Beranda / Romansa / 1095 Days! / BAB 18 - Rumah Sakit

Share

BAB 18 - Rumah Sakit

Penulis: SYLVIAAZ
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-09 19:16:28

Naira telah sampai pada rumah sakit yang tempatnya berada di kota Jakarta. Ia segera memarkirkan motor dan melepas helmnya. Ia juga menggulung rambutnya ke atas agar terlihat rapi, karena Naira tidak suka ketika rambutnya terurai. Gadis itu berjalan dengan sesekali berlari memasuki rumah sakit.

"Suster? Saya mau nanya dong?” tanya Naira dengan sopan pada seorang suster yang kebetulan sedang melintas. Suster yang mendengar segera menoleh dan berkata, “Iya, Mbak?

“Di sini ada pasien atas nama Gibran Alandra nggak, Sus?”

“Oh, pasien yang kakinya patah itu, ya? Ada di ruangan VIP lantai delapan kamar nomor tiga," jelasnya pada Naira. Naira yang mendengarnya pun refleks terkejut, karena baru saja suster itu mengatakan kalau kaki Gibran patah. Ia terdiam sejenak lalu berkata, “M...Makasih, Suster.” Suster itu tersenyum dan pegi meninggalkan Naira yang masih berdiri mematung.

Naira segera berlari menyusuri rumah sakit un

SYLVIAAZ

Bersambung...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • 1095 Days!   BAB 19 - Bandara

    Pagi yang cerah dengan suasananya yang sangat sejuk. Ponsel Naira berbunyi di atas nakas berkali-kali sehingga aktivitas tidurnya terganggu. Naira langsung melirik ponselnya sekilas dan meraihnya dengan sesekali memejamkan matanya karena masih mengantuk. Kira-kira siapa seorang yang menelponnya di pagi buta seperti ini? Sangat menganggu acara tidurnya saja, pikir Naira.“Aku pergi dulu ya, Nai? Kamu jangan nangis, nanti jelek tahu!”Itulah isi pesan yang dikirim oleh Gibran Alandra pagi ini. Ya, yang diucapkan Gibran memang ada benarnya. Setelah pulang kemarin Naira menangis di dalam kamar hingga tertidur. Sekuat-kuatnya seseorang pasti akan menangis juga, bukan? Naira segera membelalakkan matanya setelah membaca pesan singkat itu.“Siapa juga yang nangis, bego!” balas Naira dengan berbohong.“Ih! Naira kasar banget sih sama pangeran kodok.” Naira langsung tersenyum geli setelah membaca pesannya, karen

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • 1095 Days!   BAB 20 - Rasa Rindu

    Hai, Naira? Kamu apa kabar di sana?Aku kangen banget pengen bikin kamu kesel lagi.Aku juga pengen cerita banyak sama kamu, Nai.Maafin aku ya. Maaf karena sudah seminggu aku tidak ada kabar. Aku belum bisa pulang ke Indonesia. Oh iya, aku juga udah putus sama Hanum, soalnya dia selingkuhin aku, Nai. Tapi kamu tenang aja, aku nggak apa-apa kok di sini. Surat ini sengaja aku tulis buat kamu.Aku bosan, Nai, aku pengen ke Indonesia. Nanti malam aku mau bilang sama mama biar aku bisa kembali ke sana dan gangguin kamu lagi. Do’ain ya, Nai, semoga aku boleh pulang ke sana.Gimana kamu di sana? Udah punya gebetan? Haha. Kalau udah kamu cerita, ya? Aku siap dengarin semuanya kok. Jangan kelamaan jomblonya, Nai. Nanti kujodohin sama satpam sekolah mau? Haha.Salam rindu,Pangeran kodok yang ganteng seduniaItulah isi sur

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • 1095 Days!   BAB 21 - Menunggu

    Pagi ini para guru mengumumkan adanya kegiatan ekstrakulikuler atau yang biasanya disebut dengan kegiatan di luar sekolah setelah upacara dilaksanakan. Para siswa-siswi juga masih berbaris dengan sangat rapi. Mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Seorang guru yang tengah berpidato di depan ingin mereka mengikuti kegiatan ekstra yang akan diadakan mulai minggu ini, dengan cara setiap kelas harus memiliki perwakilannya masing-masing. Kegiatan yang baru ditambahkan ini adalah ekstra seni bela diri, basket, dan juga dance.Naira yang kebetulan menguasai seni bela diri pun pasti akan ditunjuk oleh Alisya yang kebetulan adalah ketua kelasnya. Ia tampak menghembuskan napasnya dengan kasar dan berkata, “Udah ketebak, pasti gue.” Dengan mengalihkan pandangannya ke samping.“Ketua kelas di kelas sepuluh silahkan angkat tangannya!” teriak seorang guru yang berpidato tadi. Beliau adalah kepala sekolah.“Saya, Bu!” jawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-13
  • 1095 Days!   BAB 22 - Kecelakaan

