir dari Gail Group, ia tidak akan pernah membiarkan sesuatu terjadi terhadap Rosalia. "Dan wanita
[Rosi, terima kasih Tuhan. Akhirnya kamu mengangkat telpon Ibu]Suara Elizabeth, Ibunya-- Menyapa indera pendengaran Rosalia di saat ia mengangkat panggilan ketika ia mendengar ponselnya berdering. Saat ini pukul 7 lewat sedikit, namun Ernest tak juga kunjung pulang. Di tengah ia termangu menunggu Ernest, saat itulah tiba-tiba suara dering ponselnya terdengar. "Ibu, ada apa?" tanyanya dengan kening berkernyit. [Oh, Rosi sayang. Sejak Rose kembali ke Kota ini, mengapa Ibu tidak bisa menghubunginya? Apakah telah terjadi sesuatu pada Rose?]"Eng, Ibu. Aku tidak tinggal bersama Rose. Selain itu, Ibu tahu 'kan kalau Rose sedang menjalani perkenalan dengan Oliver dan juga Edward di Mansion Tuan Ernest?" demi menutupi hubungannya dengan Ernest, hingga saat ini Rosalia selalu memanggil Ernest dengan sebutan Tuan jika ia sedang berbicara dengan kedua orang tuanya. Lagipula, menurutnya ini belum saatnya ia mengatakan tentang hubungannya dengan Ernest kepada Ayah dan Ibunya. [Ibu tahu, tapi.
Bukk!! Rosalia meninju perut Edward, hingga ciuman Edward terlepas dari bibirnya di saat Edward membungkukkan tubuhnya karena menahan rasa sakit. Bahkan dengan kasar ia mengusap bibirnya dengan punggung telapak tangan kanannya untuk menghapus bekas kecupan Edward. Kecupan beraroma mints yang hampir berhasil membuatnya terlena. Tapi Edward bukan Ernest! Dan ia benci ketika pria ini menyentuhnya seenaknya."Jangan lakukan hal itu lagi padaku, jika tidak..." Ia memasang kuda-kuda di hadapan Edward. Bersiap jika pria ini akan mendekatinya kembali. Menyaksikan sikap waspada Rosalia, Edward justru berdecak gemas. Ia suka gadis ini, sangat suka! Karena Rosalia liar dan tangguh, seperti gadis Rodeo yang mampu menaklukkan banteng ganas. "Rosi," panggilnya seraya menegakkan tubuhnya, namun tetap mengusap perutnya yang masih berdenyut nyeri. Tidak pernah ia duga jika pukulan Rosalia yang berasal dari kepalan mungil gadis itu ternyata cukup keras. Padahal, ia sempat mencemaskan Rosalia ketika
Pukul 9 malam di Mansion Ernest. Di hadapan Ernest, Ben, dan Oliver, saat ini Rose sedang duduk di sofa ruang tamu dengan kepala tertunduk menatap lantai. Sejak ia tersadar dari pingsan, setelah sore ini Ernest membuatnya ketakutan setengah mati dan langsung menyeretnya keluar kamar setelah ia tersadar-- Ia, benar-benar tidak berani menatap pria berwajah tampan itu.Berhadapan dengan Ernest sekarang, membuat ia tidak berkutik di bawah tatapan tajam pria itu yang seakan ingin membunuh dirinya. Padahal ia sendiri tidak mengerti apa kesalahannya. Bukankah ia hanya menjalankan permintaan dari Tuan Besar Gail? Yah, meskipun memilih Ernest adalah permintaan Tuan Besar Gail, namun ia menyetujuinya karena ia benar-benar telah jatuh cinta pada Ernest.Selain itu, ketika ia mengetahui bahwa Ernest juga merupakan salah satu dari kandidat calon Tunangannya-- Ia tentu tidak akan berpikir panjang lagi.Baik, daripada saudaranya Edward yang pernah ia sukai, sebenarnya Oliver juga adalah kandidat ter
Malam telah semakin larut, namun pencarian Ernest, Ben, dan Oliver terhadap Rosalia tidak juga membuahkan hasil. Hingga pada pukul 2 pagi, Oliver pun memutuskan untuk kembali ke Mansion. Sedangkan Ernest kembali ke griya tawang bersama Ben, terus menyesali kebodohannya yang tidak pernah memikirkan bahwa Rosalia akan menyusulnya ke Mansion. Ia bahkan memarahi semua Bodyguard yang telah ia perintahkan untuk menjaga Rosalia agar tetap berada di griya tawang. Sebenarnya, siang ini ia sudah sadar kalau Kekasihnya itu sudah mulai curiga padanya ketika ia mengatakan kalau ia harus ke Mansion Ayahnya. Saat itu, Rosalia sempat bertanya padanya tentang apa yang ia dan Ben coba tutupi dari Kekasihnya itu. Dan jawabannya... "Tidak ada yang kututupi darimu, Baby. Lagipula aku telah mengatakan semua yang ingin kamu ketahui. Jadi... Percayalah padaku, oke?"Meski Rosalia mengangguk, Ernest sama sekali tidak menduga jika Kekasihnya itu akan menyusulnya ke Mansion. Dalam hal ini ia memang salah karen
Setelah hanya bisa memejamkan mata 1 jam, pagi-pagi sekali usai membersihkan tubuhnya dan mengenakan pakaian santai-- Edward pun meninggalkan kamarnya lalu mengetuk pintu kamar Oliver. Saat pintu kamar terbuka, penampilan Oliver ternyata tak jauh berbeda dari dirinya.Meski, setelan mewah kini sudah membalut tubuh Saudara lelakinya itu, namun lingkaran hitam tampak di bawah mata Oliver. Yang menandakan bahwa Saudaranya ini kemungkinan juga tidak bisa tidur nyenyak semalam."Aku ingin bicara padamu." Tanpa menunggu persetujuan dari Oliver, Edward menerobos masuk ke dalam kamar Saudara lelakinya itu. Membuat Oliver yang menyaksikan raut wajah seriusnya sontak menautkan kedua alisnya. "Tutuplah kamarnya, Oliver. Karena apa yang ingin kukatakan padamu sekarang, sebaiknya tidak didengar oleh orang lain."Oliver memenuhi permintaan Adiknya itu dan segera menutup pintu kamarnya."Aku menemukan Rosi, Kak."Mendengar informasi itu, kelopak mata Oliver sontak melebar. Ia bahkan tergesa-gesa meng