INDECISIVE
"Bimbang. Ketika kau ragu untuk memilih bertahan atau melepaskan perasaan yang bahkan belum sempat dinyatakan."
✈✈✈
Jatuhnya jutaan bulir air di atap halte berhasil menciptakan momentum harmoniasi. Denting itu mengalun seperti irama yang dihasilkan alat musik drum. Seorang gadis berteduh di sana. Menikmati alunan musik abstrak yang tercipta di sekelilingnya.Tangan kanan gadis itu menjulur ke depan. Mengukur kadar kecepatan air yang jatuh membasahi bumi dari hasil prespitasi.
"Masih deras," tuturnya.
Pupil gadis itu meluncur pelan menilik anggota badan sampai jemari kakinya. Blues putih dengan bawahan skinny jeans itu terlihat sedikit basah. Beruntunglah dia sempat berteduh sebelum hujan deras. Lalu dia melirik cepat dari sudut kiri hingga sudut kanan. Hanya beberapa kendaraan saja yang memberanikan diri berlintas kala hujan lokal ini.
Kepalanya men
CONGRATULATION "Seribu ucapan selamat dari orang asing akan berbeda sensasinya dengan satu ucapan selamat dari seseorang yang kamu suka." ✈✈✈ Kicauan burung pingai bertaut dari satu pohon yang mereka hinggapi dan menjuru ke pohon lain. Alunan abstrak itu berhasil menciptakan harmonisasi yang sangat indah. Beberapa peserta didik yang mampu menangkap gelombang suaranya merasa tenang dan damai. Mengalihkan sejenak dari kegiatan yang sangat membosankan ini. Satu per satu peserta didik mengeram jengkel. Mau sampai kapan mereka harus berdiri seperti mendapat hukuman setrap. Mereka terpaksa mendengarkan amanat yang isinya tak jauh berbeda dengan minggu sebelumnya. Sungguh membosankan, bukan? Andin menghela napas panjang. Dalam posisi istirahat dia mencoba untuk meregangkan otot kakinya. Sangat melelahkan. Lalu pupilnya berpindah halus hingga berhenti di sudut akhir. Melirik se
PLAN "Tidak semua yang direncanakan dapat berjalan baik, tidak semua harapan pula harus menjadi nyata. Jangan bersedih. Semua yang terjadi telah diatur Semesta. Dia tahu mana yang terbaik untukmu." ✈✈✈ Hembusan angin membelai pelan setiap helai rambut panjangnya. Rambut hitam tergerai itu menari-nari mengikuti arus ombak di musim panas. Bersamaan rambut yang tumbuh di permukaan kulitnya berdiri kokoh bagai pohon kaktus. Tangannya mengusap cepat dari pergelangan tangan hingga sikunya yang terpapar hembusan agar menghasilkan panas alami. Giginya tak berhenti gemertak mengikuti alunan abstrak yang dia ciptakan sendiri. Angin malam ini menghadirkan hawa dingin yang tak dia inginkan. Dia beranjak dari kursi. Melunjurkan tangannya demi meraih sudut jendela. Lalu dia menutup rapat jendela itu. Seakan dia menutup akses sang angin malam untuk menginjak kamar tidurnya lagi.