    Kedua gadis itu sedang menikmati makanannya di kantin sekolah. Akan tetapi, Naira melamun sejak tadi karena perasaannya yang resah karena kepikiran Gibran. Ia rindu akan gangguan yang biasanya dilakukan oleh Gibran. Alisya yang melihat temannya melamun mulai merasa kesal. Ia membuka botol minuman untuk mengambil sedikit air, dengan tersenyum simpul Alisya mulai mencipratkan air yang berada ditangannya sehingga Naira terkejut.“Apaan sih lo! Basah nih baju gue!” jerit Naira dengan penuh emosi.“Makannya jangan ngelamun terus!” cetus Alisya dengan mengibaskan rambut panjangnya. Naira langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia ingin ke kamar mandi tanpa berpamitan ke Alisya yang masih sibuk dengan makanannya.Setelah sampai di kamar mandi, Naira mendapati Kevin yang mengikutinya dari arah belakang. Naira bingung, kenapa Kevin malah mengikuti dirinya? Padahal Naira akan menuju ke toilet wanita.Lima menit setelahnya, Naira sudah ke luar

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • 1095 Days!   BAB 23 - Pasien Yang Tidak Patuh

    Alisya tampak kebingungan karena tidak ada kabar dari sahabatnya. Apalagi Naira tidak masuk sekolah pagi ini. Ia juga sudah menghubungi kakak lelaki Naira, tapi Dirga tidak segera mengangkat teleponnya. Bahkan Farrel pun berkata kalau Kevin juga tidak masuk sekolah. Ke mana mereka berdua? Alisya mondar-mandir tidak jelas di kantin sekolah. Makanannya diabaikan begitu saja sampai dingin. Farrel menatap Alisya dengan dahi yang mengerut.“Kamu kenapa, Sya?” tanya Farrel. Namun gadis itu belum juga merespon ucapan Farrel. Bisa jadi bahwa Alisya sudah terhanyut ke dalam pikirannya.“Alisya?” panggil Farrel lagi.“Alisya cantik?”Alisya yang mendengar dirinya dipuji pun langsung berhenti mondar-mandir. Ia refleks menoleh ke arah Farrel yang sudah tersenyum lebar. Sangat tampan. Alisya menggaruk tengkuh lehernya dengan tersenyum kecut dan berkata, “I..Iya?”“Nggak kenapa-kenapa kok, kamu yang kenapa mo

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17
  • 1095 Days!   BAB 24 - Pulang Tanpa Permisi

    “Pagi Alisya?”Farrel mendekat dengan senyumnya yang manis. Pagi ini Alisya berdiam diri di taman sekolah. Gadis itu tampak bosan karena sahabatnya yang belum juga ke luar dari rumah sakit. Jika saja Alisya memaksa untuk mengantarkannya waktu itu, mungkin Naira tidak akan sampai terbaring di rumah sakit sekarang.“Kamu mikirin Naira, ya?” tanya Farrel lagi karena sapaannya tidak kunjung dijawab. Alisya masih saja terdiam tidak menghiraukan ucapan Farrel. Ia sibuk mengoperasikan ponselnya dengan memasang earphone di kedua telinganya.“Alisya!” teriak Farrel yang membuat Alisya terkejut. Bahkan ponselnya pun terjatuh ke tanah. “Ih! Kamu kenapa teriak sih!” Alisya berteriak dengan kening yang mengerut. Ia sangat kesal, karena hampir saja ponselnya masuk ke saluran pembuangan air.“Iya, iya maaf,” kata Farrel dengan menyatukan tangannya.“Untung aja HP-nya nggak masuk ke situ,&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • 1095 Days!   BAB 25 - Tahun Kedua

