Santi tak protes, dia segera menurut dan lekas masuk ke dalam bilik berjalan itu. Melangkah beriringan menuju kamar masing-masing.Sampai di kamar, Adji masih kepikiran dengan orang yang ditunjuk Santi tadi, maka dia memutuskan untuk kembali ke bawah dan menyapanya. Dan benar saja orang yang tadi ma
Angin malam berhembus tenang menghanyutkan, cuaca cerah berbintang tapi udara terasa dingin menusuk tulang.Malam merangkak naik tetapi mata seolah enggan terpejam. Adji, terduduk dengan segala perasaan bercampur aduk. Malam ini adalah malam terakhir dia menyandang status bujang dan esok malam dia t
"Masya Allah, anak Bapak teh cantik pisan!" puji Rusman pada Santi yang kemudian terenyum lebar."Duh, jangan sampai nanti tamu undangan nyangkanya si Neng teh pengantinnya!" kekeh Rusman lagi."Ih, Bapak mah!" rajuk santi malu-malu."Tapi tetap, Ibulah yang paling cantik!" lanjut Rusman merangkul Y
"Sah!""Sah!""Alhamdulillah ... "Lantunan handalah menggema, sebagai pertanda ucapan syukur para saksi atas terikatnya dua anak manusia itu dalam ikatan halal di mata agama.Tangis haru orang tua Syafa mengiring berpindahnya tanggung jawab atas sang putri kepada pemilik surganya yang baru. Pun den
Serangkaian acara resepsi yang kental dengan nuansa kekeluargaan yang begitu hangat itu telah usai terlewati. Seluruh tamu undangan larut dalam kebahagiaan sang pemilik acara. Meski, ada beberapa yang menunjukkan eskpresi tak suka atas kebahagiaan pernikahan Adji dan Syafa itu.Namun begitu, tak mem
Cup,Bibir ranum Adji mendarat di wajahnya, memberikan kecupan singkat di pipi kanannya. Menghadirkan rasa yang tak bisa dia jelaskan.Tak hanya Syafa yang wajahnya memerah, Adji sang pelaku penciuman singkat pun merasa wajahnya memanas. Ia sudah terbiasa mencium pipi gadis -Santi maksudnya- dan ras
"Udah?""Apanya?""Itu ... "Adji mendelik kesal mendengar pertanyaan tak bermutu dari mulut Reyhan. Sontak bantal sofa melayang tepat mengenai wajah suami Nicole itu. Reyhan justru terbahak melihat Adji yang wajahnya sudah semerah kepiting rebus."Sial*n, Lu! Gak ada pertanyaan lain apa?" gerutu Ad
***Di lantai berbeda, para orang tua tengah berkumpul untuk menikmati sarapan yang benar-benar sarapan."Anak-anak belum turun, Bu Yuni?" tanya Zahra yang memilih duduk bersama besannya itu."Sepertinya belum, Bu Zahra." jawab Yuni mengulas senyum, melihat besannya yang begitu anggun itu. Dalam hat
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte