"Neng udah sholat?" tanya Yuni usai melaksanakan sholat maghrib."Belum, Bu," jawabnya."Yaudah, tinggal aja dulu. Sholat dulu gih, tuh barengan sama Wulan," titah Yuni mengambil alih apa yang tengah Santi kerjakan.Santi segera bangkit berdiri untuk mengambil wudhu. Saat di kamar mandi, dia berpapa
Rida dan Santi duduk saling berhadapan dengan nyaman di atas tempat tidur Rida. Memutuskan untuk berbicara dari hati ke hati masalah yang tengah membuat kedekatan keduanya berjarak."Teteh minta maaf sama kamu, tapi beneran Teteh enggak pernah tahu cerita kedekatan kalian dulu. Bahkan, Teteh juga en
Begitulah Santi, rela mengorbankan perasaannya sendiri demi orang lain. Mendengar pengakuan itu, Rida semakin merasa bersalah karena telah merasa marah dan berprasangka kurang baik terhadap Santi."Ya, jangan atuh, Teh, kasihan A' Bintang tauk," Keduanya lantas tertawa bersama, menertawakan hati me
Arum berjalan mondar-mandir di depan ruang ICU dengan gelisah. Hatinya tak tenang terlebih mendengar langsung jeritan pilu Rusminah saat dia mengabarkan kondisi Dimas beberapa waktu lalu.Sambil menangis, Rusminah memaksa akan datang ke rumah sakit detik itu juga, tetapi Arum melarangnya. Kondisi Ru
Malam panjang dilalui Arum, Rahma dan juga Rusli di depan ruang IGD. Tak ada satupun dari mereka yang bisa memejamkan mata barang sebentar saja. Alhasil, pagi menjelang siang ini mereka mengantuk sekali."Kalian istirahat saja dulu, biar Aa' yang jaga di sini sekalian nunggu Rusdi sama Bibi," titah
"Btw, siapa lelaki beruntung itu, Rum? Warga sini, ya?" cecar Rahma masih penasaran."Enggak, Teh, orang Bandung," jawab Arum memberi clue. Jantungnya berdebar menanti reaksi Rahma. "Bandung? Iyakah?" kejut Rahma. Arum mengangguk walau Rahma tak mungkin melihat."Berarti selama ini kalian LDR-an, d
"Gimana kondisinya?" tanya Santi saat dia baru saja tiba di rumah sakit. Begitu kabar akan kondisi Dimas yang terus menurun sampai ke telinganya, dia memutuskan untuk segera datang ke rumah sakit walau dia masih libur.Tepat jam 7 malam dia sampai di rumah sakit tempatnya bertugas selama 2 tahun ter
Lewat tengah malam, tepatnya jam 1 dini hari operasi yang bisa dibilang dadakan itu selesai. Sebagai dokter yang tengah menempuh pendidikan spesialis, Santi begitu serius memperhatikan setiap detailnya. Setiap operasi baik besar maupun kecil tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun, karena walau san
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte