Chapter: Bab 20. Hatimu MilikkuLangkah kaki Putra terayun maju hingga lebih dekat ke arahku. Kini, jarak kami hanya terpaut setengah meter saja. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat indahnya sorot mata Putra yang terbingkai kacamata.“Mika, aku mengenalmu sebagai sosok wanita yang penuh luka di hatimu. Ditambah lagi, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana adik dan tantemu itu memperlakukanmu.”Ada jeda sebentar lantaran bulir air mata yang tak sanggup kutahan. Ya, aku menangis. Gara-gara ucapan Putra yang benar-benar tak terbantahkan. Benar apa yang Putra katakan. Aku penuh luka di hatiku lantaran perasaanku sering tersakiti akibat sikap pilih kasih. Hatiku pun sering terlukai akibat tutur kata dari adikku sendiri. Tante dan adikku, mereka berdua bukanlah orang jauh. Mereka saudara dekat dan begitu aku kasihi. Nyatanya, yang terkasihlah yang lebih sering melukai hatiku ini. “Menangislah dulu jika kamu ingin menangis. Tuntaskan tangismu, Mika. Jika perlu, kamu boleh bersandar di bahuku meski m
Terakhir Diperbarui: 2024-03-12
Chapter: Bab 19. Aku Lebih Menarik“Lipstik? Untuk apa kakak tanya lipstik segala? Mau coba pakai lipstik juga? Percuma, Kak. Kak Mika tidak akan pernah lebih cantik dibandingkan aku dan Tante Ema!”Pahit sekali kata-kata adikku. Tidakkah dia menyadari bahwa kata-katanya itu telah melukaiku? Cantik, lipstik, ah! Aku sungguh tak lagi peduli dengan itu. Yang aku sayangnya kali ini hanya satu, yakni sikap adikku.“Vanya, sebenarnya apa salahku hingga kau jadi sebenci ini?” tanyaku dengan lebih mencoba menurunkan intonasi.“Oh, kakak masih tanya salah kakak di mana? Lipstik, Kak. Kakak salah karena tidak memakai lipstik,” terang Vanya sembari kembali menyedekapkan tangannya.“Omong kosong! Perjelas alasanmu, Vanya! Jangan bawa-bawa lipstik di saat seperti ini!”Yang terakhir itu aku setengah membentak hingga Vanya pun terhenyak. Alhasil, sempat terjadi jeda beberapa detik lamanya yang membuat kami berdua sama-sama membungkam kata.“Katakanlah alasan yang sebenarnya!” desakku.“Baik. Akan kukatakan. Sejujurnya aku masih sak
Terakhir Diperbarui: 2024-03-11
Chapter: Bab 18. Lima Puluh Juta“Nathan!” panggilku dengan segera mencegah Nathan untuk melangkah lebih jauh.Berhasil. Nathan menghentikan langkahnya, lantas kembali menoleh ke arahku.“Jangan memanggil Putra! Kumohon!” pintaku penuh harap.“Kenapa? Bukankah tadi kamu sangat ingin tahu alasannya?”“Iya, sih. Tapi ….”Aku pun sebenarnya bingung dengan diriku. Di satu sisi sangat ingin tahu, tapi di sisi lainnya lagi enggan bertemu.Agaknya Nathan memahamiku. Dia tersenyum, lantas memintaku untuk tenang.“Tenanglah, Mika! Jika kamu masih belum ingin bertemu dengan Kak Putra, maka aku pun tidak akan memaksa.”Ah, syukurlah! Nathan sungguh pengertian. Kalau begini dia jadi serupa malaikat pembagi kebaikan.“Tapi, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Nathan tiba-tiba.“Silakan saja jika ingin bertanya.”Lebih dulu aku mendapati senyum yang mengembang di wajah Nathan. Entah kenapa dua makhluk tampan penghuni ruko sepatu itu hobi sekali mengembangkan senyuman.“Kenapa diam?” tanyaku sekaligus sebagai kode agar Nathan lek
Terakhir Diperbarui: 2024-03-11
Chapter: Bab 17. Dihadang NathanAku terbangun saat matahari belum muncul. Tidurku begitu nyenyak usai mandi air hangat sebelum tidur. Aku cukup bersyukur, tidur nyenyakku mampu membuatku terlupa sejenak dengan huru-hara kehidupan. Semalam, aku batalkan niatan untuk menghubungi Putra. Kumatikan telponku pula demi mendapat rasa nyaman sepanjang malam. Sempat aku abaikan pula perasaan menyesal yang menggelayut pikiran, hingga di pagi ini pun aku kembali kepikiran. “Putra, maafkan aku. Semalam itu aku seolah tengah mempermainkanmu. Mau jadi pacar pura-pura, tapi justru menolak saat kamu benar-benar menawarkan cinta,” ucapku sembari menatap ke arah langit-langit kamar hotel. Usai mandi, aku bingung mencari pakaian ganti. Semalam itu memang dadakan sekali hingga aku sama sekali tidak memiliki persiapan untuk pergi. Terpaksa aku hidupkan kembali ponselku demi meminta bantuan dari kedua karyawan di toko bungaku. Ya, niat awalku seperti itu. Nyatanya, pesan lain yang masuk ke ponselku justru mengalihkan perhatianku. Ada