REALITY "Kamu terlalu menggantungkan harapan dengan dunia nyata. Sehingga ketika kenyataan mengkhianati harapanmu, kamu akan sulit menerimanya." ✈✈✈ Andin memutar badannya ke belakang. Manik matanya membulat tatkala memandangi wajah seseorang yang memanggilnya. Tubuh Andin terpaku. Seluruh otot tubuhnya mendadak tak berfungsi. Dia tak bisa melakukan apapun selain bernapas. "Ja...jadi lo yang ngirim surat dan kertas di UKS ini?" tanya Andin gugup. Dia menunjukkan dua kertas di tangannya. Cowok itu menggaruk tengkuk lehernya. "I...iya, Din." Mulut Andin ternganga. Sungguh, dia masih tidak percaya jika cowok itu yang mengirimnya. Pengirim surat itu bukanlah orang yang seperti Andin harapkan. Ini nggak mungkin. Gue sangat yakin bukan dia orangnya. Andin menggeleng cepat. Dia masih memandang cowok itu
DISSAPEARED "Sungguh menyiksa, ketika kau terpaksa memangkas bunga yang hendak tumbuh mekar." ✈✈✈ Seorang siswi duduk di bangkunya. Memandangi secangkir minuman berperisa di hadapannya. Hanya dia pandangi. Tak berminat untuk meminumnya. Helaan panjang pun mulai bereksistensi. Salah satu jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja. Sepertinya dia tengah menanti kehadiran seseorang. Lantas orang yang ditunggu pun tiba. Dia tersenyum menyambut orang itu. Sosok siswi berambut sebahu mendatanginya dengan raut wajah datar. "Gimana dengan Putri, Sa?" Dia menyambut kedatangan siswi itu dengan pertanyaan. "Ikut gue dulu, Din." Meysa menarik tangannya. Menuntun siswi itu menuju pintu keluar. Meysa mengajaknya duduk di bangku panjang yang kebetulan kosong, tepatnya di depan taman kelas. Sepertinya ada suatu hal yang sangat penting u
FEELING "Perasaan seseorang dapat berubah kapan saja, karena itu mencintailah sewajarnya." ✈✈✈ Seseorang mengenakan ransel cokelat berdiri di depan kelas. Pupilnya meluncur pelan menilik satu per satu orang yang berada di dalam. Dapat terhitung hanya segelintir orang yang datang. Dia pun terkejut melihat gerombolan Empat Perewa sudah nagkring di kelas. Tak biasanya mereka datang sepagi ini. Atau paling tidak mereka sengaja datang pagi dengan maksud menyalin pekerjaan rumah Didit, si murid pintar di kelas. Dan itu benar adanya. Dia menilik tiap bangku di barisan banjar pertama. Hanya Sekar seorang yang mengisi di barisan itu. Dia tidak melihat teman sebangkunya. Dia sangat yakin Meysa akan datang mendekati waktu masuk. Lalu manik matanya berpindah ke barisan ujung. Seseorang sedang duduk di bangkunya sembari membaca buku pelajaran. Andin melangkahkan kakinya menuju orang
DECISION "Menjauh bukan berarti tidak menyukai, bukan pula karena membenci. Hanya saja ini adalah cara yang terbaik untukku menghentikan luka ." ✈✈✈ "Ga, lo denger, nggak? Andin suka sama lo," cetus seseorang di dalam kelas. Dia berjerit antusias. Manik mata Andin membulat seperti telur kuning. Mulutnya pun turut membuka sehingga udara dapat menerobos masuk. Andin tak pernah menyangka ada seseorang. Terlebih lagi orang yang menjadi bahan perbincangannya juga ada di sana. Derap langkah tertangkap dalam indra pendengarannya. Derap itu terdengar banyak, seperti gerombolan kuda tengah berlari. Agaknya lebih dari seseorang. Ketiga cowok kini berdiri di depan pintu kelas. Dua orang memegangi lengan orang yang di tengahnya. Keadaan ini tak berbeda jauh tatkala melihat polisi berhasil menyandera narapidana. Wajah orang yang di tenga
