Naira telah sampai pada rumah sakit yang tempatnya berada di kota Jakarta. Ia segera memarkirkan motor dan melepas helmnya. Ia juga menggulung rambutnya ke atas agar terlihat rapi, karena Naira tidak suka ketika rambutnya terurai. Gadis itu berjalan dengan sesekali berlari memasuki rumah sakit.
"Suster? Saya mau nanya dong?” tanya Naira dengan sopan pada seorang suster yang kebetulan sedang melintas. Suster yang mendengar segera menoleh dan berkata, “Iya, Mbak?
“Di sini ada pasien atas nama Gibran Alandra nggak, Sus?”
“Oh, pasien yang kakinya patah itu, ya? Ada di ruangan VIP lantai delapan kamar nomor tiga," jelasnya pada Naira. Naira yang mendengarnya pun refleks terkejut, karena baru saja suster itu mengatakan kalau kaki Gibran patah. Ia terdiam sejenak lalu berkata, “M...Makasih, Suster.” Suster itu tersenyum dan pegi meninggalkan Naira yang masih berdiri mematung.
Naira segera berlari menyusuri rumah sakit un
Bersambung...
Pagi yang cerah dengan suasananya yang sangat sejuk. Ponsel Naira berbunyi di atas nakas berkali-kali sehingga aktivitas tidurnya terganggu. Naira langsung melirik ponselnya sekilas dan meraihnya dengan sesekali memejamkan matanya karena masih mengantuk. Kira-kira siapa seorang yang menelponnya di pagi buta seperti ini? Sangat menganggu acara tidurnya saja, pikir Naira.“Aku pergi dulu ya, Nai? Kamu jangan nangis, nanti jelek tahu!”Itulah isi pesan yang dikirim oleh Gibran Alandra pagi ini. Ya, yang diucapkan Gibran memang ada benarnya. Setelah pulang kemarin Naira menangis di dalam kamar hingga tertidur. Sekuat-kuatnya seseorang pasti akan menangis juga, bukan? Naira segera membelalakkan matanya setelah membaca pesan singkat itu.“Siapa juga yang nangis, bego!” balas Naira dengan berbohong.“Ih! Naira kasar banget sih sama pangeran kodok.” Naira langsung tersenyum geli setelah membaca pesannya, karen
Hai, Naira? Kamu apa kabar di sana?Aku kangen banget pengen bikin kamu kesel lagi.Aku juga pengen cerita banyak sama kamu, Nai.Maafin aku ya. Maaf karena sudah seminggu aku tidak ada kabar. Aku belum bisa pulang ke Indonesia. Oh iya, aku juga udah putus sama Hanum, soalnya dia selingkuhin aku, Nai. Tapi kamu tenang aja, aku nggak apa-apa kok di sini. Surat ini sengaja aku tulis buat kamu.Aku bosan, Nai, aku pengen ke Indonesia. Nanti malam aku mau bilang sama mama biar aku bisa kembali ke sana dan gangguin kamu lagi. Do’ain ya, Nai, semoga aku boleh pulang ke sana.Gimana kamu di sana? Udah punya gebetan? Haha. Kalau udah kamu cerita, ya? Aku siap dengarin semuanya kok. Jangan kelamaan jomblonya, Nai. Nanti kujodohin sama satpam sekolah mau? Haha.Salam rindu,Pangeran kodok yang ganteng seduniaItulah isi sur
Pagi ini para guru mengumumkan adanya kegiatan ekstrakulikuler atau yang biasanya disebut dengan kegiatan di luar sekolah setelah upacara dilaksanakan. Para siswa-siswi juga masih berbaris dengan sangat rapi. Mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Seorang guru yang tengah berpidato di depan ingin mereka mengikuti kegiatan ekstra yang akan diadakan mulai minggu ini, dengan cara setiap kelas harus memiliki perwakilannya masing-masing. Kegiatan yang baru ditambahkan ini adalah ekstra seni bela diri, basket, dan juga dance.Naira yang kebetulan menguasai seni bela diri pun pasti akan ditunjuk oleh Alisya yang kebetulan adalah ketua kelasnya. Ia tampak menghembuskan napasnya dengan kasar dan berkata, “Udah ketebak, pasti gue.” Dengan mengalihkan pandangannya ke samping.“Ketua kelas di kelas sepuluh silahkan angkat tangannya!” teriak seorang guru yang berpidato tadi. Beliau adalah kepala sekolah.“Saya, Bu!” jawa
Kedua gadis itu sedang menikmati makanannya di kantin sekolah. Akan tetapi, Naira melamun sejak tadi karena perasaannya yang resah karena kepikiran Gibran. Ia rindu akan gangguan yang biasanya dilakukan oleh Gibran. Alisya yang melihat temannya melamun mulai merasa kesal. Ia membuka botol minuman untuk mengambil sedikit air, dengan tersenyum simpul Alisya mulai mencipratkan air yang berada ditangannya sehingga Naira terkejut.“Apaan sih lo! Basah nih baju gue!” jerit Naira dengan penuh emosi.“Makannya jangan ngelamun terus!” cetus Alisya dengan mengibaskan rambut panjangnya. Naira langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia ingin ke kamar mandi tanpa berpamitan ke Alisya yang masih sibuk dengan makanannya.Setelah sampai di kamar mandi, Naira mendapati Kevin yang mengikutinya dari arah belakang. Naira bingung, kenapa Kevin malah mengikuti dirinya? Padahal Naira akan menuju ke toilet wanita.Lima menit setelahnya, Naira sudah ke luar
