Arka tidak langsung menjawab ia diam saja melihat Maya yang langsung nyelonong duduk di tepi ranjang bersama dengannya padahal di sana tadi ada Raka dan juga Alvira. Perlahan kedua anaknya menjauh dari sana memberikan waktu untuk ayahnya dan Maya berbicara. Alea yang sejak tadi membereskan perlengkapan Arka juga sama, ia hanya diam melihat keduanya berbicara.
“Gimana mau kan?” tanya Maya lagi.
Arka mengelengkan kepalanya. “Aku akan ikut mereka pulang,” jelas Arka.
Arka kekeh akan mengakhiri hubungannya dengan Maya apapun ancaman Maya sekarang tak pedulikan lagi karena ia sudah mengetahui yang benar-benar tulus siapa.
“Sudah siap?” tanya Daffin, memecahkan keheningan mereka.
“Ayo, sekarang aja,” ajak Arka.
“Kalian pulang duluan, aku mau ambil obat ayah dulu,” pinta Raka.
“Lah, terus kamu nanti sama siapa?” tanya Alvira.
“Biar sama gua aja. Biar gua tun
Raka berjalan menuju pintu depan, dan saat pintu itu terbuka lebar, ia dihadapkan dengan wanita yang tidak ingin dilihatnya.“Ngapain kamu ke sini?” hardik Raka pada Maya.Bukannya menjawab, Maya malah nyelonong masuk tanpa mempedulikan Raka yang teriak memanggilnya.“Maaf saya ikut makan malam di sini karena suami saya di sini?” Ujar Maya yang langsung mengambil tempat duduk di sisi Aris. Tempat di mana tadi diduduki oleh Raka.Semua yang ada di ruangan itu seketika diam, yang tadinya suasana itu begitu hangat kini menjadi kaku dan tidak ada percakapan lagi di antara mereka.“Kok diam? Ayo makan,” ujar Maya lagi tanpa merasa bersalah. Maya langsung saja mengambil nasi beserta lauknya. Raka yang melihatnya sudah mengepalkan tangannya di samaping. Rasa geram sudah merasuki ubun-ubunnya.Tanpa berbicara Raka langsung menarik lengan Maya dan diseretnya hingga keluar rumah.“Auw....”
Tawa Daffin tidak berhenti ia begitu senang menertawakan Alvira yang malu akan ketidak sengajanya menyentuh area sensitif Daffin.“Dia nggak akan menganggu kamu, jika kamu nggak menganggu dia. Apa kamu mau diganggu?” goda Daffin kini semakin maju mendekatkannya pada Alvira.“Jauh....”Alvira berteriak lagi, Daffin tersenyum miring tanpa mempedulikan ucapan Alvira ia tetap melangkah maju. Seringainya itu membuat Alvira semakin takut, kini Alvira semakin memundurkan tubuhnya hingga ia sudah berada di pinggir ranjang jika mundur lagi maka ia akan jatuh.Kini tubuh keduanya sudah saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat. Helaan nafas keduanya terdengar di telinga mereka, Alvira memasang wajah yang panik. Ia takut Daffin akan menyentuhnya malam ini. Karena dirinya belum siap untuk menyerahkan semua untuk Daffin walaupun laki-laki itu kini sudah berhasil mengisi hatinya.“Kamu mau ngapain?” tanya Alvira d
Daffin kini bergegas keluar, ia ingin melihat dengan siapa Alvira janjian makan siang. Tadi sebelum meninggalkan kantor Daffin menghubungi Alvira untuk mengajaknya makan siang tapi Alvira menolaknya dengan alasan ia akan makan siang bersama Vita.Daffin sudah berada di pelataran rumah sakit di mana Alvira bertugas. Karena ia tidak tahu lokasi makan siang Alvira jadi sengaja ia menunggu sepuluh menit lebih dulu sebelum jam istirahat istrinya.Sambil bermain ponsel mata tajam Daffin terus mengawasi daerah luar. “Itu dia?” gumam Daffin saat melihat Alvira keluar dari bangunan tinggi itu.Perlahan Daffin menyalakan mobilnya, saat Alvira menaiki taksi online dan menjauh baru lah Daffin mengikutinya dari belakang.“Memangnya mau bertemu sama siapa dia?” gumam Daffin sendiri di dalam mobil.Mobil yang Alvira tumpang berhenti di depan sebuah kafe. Daffin masih memantau dari dalam mobil, setelah mobil yang digunakan Alvira tadi menja
“Tadi saya sengaja mengikutinya karena saya curiga ia menyimpan sesuatu dan benar saja, dia bertemu dengan mantannya yang berengsek itu sepertinya mereka punya perjanjian dan saya tidak tahu apa itu, karena saya mendengar percakapan mereka samar-samar saja,” adu Daffin.“Nah, bapak justru harus segera mengungkapkan apa yang bapak rasakan jangan sampai ada orang lain yang mendahului bapak. Karena wanita itu tidak ingin menunggu kepastian yang lama.”“Saya berani berkata seperti ini karena itu salah satu pengalaman saya.”Reiki mencoba memberikan pendapatnya, sesuai dengan pengalaman pribadinya. Ia tidak ingin orang terdekatnya merasakan gimana rasa kecewanya dia saat itu.Daffin mengangguk.”Makasih ya.”“Kalau bapak perlu bantuan, bilang saja, saya siap bantu bapak,” lanjut Reiki.Daffin mengangguk lagi.“Kalau gitu saya pernisi dulu ya pak, masih ada kerjaan yang harus