CHOICE"Jika saja aku memiliki pilihan, tentu saja aku tidak akan pernah memilih untuk menjauhimu dan membohongi perasaanku."✈✈✈Bila semua orang senang dan bahagia setelah saling mengungkapkan rasa, hal ini takkan berlaku bagi Andin. Dia tidak sebahagia yang orang-orang pikirkan. Beberapa kali dia terus menghindari pertemuan ketika melihat Dirga dan temannya dari kejauhan. Dengan sigap dia merubah rute mencari jalan lain.Meysa dan Putri yang kerap menghabiskan waktu bersamanya merasa ada kejanggalan. Ketika ditanya dia selalu beralasan ke toilet. Dia tak ingin bertemu dengan Dirga. Bertemu dengannya sama saja memunculkan rasa canggung. Dia masih sulit untuk beradaptasi dengan keadaan pelik ini.Akhir-akhir ini Andin mengasingkan diri ke suatu tempat berkumpulnya karya-karya seni rupa peserta didik Bakti Nusa. Di sana dia duduk seorang diri di depan easel. Tangannya yang memega
SURRENDER"Kamu telah menemukan kebahagiaan bersama seseorang. Maka berbahagialah. Urusan luka biarlah waktu yang berperan mengobatinya. Aku menyerah."✈✈✈SMSJ, atau yang dikenal dengan Satu Minggu Sebelum Jadian adalah sebuah proyek yang dicetus oleh Al Luqman Hakim. Sesuai dengan namanya, proyek ini mempersiapkan semua yang dibutuhkan Dirga untuk memberikan kejutan besar pada seseorang yang dia suka.Selama seminggu Luqman dan Guntur disibukkan dengan bermacam persiapan seperti sebuket mawar merah ukuran large, beberapa lembar kertas karton putih dan spidol warna, dan juga lilin aromaterapi tipe tealight.Untuk masalah harga tentu saja persiapan ini merogoh kocek tak sedikit. Semua pembiayaan ini diakomodir Dirga sendiri, termasuk komisi Luqman dan Guntur. Teman satu kelasnya pun turut berpartisipasi dalam proyek SMSJ ini dengan bayaran semangkuk bakso Kang Bahar.
ANOTHER SIDE“Bersyukurlah atas apa yang Tuhan takdirkan untukmu. Kamu tidak akan pernah tahu bahwa orang di luar sana menginginkan hidup sepertimu, sedangkan kamu tidak mensyukurinya.”✈✈✈Minggu, 8 Januari 2006Mentari pagi membawa pesan baik kepada semua orang, bahwa hari ini adalah hari yang indah untuk melakukan segala aktivitas. Meski hanya ada satu mentari, dia dapat menemani kita kapan pun dan dimana pun.Andin memperhatikan suasana di sekitarnya dari balik jendela mobil. Para pejalan kaki, para pemotor, para pemobil, para penjual koran, dan yang lainnya telah berperan baik seperti yang Tuhan amanahkan.Mobil sedan itu memperlambat laju hingga menepi di pinggir jalan. Kendaaraan itu berhenti tak jauh dari seorang pedagang yang pernah dia temui beberapa waktu lalu."Kita turun dulu," titah seseorang di sampingnya. Pemilik perut buncit itu membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Sejenak Andin melihatnya memberi lambaian tangan pada pedagang itu. Kemudian dia membuka pintu
NEW YEAR “Semua orang memiliki harapan yang ingin dicapai setiap tahunnya. Dan semoga Semesta mempermudahmu mencapai harapan itu.” ✈✈✈ Ini adalah malam terakhirmu, 2005. Melewati 365 hari dengan rasa duka dan rasa cita. Kami merasakan tumbuh, gagal, lalu bangkit, dan berakhir dengan keberhasilan. Perjalanan panjang itu terasa begitu cepat dan singkat. Rasanya seperti kemarin kami menyambutmu di malam pergantian tahun. Di tahunmu, kamu mempertemukanku dengan seseorang yang baik. Dia mengalihkan semua orang, menjadi pusat perhatian, dan dia juga berhasil meleburkan benteng pertahanan ini. Hanya saja ada satu hal yang mengundang benci, kamu tak membiarkan dia untuk dimiliki. Mungkin tugasmu hanyalah mempertemukan. Lalu kamu menggantinya dengan seseorang yang baik pula. Dengannya rasa bahagia terus mengalir dalam jiwa, mengobati harapan yang telah pupus, dan menumbuhkan kembali harapan baru dengannya. Memang awalnya menentang. Namun semakin hari keputusan itu berubah. Mene
