Sedangkan Shela dan Alea mereka melakukan obrolan di sofa ditemani Alvira dan Daffin. Raka belum datang ia tadi izin untuk pergi ke kampus.
“Daffin, pasti baru besuk juga ya?” tanya Shela pada Alea.Alea tersenyum.” Enggak apa, Daffin pasti lagi sibuk, dan baru sempat ke sini. Yang penting kan ayahnya sudah mulai membaik,” sahut Alea lembut. “Makasih loh ya, sudah repot-repot datang,” lanjut Alea lagi. “Ih, kamu ini seperti sama siapa saja, kita kan sekarang satu keluarga,” sambung Shela.“He....”“Iya,” lanjut Alea.Kedua keluarga itu saling mengobrol, mereka terlihat begitu akrab. Lama mereka berbincang, Ahmad dan Arka melakukan percakapannya sendiri. Begitu juga dengan para istri, sementara Alvira dan Daffin hanya mendengarkan saja para orang tua itu berbicara. Mereka akan ikut bicara jika ditanya atau percakapan para orang tua itu membicarakan merekaAlvira berteriak saat Daffin menggigit bibir bawahnya, sengaja ia melakukan itu agar lidah itu bisa masuk ke dalam rongga mulut sang istri mengabsen setiap organ yang ada di dalam sama. Lama tidak berjumpa membuat Daffin rindu akan sesuatu di dalam sana. Sambil mengerakkan bibir dan lidahnya tangannya juga kini sedang bergerak menyentuh kain penutup tubuh sang istri perlahan dibukanya baju itu hingga menyisakan kain segitiga dan busa penutup bukit kembar wanita yang sudah pasrah akan sentuhannya.“Plak!”Sebuah tamparan mendarat di pipi Daffin dengan sempurna, Daffin langsung menjauhkan sedikit wajahnya dari wajah Alvira sambil memenangi pipinya yang kini sudah memerah akibat ulah Alvira.“Aku nggak bisa dan nggak akan pernah bisa!” Seru Alvira di hadapan Daffin. Ia langsung melangkah pergi meninggalkan Daffin yang masih mematung di tempatnya tidak lupa ia membawa bajunya yang sudah sempat dibuka oleh Daffin.Sampainya di kamar, Al
Daffin kembali diam, tiba-tiba ponselnya berdering Reiki menelepon dirinya mengabarkan jika rencananya berhasil. Daffin langsung bahagia mendengar berita itu.“Ehm, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Alvira saat Daffin telah selesai melakukan panggilannya.Daffin melihat Alvira dengan tatapan yang sedikit tidak mengerti.”Kalau nggak boleh nggak apa kok.” Alvira kembali berucap saat melihat Daffin seperti tidak suka.“Apa?” sahut Daffin.Alvira sedikit ragu untuk menanyakannya tapi ia begitu penasaran akan kelangsungan rumah tangganya. Alvira mengambil nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan menatap Daffin yang penuh dengan pengharapan.“Ehm, maaf kalau ikut campur. Kamu selama ini ke mana?” tanya Alvira pelan.Daffin mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan Alvira. “Maksudnya?” tanya Daffin yang memang tidak mengerti.“Kamu seminggu ini tidak ada di ruma
Daffin ingin mengetahui lebih tentang apa yang dirasanya saat ini. Ia akan mengetahui itu dengan caranya nanti, dirinya pun menyusun rencana untuk membuktikan jika hatinya memang sudah jatuh pada wanita yang berada di sampingnya itu. Saat masih merenung, ponselnya bergetar. Daffin langsung mengambilnya melihat ada pesan dari Clara dengan cepat Daffin membukakannya karena rasa penasarannya. “Shit!” umpatnya. Daffin kini tengah melihat gambar yang telah dikirim oleh Clara. Gambar yang membuat dirinya menjadi on dalam sekejap. Clara mengirimkan tubuhnya yang sedang tidak berpakaian hanya menggunakan kain segitiga yang menutup intinya. Kain itupun terlihat begitu tipis sehingga masih bisa menampakkan isi dalamnya. Di sana juga tertulis alamat yang harus Daffin datangi jika ia berminat bermain dengannya. Dengan emosi Daffin mengahapus foto yang tidak bermutu itu, sambil mulutnya mengoceh tidak jelas dengan apa yang dilakukan oleh Clara. “Be