    Tidak terasa sudah banyak hari yang terlewati, bahkan tahun sudah berganti. Saat ini Naira dan Alisya sudah menginjak bangku kelas sebelas SMK. Tahun di mana dirinya akan sangat sibuk mempersiapkan diri dengan banyak belajar karena akan dilakukannya praktik kerja industri di rumah sakit. Tanpa adanya Gibran yang akan menemaninya tahun ini. Entah kapan dirinya akan kembali.Saat ini Naira dan Alisya berada dalam kelas. Naira sedang asik membaca novel best seller keluaran terbaru. Berbeda dengan Alisya, ia sibuk dengan pacar barunya, yaitu Farrel yang saat ini duduk di sampingnya. "Pacaran jangan di kelas woi!" sindir Naira dengan berteriak. Mereka sangat berisik dan tentunya mengganggu aktivitas Naira yang sedang membaca novel."Syirik aja lo jomblo," ujar Farrel."Mending jomblo daripada pacaran nggak ngasih PJ."Jleb!Mereka berdua terdiam lalu menoleh ke arah Naira. Mungkin merasakan sindiran dari perkataan Naira. Memang benar y

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • 1095 Days!   BAB 26 - Kejutan [2]

    "Naira pulang!" teriaknya setelah masuk ke dalam rumah. Gadis itu menyandarkan badannya ke kursi tamu dan memejamkan mata. Ia sangat lelah, apalagi di jalan sangat macet."Capek, ya?" Naira mengerutkan keningnya setelah mendengar suara yang tak asing lagi baginya. Perlahan Naira membuka matanya dan menoleh ke sumber suara tadi. Naira refleks melotot dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Gadis itu sangat tidak percaya dan langsung berlari ke sumber suara tadi. Gadis itu memeluk Gibran dengan sangat erat dan air matanya menetes di kedua pipinya."Kenapa, Nai? Kok nangis sih, kangen, ya?" tanya Gibran dengan kening yang berkerut. Sudah tahu rindu masih saja bertanya. Dasar lelaki menyebalkan, pikir Naira.Bugh!"Kangen lah bodoh, pakai nanya lagi," kata Naira dengan memukul dada bidang Gibran. "Aku juga kangen sama kamu tahu! Masa dari semester satu aku pergi nggak pernah ketemu kamu lagi sampai sekarang kamu udah kelas sebelas, hehe.” Gi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24

Bab terbaru

  • 1095 Days!   BAB 50 - Lulus dan Restu

    Kedua gadis itu menyibukkan dirinya di salon. Naira yang tidak terbiasa pergi ke salon hanya mampu menurut oleh perkataan Alisya yang akan mengatur semuanya mulai dari gaun, make up, sampai gaya rambut yang sedang dikerjakan oleh pemilik salon. Alisya terlihat sangat akrab dengan pemilik salon itu, mungkin saja karena Alisya yang sering pergi ke sini dan menjadi pelanggan tetap.Pemilik salon itu sibuk memotong sedikit rambut Naira. Berbeda dengan Alisya yang sibuk menelpon seseorang. Saat Naira melirik Alisya melalui kaca, ia malah menatapnya dengan tersenyum licik. Entah apa yang sedang direncanakannya malam ini. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB dan Naira sudah merasa lelah. Mungkin jika nanti rambutnya di creambath ia akan tertidur sebentar karena masih ada waktu selama tiga jam.Sudah dua jam telah berlalu dan Naira sudah terlihat sangat cantik dengan gaya rambutnya yang baru. Gaya rambut yang sangat pas untuk dipamerkan kepada semua orang ketika sampai di sekolah. Siapa yang

  • 1095 Days!   BAB 49 - Pemilihan Pasangan Promnite

    Hari yang sudah ditunggu-tunggu telah tiba. Ujian telah selesai dan waktunya para murid kelas 12-AKS bersantai di ruang kelasnya masing-masing. Seharian ini full dengan jam kosong. Mereka bertiga sibuk bermain kartu ‘Truth Or Dare’ dengan Alvalino yang saat ini sedang meneria tantangan dari Naira. Gadis itu menyuruh Alvalino menggunakan lipstiknya Alisya di kelopak mata dan juga bibirnya. Siapa pun murid yang melihat Alvalino seperti itu langsung tertawa terbahak-bahak. Karena wajahnya terlihat sangat cantik. Bahkan Alisya dan Naira kalah cantik sekarang. Sial, bisa-bisanya seorang lelaki mendahului kecantikan seorang gadis. Alisya melirik tajam ke arah Alvalino karena merasa iri dan gagal menjadi gadis cantik. “BATU, KERTAS, GUNTING!” Mereka semua serempak berteriak. Yang kalah sekarang adalah Naira lalu memilih ‘Dare.’ Saat gadis itu membuka kartu ia langsung mendelik karena di sana sudah tertulis ‘Peluk seseorang yang berada di sampin