YOU“Kepadamu yang selalu ada di sampingku, mengisi hari indahku, aku tak bisa lagi menyangkal perasaan ini. Apa yang dikatakan Dewa 19 dalam lagunya benar-benar terjadi padaku, bahwa aku telah mencintaimu.”✈✈✈Riuh suara menggema di dalam gedung berukuran besar. Dua kubu bersahut memberi semangat kepada temannya yang bertanding. Ratusan kertas karton berwarna putih dan merah terbentang di setiap sudut. Warna itu sebagai simbol atau penanda, putih untuk SMA Bakti Nusa, sedangkan merah untuk SMA Gadjah Perkasa.Andin sedikit mengangkat kepala. Manik mata menangkap ratusan orang di sekelilingnya. Mereka duduk di kursi penonton yang berada di atas. Tidak seperti dia yang duduk bersama tim cadangan basket.Lalu manik matanya berpindah pelan ke bawah. Menangkap sosok cowok jangkung berseragam basket dengan nomor punggung 14. Di kepalanya melingkar sebuah benda berwarna putih, menyamakan dengan warna seragamnya.Anak basket sering memakainya ketika bermain. Selain untuk menambah tampilan,
SOMEDAY“Suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa orang yang layak kamu pilih adalah orang yang selalu ada di sampingmu."✈✈✈"Milo, lihat kamera ini sebentar aja," pinta seorang gadis dengan rambut dicepol. Kamera digital di tangannya mengarah pada seekor kucing berwarna hitam.Milo merealisasikan permintaannya. Kucing itu menoleh dan menatap lama kamera. Andin tersenyum menatap layar. Satu jarinya menekan tombol shutter untuk mengambil gambar.Andin melihat hasil foto dengan menunjukkan lekukan tipis di bibirnya. Dia tersenyum sangat lama. Milo terlihat sangat menggemaskan.Lalu Andin menaruh kameranya di atas meja. Sudah saatnya dia berhenti mengambil foto Milo. Dia pun mendaratkan tulang duduknya di atas sofa. Manik mata fokus pada kucing hitam di sampingnya.Satu tangan membelai rambut halusnya. Kucing itu terlihat sangat senang. Andin terkekeh melihatnya. Sesekali Andin melakukan hal jahil dengan mengacak rambutnya. Lantas Milo langsung menatapnya sinis dan bersiap untuk mener
YOUTH“Nikmati masa muda dengan mengisi harimu bersama teman atau pun seseorang yang istimewa di hatimu. Penuhi masa ini dengan kebahagiaan, jauhkan sesuatu yang dapat merusaknya.”✈✈✈Seluruh peserta didik berbaris rapi sesuai barisan kelasnya masing-masing. Ribuan pasang mata fokus memperhatikan seorang wanita berdiri di belakang mimbar. Dia berbicara seorang diri di sana. Menyampaikan suatu pengumuman, tak lain mengenai hari libur semester gasal. Jangka waktu libur semester ini tak pernah lebih dari dua minggu. Setelah pengumuman selesai dia turun dari sana. Membiarkan pihak OSIS mengambil alih untuk mengumumkan hasil kegiatan class meeting yang telah diselenggarakan dua hari berturut-turut.Salah satu panitia yang bertugas menyebut kelas pemenang dari setiap lomba. Dari cabang olahraga futsal dia menyebut kelas X IPA-4 sebagai juara pertama. Lantas anak kelas itu langsung bersorak menyambut kemenangan. Mereka melompat girang dan saling merangkul. Ada beberapa kelas lain juga yan
