Jangan lupa terus dukung cerita ini yaa Terima Kasih banyak 🙏🙏 Salam sayang dari Author Augusta.R / Ryu_kirara
Edward mendatangi Sammuel yang sedang memeriksa tanda vital Risha yang saat ini sedang terbaring lemah di ruang rawat intensif yang berada di Rumah Sakit di Markas Utama. “Apa ada perkembangan? Bagaimana keadaannya?” lirih Edward yang duduk di tepi brankar Risha. Sammuel menoleh sekilas kearah Edward yang tengah memegang tangan kekasihnya dan memberikan beberapa kecupan lembut di punggung tangan Risha. “Masa kritisnya sudah lewat, tadi dia juga sudah siuman sebentar, sekarang dia sedang tertidur akibat efek obat yang Demian berikan. Dia sempat mencarimu tadi,” jawab Sammuel yang tengah mencatat tanda-tanda vital dari Risha yang terdapat pada Vital Sign Monitor. “Aku senang kau mau memakai sneli putih itu lagi, itu lebih cocok untukmu, Samm,” lirih Edward sambil yang menoleh ke arah Sammuel dan memperhatikan adiknya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Terlihat sangat begitu gagak dan rupawan dengan sneli putih yang melekat di tubuhnya. “Terlambat! Kau adalah orang yang kesekian bi
Dorothea melewati Axelo yang sedang sibuk mengutak-atik benda pipih di tangannya, jangankan menyapa menolehpun tidak, yang membuat Axelo menjadi begitu kesal karena diacuhkan oleh istrinya.Di tariknya tangan Dorothea kemudian membawa Dorothea menuju mobilnya dan membawa Dorothea pergi meninggalkan Markas Utama.“Katanya wanita ini gila, kenapa masih diajak pergi?” sindir Dorothea sambil melipat tangan di dada tanpa sedikitpun menoleh kerah Axelo yang masih terlihat kesal.“Pasang sabuk pengamanmu!” pekik sinis Axelo yang terlihat masih sangat kesal, sedangkan Dorothea hanya diam saja menanggapi ucapan suaminya yang membuat Axelo melepas sabuk pengamannya dan bergerak mendekati Dorothea, “jangan pernah menguji kesabaranku, Sayang!” lirih berat Axelo yan memasangkan sabuk pengaman kerah Dorothea sambil mencuri ciuman dari Dorothea dengan sedikit kasar dan memaksa. “Tunggu sampai di rumah!” lirih Axelo sambil tersenyum tipis penuh makna.Dorothea hanya bisa menghembuskan napas panjang s
“Apa kita masih mau menunggu di sini?” lirih Demian dengan hati-hati sambil melirik kearah Sammuel yang berdiri bersandar tembok sambil memejamkan matanya. Demian tahu sekali jika pria yang saat ini berada di sampingnya ini sudah teramat lelah, hampir seminggu ini Demian tak pernah melihat Sammuel beristirahat sama sekali, bahkan untuk merebahkan diri untuk meluruskan kaki saja tak bisa. Karena pekerjaan di Markas Pusat sungguh teramat menyita waktu Sammuel, di tambah sekarang hanya Sammuellah yang menangani kondisi Tunangan Edward seorang diri. Walaupun Demian masih membantu tapi segala perkembangan serta penanganan medis dan obatpun masih dalam kendali Sammuel penuh. Demian ingin sekali berucap tetapi masih terasa sungkan dengan Sammuel yang sepertinya tengah mencuri waktu beristirahat sejenak, terlebih mungkin dalam otak Sammuel banyak sekali hal-hal yang mengganjal pikirannya, seperti kejadian yang baru saja Demian alami yakni terbongkarnya Rahasia yang hampir empat tahun ini De
“Apa kau tak lelah?” lirih Risha yang masih bersandar di pelukan Edward. Mereka berbagi ranjang hampir melewati tengah malam hanya dengan saling pandang dan berbicara dari hati ke hati.Edward hanya menjawab dengan memberi beberapa kecupan lembut yang mendarat di hampir seluruh wajah Risha.Tak ada suara apapun yang terdengar, hanya hembusan napas hangat Edward yang beraroma mint bercampur aroma maskulin dari parfum Edward yang menerpa indera penciuman Risha sejak tubuh kekar Edward menjadi sandarannya.Hampir beberapa jam mereka berdua masih betah dengan posisi yang sama, bukan mau Risha sebetulnya, tetapi rangkulan lengan kekar Edward yang sedari tadi tak mau lepas dari pinggang Risha sejak kepergian Sammuel dan Demian yang datang berkunjung dan memeriksa kondisi Risha.“Aku sedang menikmati dan mengagumi pahatan sempurna yang Tuhan ciptakan,” lirih Edward yang lagi-lagi mencuri beberapa ciuman dari bibir Risha disertai beberapa kecupan lembut yang mendarat di hampir seluruh wajah R