Alisya tampak kebingungan karena tidak ada kabar dari sahabatnya. Apalagi Naira tidak masuk sekolah pagi ini. Ia juga sudah menghubungi kakak lelaki Naira, tapi Dirga tidak segera mengangkat teleponnya. Bahkan Farrel pun berkata kalau Kevin juga tidak masuk sekolah. Ke mana mereka berdua? Alisya mondar-mandir tidak jelas di kantin sekolah. Makanannya diabaikan begitu saja sampai dingin. Farrel menatap Alisya dengan dahi yang mengerut.“Kamu kenapa, Sya?” tanya Farrel. Namun gadis itu belum juga merespon ucapan Farrel. Bisa jadi bahwa Alisya sudah terhanyut ke dalam pikirannya.“Alisya?” panggil Farrel lagi.“Alisya cantik?”Alisya yang mendengar dirinya dipuji pun langsung berhenti mondar-mandir. Ia refleks menoleh ke arah Farrel yang sudah tersenyum lebar. Sangat tampan. Alisya menggaruk tengkuh lehernya dengan tersenyum kecut dan berkata, “I..Iya?”“Nggak kenapa-kenapa kok, kamu yang kenapa mo
“Pagi Alisya?”Farrel mendekat dengan senyumnya yang manis. Pagi ini Alisya berdiam diri di taman sekolah. Gadis itu tampak bosan karena sahabatnya yang belum juga ke luar dari rumah sakit. Jika saja Alisya memaksa untuk mengantarkannya waktu itu, mungkin Naira tidak akan sampai terbaring di rumah sakit sekarang.“Kamu mikirin Naira, ya?” tanya Farrel lagi karena sapaannya tidak kunjung dijawab. Alisya masih saja terdiam tidak menghiraukan ucapan Farrel. Ia sibuk mengoperasikan ponselnya dengan memasang earphone di kedua telinganya.“Alisya!” teriak Farrel yang membuat Alisya terkejut. Bahkan ponselnya pun terjatuh ke tanah. “Ih! Kamu kenapa teriak sih!” Alisya berteriak dengan kening yang mengerut. Ia sangat kesal, karena hampir saja ponselnya masuk ke saluran pembuangan air.“Iya, iya maaf,” kata Farrel dengan menyatukan tangannya.“Untung aja HP-nya nggak masuk ke situ,&r
Tidak terasa sudah banyak hari yang terlewati, bahkan tahun sudah berganti. Saat ini Naira dan Alisya sudah menginjak bangku kelas sebelas SMK. Tahun di mana dirinya akan sangat sibuk mempersiapkan diri dengan banyak belajar karena akan dilakukannya praktik kerja industri di rumah sakit. Tanpa adanya Gibran yang akan menemaninya tahun ini. Entah kapan dirinya akan kembali.Saat ini Naira dan Alisya berada dalam kelas. Naira sedang asik membaca novel best seller keluaran terbaru. Berbeda dengan Alisya, ia sibuk dengan pacar barunya, yaitu Farrel yang saat ini duduk di sampingnya. "Pacaran jangan di kelas woi!" sindir Naira dengan berteriak. Mereka sangat berisik dan tentunya mengganggu aktivitas Naira yang sedang membaca novel."Syirik aja lo jomblo," ujar Farrel."Mending jomblo daripada pacaran nggak ngasih PJ."Jleb!Mereka berdua terdiam lalu menoleh ke arah Naira. Mungkin merasakan sindiran dari perkataan Naira. Memang benar y
"Naira pulang!" teriaknya setelah masuk ke dalam rumah. Gadis itu menyandarkan badannya ke kursi tamu dan memejamkan mata. Ia sangat lelah, apalagi di jalan sangat macet."Capek, ya?" Naira mengerutkan keningnya setelah mendengar suara yang tak asing lagi baginya. Perlahan Naira membuka matanya dan menoleh ke sumber suara tadi. Naira refleks melotot dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Gadis itu sangat tidak percaya dan langsung berlari ke sumber suara tadi. Gadis itu memeluk Gibran dengan sangat erat dan air matanya menetes di kedua pipinya."Kenapa, Nai? Kok nangis sih, kangen, ya?" tanya Gibran dengan kening yang berkerut. Sudah tahu rindu masih saja bertanya. Dasar lelaki menyebalkan, pikir Naira.Bugh!"Kangen lah bodoh, pakai nanya lagi," kata Naira dengan memukul dada bidang Gibran. "Aku juga kangen sama kamu tahu! Masa dari semester satu aku pergi nggak pernah ketemu kamu lagi sampai sekarang kamu udah kelas sebelas, hehe.” Gi