Ternyata Daffin sengaja datang lebih awal untuk menjemput Alvira. Ia ingin mengetahui apa yang dilakukan Alvira saat selesai dinasnya. Kini ia menunggu di depan ruang Alvira.Dari rumah sakit Daffin akan mengajak Alvira untuk membesuk ayah mertuanya, Daffin ingin memenuhi janjinya pada Alvira sebelum usia pernikahan mereka berakhir.Masih ada tiga puluh menit lagi jam dinas Alesya selesai, sambil bermain ponsel ia duduk sendiri di kursi tunggu itu. Alvira tidak mengetahui jika dirinya sudah dijemput oleh sang suami. Alvira masih berada di ruang UGD membantu pasien yang baru saja masuk.Saat jam dinasnya berakhir, Alvira segera bergegas pergi ke ruangannya setelah serah terima sift. Namun, langkahnya terhenti. Ia melupakan sesuatu. Ia ingin mengunjungi ruang Kevin lebih dulu, untuk membicarakan sesuatu.Iapun berbelok mengarah pada pintu lift. Menunggu kotak besi itu terbuka, saat terbuka ia langsung meneka tombol enam di mana ruang rawat Kevin berada. Set
Perlahan Arka membuka matanya dan langsung melihat Maya yang berada di sana. Matanya langsung mengintari isi ruangan itu mencari keberadaan Alea. Arka langsung menghembuskan nafas leganya saat melihat Alea duduk di sofa bersama Alvira dan juga Daffin.“Kamu kenapa sayang?” tanya Maya mendengar Arka menghembuskan nafasnya.“Enggak apa kok,” sahut Arka santai.“Besok kamu pulangkan!”“Aku jemput ya?” ucap Maya lagi.Sedetik kemudian Arka langsung mengalihkan pandangannya mencari keberadaan Alea. Alea yang duduk jauh dari ranjangnya membuat Arka tidak bisa melihatnya hanya melihat bayang-bayang Alea saja.Arka tidak menjawab ia hanya diam.“Aku jemput ya.”Maya kembali berucap, tapi tetap tidak dijawab oleh Arka.” Ayah ikut kami, biar ayah tinggal bersama kami. Kami akan mengurusnya,” sahut Raka yang baru saja datang.Maya langsung mendengus kesal mende
Daffin dan kedua orang tuanya berpisah dengan menggunakan mobil masing-masing. Saat di dalam mobil ponsel Alvira terus berdering, membuat Daffin curiga. Karena Alvira tidak mengangkatnya dan malah mengabaikan ponselnya.“Siapa?” tanya Daffin.“Em, nggak tahu nomor nggak dikenal. Malas angkatnya,” kilah Alvira.“Coba sini aku aja yang jawab,” tawar Alvira.“Enggak usah ah, nggak penting! Lagian kamu kan lagi nyetir,”kilah Alvira.Daffin diam tapi ia memikirkannya. Hingga sampainya di basement apartement keduanya saling diam tidak banyak bicara. Alvira langsung keluar dari mobil dan berjalan masuk meninggalkan Daffin yang masih berada di dalam mobil.“Kenapa dia?” gumam Daffin.Daffin dengan cepat menyusul Alvira yang sudah berada di depan lift. Keduanya menuju unit apartemen. Saat berada di dalam lift, Daffin memperhatikan Alvira dengan begitu intens, untung saja di dala
Daffin tidak peduli dengan ucapan Alvira ia semakin mendekatkan bibirnya dengan cuping Alvira. Bibir itu pun terus berjelajah hingga ia berada di bibir mungil Alvira. Awalnya Daffin hanya melakukan ciuman biasa saja.Namun, ciuman itu berubah menjadi begitu menuntun. Alvira tanpa sadar juga mengikuti gerakan yang dilakukan Daffin. Hingga tanpa sadar kancing piayama Alvira sudah terlepas dan menyisakan penutup bukit kembarnya saja.Saat kesadaran Alvira kembali ia langsung menjauhkan tubuhnya dan memungut pakaiannya lalu berlari keluar menuju kamarnya.Tidak ingin terlihat oleh Daffin jika ia sedang mengeluarkan air mata, kini dirinya masuk ke kamar mandi dan menanggis di sana. Ia menanggis menyesali perbuatannya yang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.“Ini tidak boleh,” gumam Alvira sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat.Walaupun ia sah menjadi istri Daffin baik di mata agama maupun hukum tapi ia tetap tidak bisa melakukan kewa
Saat ia berbalik badan sungguh dirinya kaget akan kehadiran Daffin yang berada di sisinya. Matanya langsung terbuka lebar, niat menjauh malah yang ada Daffin semakin mendekatkan.“Kamu mau ngapain?” tanya Alvira melihat Daffin semakin mendekat.Dengan refleks Alvira menjauhkan tubuhnya dari Daffin. Namun, Daffin malah semakin mendekatkan tubuhnya hingga berada tepat di depan wajah Alvira. Alvira sudah kembali siaga. Ia memperhatikan dengan intens pergerakkan Daffin takut akan terjadi sesuatu lagi.“Aku cuma mau ambil ini saja,” ucap Daffin yang mengambil kotoran di kepala Alvira yang menyangkut di rambut hitamnya.Setelah itu ia menjauhkan kembali tubuhnya, tapi posisinya kini berhadapan dengan sang istri. Saling memandang,”Aku minta maaf ya,” ucapnya lagi.Alvira langsung menghembuskan nafasnya pelan,” sudah kita sama-sama salah,” sahut Alvira pelan.“Lupakan aja yang terjadi tadi,