  • 1095 Days!   BAB 48 - Gibranku Sayang

    Naira sedang bersantai di dekat kolam ikan dengan memejamkan matanya dan duduk di sebuah kursi. Hari ini sudah hari minggu dan ia merasa sangat bosan. Terlebih lagi ucapan dari papanya Gibran selalu mengganggu isi pikirannya. Hal itu membuat Naira sangat ingin tahu isi di dalam paket yang sedang dikirim padanya. Semoga saja bukan bom, pikir Naira. Suasana di pagi ini sangatlah mendukung dengan Naira yang sudah mandi tentunya. Hal yang sangat jarang terjadi ketika gadis itu mandi di hari libur, bukan? Yang merubahnya seperti ini adalah Gibran Alandra yang selalu menyuruhnya untuk mandi walaupun di hari libur sekali pun. Maka dari itu, Naira sudah terbiasa dengan yang namanya mandi pagi di saat hari libur. “Neng? Ayo sarapan dulu!” Kakak lelakinya berteriak dan selalu saja mengganggu ketenangan Naira. Gadis itu hanya terdiam sejenak lalu berkata, “Gue nanti aja, Bang!” Dirga langsung tidak berselera makan ketika mend

  • 1095 Days!   BAB 47 - Bio Alandra

    Seluruh murid tampak sibuk belajar di bangkunya masing-masing. Bahkan Naira yang tak ingin kalah pun belajar sangat giat kemarin malam. Sampai rambutnya terlihat acak-acakan seperti orang gila yang kabur dari RSJ. Alvalino yang baru saja datang dan langsung duduk di samping Naira pun tertawa terbahak-bahak melihat wajah Naira yang sangat lesu. Alisya datang dengan bersenandung ria lalu berjalan tanpa memperdulikan Naira dan Alvalino yang masih saja tertawa. Saat Naira mulai kesal, ia menggebrak mejanya yang membuat Alisya langsung terkejut dan menghentikan langkah kakinya. Hal itu membuat Alisya segera menoleh ke arah Naira untuk memarahinya habis-habisan. Tapi ia malah tertawa terbahak-bahak karena rambut Naira yang terlihat sangat kacau hari ini. “Rambut lo kenapa kusut banget sih, Ra?” tanya Alisya lalu tertawa kembali. Naira tidak memperdulikan pertanyaan itu lalu bangkit dari tempat duduknya untuk segera pergi dari sana. Padahal jam

  • 1095 Days!   BAB 46 - Setelah Tanpamu

    Sudah dua minggu berlalu Gibran Alandra meninggalkan semua orang. Hari-hari Naira sangat membosankan. Tapi untungnya ia memiliki Alvalino dan Alisya yang selalu siap menemaninya kapan saja. Jujur saja, Naira masih tertekan atas pengakuan Gibran waktu itu, tapi ia juga tidak ingin terus-menerus terlarut ke dalam kesedihan. Seorang gadis duduk di gazebo dengan membuka novel tebal yang sudah lama sekali tidak dibacanya. Dengan sebotol air mineral dan juga ponsel yang tergeletak dengan earphone yang sudah tersambung. Ia sangat menikmati dentuman suara music yang sedang diputarnya melalui ponsel. Lelaki datang dan mendekat ke arah gadis itu untuk mengacaukan semuanya. Bahkan lelaki itu mencabut kabel earphone yang tadinya tersambung di ponsel Naira. Gadis itu langsung kesal karena ketenangannya diganggu terus-menerus. Jika sekarang Alvalino, mungkin saja nanti berganti jadi Alisya yang mengganggunya. “Lagi baca apa sih,