Terakhir Diperbarui: 2024-02-24
Chapter: Bab 16. Tiba-Tiba MenolakBagiku, Putra adalah sosok lelaki yang berhasil membuatku nyaman dalam waktu singkat. Bahkan, hatiku telah terjerat di awal pertemuan. Mungkin, diriku seolah terlalu cepat menjatuhkan perasaan. Karena, siapa pula yang dapat mendustai gejolak cinta yang hadirnya saja tiada bisa disangka-sangka. Dalam kondisi yang demikian, ketika tawaran cinta itu datang, pastilah akan aku iyakan meski hanya berpura-pura. Tapi, kenapa harus datang ke rumah? Aku sedang bermasalah dengan Vanya dan Tante Ema. “Putra, apa kamu lupa kalau aku sedang bertengkar dengan mereka yang ada di rumah?” tanyaku sembari menatap Putra dengan sendu. Kudapati Putra terdiam sembari menunjukkan perubahan mimik wajah. Dia tampak merasa bersalah hingga menunjukkan tatapan sendu yang serupa denganku. “Maaf, Mika. Aku melupakan yang satu itu.” Senyumku kubuat merekah, lantas kuhembuskan nafas perlahan hingga membuat hatiku sedikit lega. Ada satu keputusan yang berusaha kuubah. “Tak apa jika kamu lupa. Mungkin, tadi kamu
Terakhir Diperbarui: 2024-02-22
Chapter: Bab 15. Jadi Pacar Pura-PuraAku adalah perempuan yang mudah sekali penasaran. Begitu terbersit satu tanda tanya dalam pikiran, segera saja aku utarakan. Apa lagi, aku dan Putra dapat dibilang cukup akrab meski baru mengenal. “Putra, apa semua pujian darimu itu hanya untuk menghiburku?” tanyaku sembari menoleh demi bisa menatap bola mata Putra dengan lebih jelas. Putra memang balas menatapku, tapi tak kudapati mulutnya berucap untuk menjawab pertanyaanku. Lagi-lagi yang dia suguhkan adalah senyum manis yang tak pernah gagal membuat dadaku berdebar-debar. “Kamu … kenapa senyum-senyum begitu, sih?” tanyaku sembari mencebik. “Kamu sendiri kenapa begitu bibirnya?” Putra balik bertanya. “Ya habisnya kamu bukannya menjawab pertanyaanku malah senyum-senyum begitu.” Kudapati Putra tertawa ringan, lantas merogoh saku jaketnya. Bola mataku terus memperhatikan hingga akhirnya aku bisa melihat sebuah benda pipih canggih milik Putra, yakni ponselnya. “Mika, coba kamu foto selfie pakai ponselku,” pinta Putra tiba-tiba.
Terakhir Diperbarui: 2024-02-20
Chapter: Bab 17. Tabok, Nih!Varen. Dialah yang datang ke ruang perawatan. Mulanya lelaki sahabat Arash itu tampak khawatir, tapi kemudian dia bersikap tengil.“Gimana rasanya ketusuk jarum infus? Enak?” tanya Varen.“Enak, kok. Kau mau coba?” Dio balik bertanya. “Rasa apa?”“Kau sukanya rasa apa, Ren?”“Cappucino cincau.”“Bungkus! Sekarang, kau pergi ke ruang perawat jaga, lalu minta diinfus sepertiku! Jangan lupa bilang yang rasa Cappucino cincau ya.”Varen dengan tanpa sungkan menepuk lengan kiri Dio, lantas tertawa dengan kencangnya.“Karena aku baik, gimana kalau buat kau saja. Ini nih, punggung tanganmu yang satunya masih nganggur,” canda Varen. Hanya candaan biasa, tapi rupanya cukup berhasil membuat Dio jadi ikutan tertawa. Kini, tiada kecanggungan yang tergambar di sana. Suasana menghangat, diikuti sikap Varen yang melembut. “Gimana keadaanmu?” tanya Varen kemudian.“Aku masih beruntung. Hanya luka ringan. Tuh, lihat!”Luka ringan yang dimaksud Dio bukanlah luka lecet biasa, melainkan luka yang sudah
Terakhir Diperbarui: 2024-03-26