YOUR PRESENCE“Kehadiranmu berhasil mengubah duniaku, membawaku menuju versi yang lebih baik."✈✈✈Sudah kesekian kali dia menoleh ke kanan. Memandangi seseorang yang sekali pun tak pernah melihatnya. Siswi itu larut menyaksikan pertandingan futsal bersama teman kelasnya.Dia menghela napas berat. Harapannya pupus untuk meminta dia datang dan menyemangatinya di pertandingan final nanti. Dia pun menyadari bahwa tak lama lagi pertandingan segera dimulai. Menghitung detik-detik terakhir saja.Manik matanya beralih tatkala mendengar derap langkah seseorang dari arah depan. Seorang cowok mengenakan seragam basket melangkah menujunya."Muka lo kenapa kusut gitu," celetuk Guntur. Dia duduk di samping Dirga dan merangkul lehernya.Dirga memalingkan wajahnya ke kanan. Kali ini dia mendapati Andin tengah tertawa lepas. Dia begit
NEVER GIVE UP“Teruslah berusaha hingga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Karena apapun yang kamu usahakan dengan sungguh-sungguh pasti akan membuahkan hasil yang baik.”✈✈✈Andin memandang lama ke utara. Entah sudah berapa menit dia habiskan untuk melihat ke sana. Beberapa orang yang berlari-lari di lapangan itu terekam baik dalam ingatannya.Manik matanya tak berhenti mengawasi pergerakan seorang cowok bernomor punggung 21. Cowok itu bergerak lincah sehingga dia dapat mengelabui musuhnya. Andin memandang kagum ke cowok itu. Pada seorang cowok bernama Arya.Dalam hatinya dia terus menuturkan kalimat-kalimat pembangun dan semangat untuk Arya. Sangat disayangkan dia tak dapat melakukannya secara langsung.Satu tangannya menopang dagu. Dari raut wajah itu dapat tergambar apa yang tengah dia rasakan. Bimbang. Di satu sisi dia ingin menyaksikan
A STUPID THING“Cukup, berhentilah mencintai seseorang yang tidak akan pernah mencintaimu. Kamu melakukan hal bodoh yang dapat menyiksa dirimu sendiri.”✈✈✈Seorang siswa berseragam basket melangkah percaya diri menujunya. Berjalan dengan seulas senyum melekat di wajahnya. Dari sana tergambar bahwa dia sangat bahagia. Ah, tentu saja dia sebahagia itu. Timnya telah berhasil masuk ke babak final usai mengalahkan X IPA-2."Selamat untuk tim kalian," ucap Andin. Dia beranjak dari bangku."Untuk tim aja?" Dirga memajukan wajahnya."I...iya.""Untuk gue nggak ada ucapan selamat?""Kan udah termasuk," bela Andin.Dirga melipat kedua tangannya. Memasang senyum genit. "Tapi gue maunya seorang."Andin mengalihkan pandangannya. Memperhatikan keadaan di sekitar. "Lo ngomong ap
DIFFERENT“Kini kita tak lagi sama. Kita berjalan di arah yang berbeda, dan takkan pernah ada titik temu untuk bersatu.”✈✈✈Seluruh peserta didik Bakti Nusa serempak memasang wajah bahagia tatkala melangkah masuk gerbang sekolah. Kini tak ada lagi ujian yang kerap menghantui mereka selama beberapa hari terakhir. Semuanya telah usai.Selepas ujian mereka akan saling bertarung memperebutkan juara satu sampai tiga dalam kegiatan class meeting. Namun sebelum kegiatan itu terealisasikan, mereka wajib melunaskan hutang mereka kepada guru Fisika, Martha.Iya, hutang itu diperuntukkan kepada mereka yang memiliki nilai di bawah 75. Terlihat seluruh anggota Empat Perewa mengambil bagian dalam kegiatan ini. Dengan gunting lipat mini mereka memotong rumput halaman sekolah yang begitu luas.Mereka duduk bersebelahan dengan posisi membelakangi Martha. Salah se