  • 1095 Days!   BAB 45 - Penyakit Yang Mematikan

    Sudah satu jam setelah Naira melakukan check-in. Saat ini ia sudah di waiting room dengan Alisya yang sudah berada di sampingnya. Tapi anehnya sudah ada Alvalino yang juga ikut karena dipaksa oleh kakak lelakinya. Ia tidak ingin adiknya mengalami hal nuruk di negara orang lain. Maka dari itu, Dirga sudah menyiapkan semua keperluan mereka bertiga sebelum berangkat. “Naira?” panggil Alvalino yang sudah duduk di samping Naira. Gadis itu langsung menoleh ke arah Alvalino yang sudah terlihat begitu grogi dengan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. “Ehem! Ehem!” Alisya mengacaukan suasana dengan pura-pura batuk. Mungkin ia merasa iri karena kekasihnya tidak berada di sampingnya sekarang. Lebih tepatnya sudah berada di Paris dengan Gibran yang sedang terbaring di rumah sakit. Naira menatap kosong ke depan dengan pikiran yang sudah tidak beraturan. Ia sangat ingin tahu apa yang sudah terjadi pada Gibran. Apalagi sa

  • 1095 Days!   BAB 44 - Pengakuan Dirga

    Dirga berjalan dengan nampan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh asisten rumah tangganya. Di atas nampan sudah terdapat semangkuk bubur ayam dan segelas susu rasa coklat kesukaan Naira. Lelaki itu berdiri di depan kamar Naira dengan sesekali mengetuk pintu kamar adiknya yang masih tertutup sejak satu bulan ini. Belum ada yang dapat menghiburnya sekarang. Lebih tepatnya tidak ada yang menghibur karena dirinya sudah kehilangan sang mood booster. Satu bulan yang lalu setelah Dirga mengertahui adiknya pulang dalam keadaan mata sembab, dari sana lah lelaki itu sudah dipenuhi oleh rasa emosinya yang sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Tidak perduli sedang malam, Dirga sudah bergegas pergi saat itu untuk mencari keberadaan Gibran Alandra. Dipukulnya lelaki itu sampai babak belur, sehingga tidak dapat berjalan. Bahkan sampai kaki dan hidungnya patah. Tidak ada satu orang pun yang dapat menghentikan Dirga. Bahkan adiknya saja sangat kewalahan k

  • 1095 Days!   BAB 43 - Putus

    Dua sahabat itu sedang berjalan di mall yang tempatnya tidak begitu jauh dari rumah Naira. Bahkan kakak lelakinya juga sudah memberikan izin dengan syarat kalau Naira tidak boleh pulang melebihi dari jam 21.30 WIB. Sifatnya yang posesif tidak juga memudar dari dahulu. Bahkan sebelum diizinkan ke mall, Naira sempat bertengkar dengan kakak lelakinya. Karena sebuah kesepakatan yang dibuat oleh kakaknya antara ‘kakaknya tetap posesif’ atau ‘mendiamkan Naira.’ Hal itu membuat Naira langsung mengalah dengan kakaknya yang sudah tersenyum licik. Alisya menggandeng tangan sahabatnya ke tempat photo box. Karena Naira sangat susah ketika diajak berfoto. Maka dari itu, tanpa adanya basa-basi Naira langsung mengiyakan ajakan menyebalkan dari sahabatnya itu. Setelah selesai berfoto, Alisya terlihat sangat bahagia ketika melihat hasil fotonya yang sudah ke luar. Sebuah senyuman yang tadinya terlihat dari bibir Alisya pun memudar setelah melihat foto me

  • 1095 Days!   BAB 42 - Menjauh

    Suasana di ruang kelas terlihat ramai dan Naira segera duduk di kursi yang tempatnya berada di depan bangku Alisya. Ada sekumpulan murid yang sedang berbincang dengan temannya yang lain. Alisya yang baru masuk langsung berjalan dan mendekat ke arah Naira dengan senyuman yang sudah mengembang. “Selamat pagi, Ra!” Gadis itu berteriak dengan suaranya yang sangat menyebalkan, sehingga membuat murid-murid langsung melirik ke arahnya dengan tatapan yang terlihat sinis. Maklum, karena masih pagi dan Alisya sudah berteriak dengan suaranya yang cempreng seperti toa masjid. Kemudian seorang lelaki datang dan langsung duduk di belakang Naira. Ia melalui Naira begitu saja seperti tidak mengenalnya sama sekali. Hal itu membuat Naira merasa kebingungan. Bahkan Alvalino sudah memberikan kode pada Alisya supaya dirinya duduk di tempatnya dan membiarkan Alisya duduk sebangku dengan Naira lagi. “Alva?” panggil Naira yang membuat lan

DMCA.com Protection Status