Chapter: Bab 16. Blak-BlakanDio menepis tangan Vina dengan kasar. Dia sungguh tidak nyaman. “Ah, kau nggak asik banget, sih. Yang romantis dikit, dong. Niatku baik, nih, mau bikin tenang,” protes Vina yang tak segan memberondong kata sembari menampilkan wajah jutek.“Bomat! Bod*oh amat!” sahut Dio tanpa melihat ke arah Vina.Sementara Dio masih bersikap cuek dan kukuh pada pendirian, Vina bersedekap tangan. Dia mencoba memahami keadaan, khususnya memahami keadaan Dio yang seolah tengah banyak pikiran.“Kalau misalkan hanya Arash yang aku beri tahu, gimana?” tanya Vina tiba-tiba.Dio langsung menoleh sembari melebarkan bola mata.“Jangan lakukan!”“Ah, ternyata memang benar. Kau memang ada apa-apa sama si Arash sia*lan itu!”“Jaga bicaramu, Vin! Kau tidak tahu apa-apa!”“Aku memang tidak tahu apa-apa, tapi satu hal yang aku tahu, kau sering memperhatikan Arash dari kejauhan dan diam-diam.” Bidikan telak. Tebakan Vina tidak asal. Semua itu berdasar pengamatan, dan benar. Buktinya, ekspresi wajah Dio menunjukkan
Terakhir Diperbarui: 2024-03-24
Chapter: Bab 15. Jangan Sampai Ada yang TahuZen mendapati meja makan kosong tanpa makanan. Satu-satunya yang tertutupi oleh tudung saji hanyalah bungkus nasi goreng sisa semalam. Ya, benar-benar hanya tinggal bungkus kertas minyaknya saja. Isinya telah tandas dihabiskan Kristal sejak semalam. “Kau tidak memasak?” tanya Zen begitu melihat sang istri keluar dari kamar mandi.“Malas,” jawab Kristal singkat.“Malas karena tidak ada uang? Bukankah semalam aku sudah membagi 50% keuntungan penjualan es tebu?”Kristal menatap tidak suka ke arah suaminya. Dia tidak suka dibantah. “Perhitungan sekali, sih? Semalam yang kau berikan padaku masih belum cukup untuk mengganti jatah harian yang tidak kau berikan selama seminggu penuh.” Yang dimaksud Kristal adalah ketika Zen mengalami krisis keuangan karena bisnisnya bangkrut. Kedai kopi yang kini mendapat keuntungan banyak karena penjualan es tebu, menjadi satu-satunya bisnis yang memberi harapan bagi Zen untuk mengembalikan kondisi keuangannya yang sempat jatuh. Sayang sekali, respon Kri
Terakhir Diperbarui: 2024-03-19
Chapter: Bab 14. Adu GantengMalam begitu cepat menyapa, menyisakan banyak kisah di sepanjang hari yang terasa lelah. Arash tidak tertidur. Dia tengah mengecek jadwal mata kuliah untuk besok. Sempat terbersit dalam hatinya untuk urung izin kuliah lagi, tapi tiba-tiba niatan itu berganti karena teringat dengan kesehatan diri.“Andai ibu tau kalau aku sakit, pasti dia akan memaksaku untuk rawat inap di rumah sakit meski hanya flu. Ibu tidak boleh tahu,” ucap Arash lirih ketika teringat ucapan sang ibu.Bu Lestari, saat ini beliau hanya memiliki Arash sebagai orang terdekat dan satu-satunya yang begitu dipedulikan. Itu sebabnya dia giat bekerja demi mendapat banyak uang guna membantu kebutuhan kuliah Arash. Akan tetapi, yang Arash butuhkan bukan hanya uang, melainkan juga kasih sayang. Bahkan, Arash sering merasa kesepian.“Aku harus bagaimana? Aku sayang ayahku meski dia bukan ayah kandungku. Melihat sikap Tante Kristal yang seperti itu, aku jadi tidak yakin kalau ayah bisa bahagia. Masih lebih baik ketika bersama
Terakhir Diperbarui: 2024-03-18
Chapter: Bab 13. Panggilan Sayang“Pil pahit ini tak sepahit kisah hidupku,” ucap Arash usai gagal menelan sebutir pil pereda flu. Sudah masuk ke mulut, tapi termuntahkan kembali karena terasa pahit.Arash kembali menelan obat dari dokter tanpa mengulang kesalahan. Tadi, begitu dia sampai di kos-kosan, Arash memang makan dengan tergesa-gesa, lantas gagal menelan obatnya. Pikiran Arash sungguh kacau, hingga tidak fokus dengan apa yang ada di depan mata. Bahkan, ketika makan pun pikirannya melambung jauh ke mana-mana.“Ibu, aku ingat betul isi pesanmu, tapi aku masih tidak rela bila ayah mengabaikanku. Belasan tahun dia menyaksikan aku tumbuh, masa iya sama sekali tidak ada kasih sayang untukku?”Arash bertanya-tanya sendiri sembari terus terngiang-ngiang isi pesan sang ibu. “Lupakan ayahmu dan jalani takdirmu! Jatuh cintalah pada lelaki yang tepat, sehingga tidak akan kamu temui kisah gagal seperti ibu dan ayahmu!” “Ah! Bagaimana aku bisa melupakan ayah sementara aku semakin rindu akan kasih sayangnya? Oh Tuhan, maaf