“Morning!”“Morning!” jawab Risha dan berbalik melihat siapa yang tengah menyapanya, ternyata Sammuel yang datang ke ruang rawat inap dengan setelan sneli putih yang terlihat sangat cocok untuk Sammuel kenakan. Terlihat sangat berbeda sekali penampilannya dari pada bisanya jika Sammuel mengenakan sneli putih yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap Dokter ketika mengenakannya.“Kemana, Kakak?” lirih Sammuel yang mencoba memindai seluruh sudut ruangan tetapi tak menemukan sosok Edward di manapun sejauh mata Sammuel mengedarkan pandangan.“Tadi ada Demian kesini, dia pergi bersamanya setelahnya,” jawab Risha yang masih berdiri memandang pemandangan dari jendela kamar tempatnya dirawat yang menyajikan pemandangan laut lepas dengan beberapa kapal besar yang melintas silih berganti.Sammuel mencuri-curi pandang ke arah Risha yang masih menatap hamparan laut tanpa bergeming sedikitpun, tatapannya seakan kosong dengan pikiran yang sudah berkelana entah kemana. Kerutan di kening Sammuel
“Baiklah, sekarang istirahatlah. Maaf telah menganggu waktu istirahatmu,” ucap Sammuel yang membereskan perlengkapan dan peralatan yang di bawa Sammuel untuk memeriksa kondisi Risha. Tak terasa sudah lebih dari 3 jam mereka saling bicara dan ngobrol dengan sangat santai dan saling bertukar cerita. Jika di telisik lebih dalam, ini bukan seperti Sammuel yang biasanya. Melainkan ini seperti sosok Sammuel yang lain dari pada biasanya. Ngobrol disertai tawa lirih dengan senyum merekah memang bukan seperti Sammuel yang di kenal semua orang, bahkan Sammuel sendiri sedikit bingung dengan dirinya sendiri, kenapa berbincang dan bertukar cerita dengan Risha rasanya seperti sedang bercerita dan berbagi pengalaman serta berbagi keluh kesah dengan seorang sahabat yang sudah lama akrab. “Tidak, seharusnya aku yang berterima kasih padamu, Samm.” “Jangan sungkan, jika butuh bantuan atau ada keperluan tekan tombol di samping brankarmu. Tapi buat apa juga, pasti Kakakku tak akan membiarkanmu sendirian
“Apa ada lagi yang kau inginkan?” lirih Edward yang sedang merangkul erat pinggang Risha, mereka masih betah berbagi ranjang yang sama. Bukan mau Risha melainkan, lagi-lagi pria kekar yang berstatus sebagai tunangan Risha yang tak memberi ruang dan jarak sedikitpun untuk berjauhan dengan gadis pujaannya itu.“Jika aku mau kau duduk sendiri di sofamu sendiri, apa kau mau?” lirih Risha sambil menoleh sekilas ke arah Edward yang tersenyum lebar kala mendengar jawaban spontan dari kekasihnya yang terlihat sedikit kesal dan sebal.”Aku tak mau dan tak akan mau!” bisik lirih Edward yang semakin mengeratkan rangkulannya sambil melayangkan beberapa kecupan di pundak Risha dan ceruk leher milik Risha. "Sayang, jangan pernah menyuruhku sepeti itu, karena aku tak akan pernah mau, tak akan pernah!”“Sudah kuduga! Apapun yang akan ku minta pasti tak akan pernah kau kabulkan,” jawab Risha yang hanya bisa memejamkan kan merasakan geleyar rasa aneh yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya akibat sikap sed
“Seharusnya kau istirahat total, Ed. Kondisimu semakin memburuk akhir-akhir ini. Asal kau tahu, Demian sungguh khawatir padamu. Dia berkali-kali sudah menyerah dan ingin mengatakan pada Sammuel ketika mereka bekerja bersama. Tetapi ia urungkan, karena dia sudah berjanji padamu,” cerocos Axelo yang menemani Edward memeriksa berkas di kantornya. “Aku salut dengan anak itu, Dia sungguh hebat. Bersabarlah! Bukankah Aku sudah berjanji pada Dorothea akan mengatakan yang sebenarnya pada Sammuel nanti, ketika Risha sudah lebih baik dan stabil kondisinya,” jawab Edward yang masih mengamati lembar demi lembar berkas yang menumpuk di mejanya. “Tapi, sampai kapan, huh? Kenapa kau sangat keras kepala sekali,” pekik kesal Axelo sambil melempar berkas di atas meja yang berada di depannya. Axelo memandang Edward dengan tatapan yang penuh kekesalan. “Please, Ed!” “Jangan seperti itu, Xel. Masih banyak yang belum aku persiapkan untuk Sammuel, setidaknya bila sudah saatnya nanti, Adikku tak terbebani