Daffin sudah memikirkannya kapan ia akan mengatakan tentang perasaannya kepada Alvira. Setalah beberapa hari belakangan ini dirinya harus menahan diri untuk tidak emosi melihat Kevin terus ada di rumah sakit saat ia menjemput Alvira.Hari ini ia telah mempersiapkan segala untuk sang istri. Pengacaranya juga sudah ada di kantornya. Saat ini Daffin tengah berjalan menghampiri Alvira yang masih berada di dalam ruangannya.Belum sampai di depan ruangan Alvira, Alvira sudah terlihat jalan menghampiri dirinya.“Sudah?” tanya Daffin.“Iya.”Alvira menjawab dengan wajah bengongnya, tak biasa Daffin menanyakan ini kepadanya.Daffin meninggalkan parkiran, kini ia sudah tak sabar untuk sampai di kantornya untuk membatalkan surat perjanjian pernikahan mereka. Alvira merasa heran tapi ia mengikuti saja ke mana suaminya itu mengajaknya. Karena ini hari terakhir mereka menjadi sepasang suami istri, dan besok semuanya akan berakhir.
Alvira diam sejenak mendengar pertanyaan dari Daffin. Ia bingung harus menjawab apa. Keraguannya itu terlihat jelas di mata indahnya.“Kamu kenapa? Katakan saja, jika kamu memang memilih dia, aku akan mundur dan memutuskan semuanya dengan baik-baik tapi jika kamu memilih pernikahan ini, aku akan menemani kamu untuk berbicara pada Kevin,” ungkap Daffin pelan, tangannya sudah menggenggam tangan Alvira yang berada di pahanya.Dengan keberanian yang sedikit, akhirnya Alvira menceritakan apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini.“Sebenarnya aku juga memiliki perasaan yang sama seperti kamu, hanya saja aku tidak berani untuk mengungkapkannya mengingat surat perjanjian itu. Akhirnya aku memilih menerima tawaran Kevin dan ibunya dan mencoba melawan perasaan yang sebenarnya,” ungkap Alvira.Tanpa berbicara Daffin langsung maju dan memeluk tubuh Alvira,” terima kasih,” ucapnya.Alvira yang mendapatkan serangan tiba-tiba dar
Daffin tidak mengalihkan pandangannya dari Alvira, “ kamu cantik sekali malam ini?”puji Daffin. “Memangnya kemarin-kemarin aku nggak cantik apa?” protes Alvira. Daffin merapatkan tubuhnya ke tubuh Alvira. “Cantik, tapi saat ini terlihat lebih cantik lagi,” ujar Daffin memuji. “Mau pergi sekarang atau kita diam di kamar seperti ini,” ucap Alvira. Daffin langsung memasang tangannya agar Alvira gandeng. Keduanya keluar dari unit apartemnet dengan tangan Alvira melingkar di lengan Daffin. Daffin membuka pintu mobilnya sportnya dan membawa Alvira melaju membelah jalan raya. Ia akan mengajak Alvira ke sebuah restoran. Restoran yang sudah di bookingnya melalui Reiki sang assisten. Perjalanan mereka akhirnya sampai di restoran. Keduanya jalan bersamaan menuju lokasi yang sudah dipilih Daffin. Saat pintu ruang vvip itu terbuka, Alvira langsung mematung di depan pintu melihat suasana di dalam sana. Pencahayaan yang remang membu
Kehidupan suami-istri itu terlihat begitu harmonis dan sangat bahagia. Semakin hari Daffin menunjukkan sikap baik, ia selalu memperlakukan Alvira dengan begitu lembut. Alvira menikmati setiap perlakukan Daffin terhadapnya. Namun, tanpa mereka sadari ada seseorang yang terganggu dengan keromantisan keduanya. Ia pun berjanji akan membuat keduanya pecah.Diam-diam Kevin sering mengikuti keduanya melihat Alvira begitu sangat bahagia membuat Kevin murka. Kevin merencanakan sesuatu untuk Alvira. Dengan senyum liciknya ia kembali menjalankan mobilnya saat Alvira sudah lagi tak terlihat oleh pandangannya.Alvira dan Daffin kini sedang berada di rumah sakit, mereka ingin konsultasi ke spesialis kandungan. Padahal Alvira tadinya tidak ingin pergi, karena ia yakin jika mereka akan segera memiliki anak, tanpa melakukan program. Karena keduanya tidak ada masalah.“Ayo masuk,” ajak Daffin saat sudah berada di depan ruang poli kandungan.“Silahka