Terakhir Diperbarui: 2024-03-17
Chapter: Bab 12. Kesepakatan Rahasia“Antar aku pulang!” pinta Arash tanpa berniat menjawab pertanyaan Varen. Ekspresi wajahnya pun berubah. Tidak lagi sendu apa lagi sampai berlinang air mata.Varen terdiam sebentar. Dia melihat ke arah Arash dengan lekat untuk sekian detik lamanya. Hingga dirasa tidak ada lagi kelanjutan obrolan, dia pun memutuskan untuk mengalah dan mengantar Arash pulang.Sepanjang jalan menuju ke kos-kosan Arash sama sekali tidak ada obrolan. Arash hanya diam, duduk tenang di boncengan belakang. Varen pun menghargai kondisi Arash. Dia tetap tenang sembari fokus ke jalanan.“Besok tidak perlu menjemputku. Aku tidak masuk kuliah. Mau istirahat hingga sembuh,” ungkap Arash begitu sampai di depan gerbang kos-kosan.“Oke,” jawab Varen singkat. Sebenarnya dia berat untuk mengiyakan, tapi itulah yang terbaik untuk kondisi sekarang.Kini, lelaki berkacamata yang tampak begitu peduli pada Arash itu pun hanya bisa memandang dalam diam sampai Arash menghilang dari pandangan. Setelahnya, dia melajukan motornya
Terakhir Diperbarui: 2024-03-16
Chapter: Bab 4. Harus Mencukur BrewokMeja nomor sembilan berubah menjadi meja pertemuan penting. Telah duduk pula seorang sekretaris kepercayaan keluarga Mahardhi bernama Paman Li. Dia datang menuju rumah makan tak lama setelah Levin menelpon.“Paman Li, tolong catat apa pun yang menjadi kesepakatan kami dan tolong rahasiakan ini dari kakak dan ayahku. Aku berjanji akan memperbaiki segalanya ketika aku kembali ke perusahaan,” pinta Levin Mahardhi.“Baik, Tuan Muda.”Syarat agar Levin bisa kembali ke perusahaan adalah hadirnya seorang kekasih yang nantinya akan diajak menuju ke pernikahan. Lantaran Levin masih enggan menikah, maka dia hanya membuat kontrak perjanjian kekasih tiga bulan saja. Yang terpenting bagi Levin adalah bisa kembali masuk ke perusahaan. Urusan pernikahan, bisa dia pikirkan ulang agar nantinya sang ayah mau mengubah keputusan. Begitulah pikir Levin.“Apa Paman Li akan membuatkan kontrak yang aku inginkan?” tanya Naomy, karena dia merasa tidak memiliki kenalan untuk membuat surat perjanjian seperti Lev
Terakhir Diperbarui: 2023-08-28
Chapter: Bab 3. Sama-Sama Butuh“Aku bukan perempuan murahan!” tegas Naomy usai menggebrak meja. Dia sampai berdiri dan melotot ke arah Levin.Situasinya sungguh tak pernah terduga, baik oleh Naomy maupun Levin. Kini, mereka berdua sama-sama masih mempertahankan sikap. Naomy dengan sikap penuh amarah, dan Levin dengan sikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Sementara di sekitar, banyak pasang mata tengah memerhatikan ke arah meja nomor sembilan.Sikap yang lebih tidak terduga ditunjukkan oleh Levin, tepat ketika Naomy masih menunjukkan tatapan mata tajam. Pria brewokan yang tak lagi menyandang gelar pahlawan bagi Naomy itu pun bangkit dari kursinya, lantas menunduk sopan ke beberapa orang yang memerhatikan.“Maaf atas keributan yang dibuat adikku,” ucap Levin beberapa kali, lantas duduk lagi.Naomy yang mendengar itu pun sampai melebarkan pandangan. Dia langsung terduduk demi bisa lanjut bertanya dengan nada bicara yang tidak sampai diperhatikan oleh banyak orang. Walau bagaimana pun, dia masih mengenal rasa malu
Terakhir Diperbarui: 2023-08-28
Chapter: Bab 2. Pekerjaan atau UangBab 2. Pekerjaan atau Uang?Label pahlawan brewokan berhati ibu peri seketika terganti dengan label pahlawan tidak berhati. Naomy juga langsung mengubah sikap menjadi lebih awas diri, lantaran khawatir akan dijebak oleh sosok Levin Mahardhi.“Kau sedang berusaha menjebakku, ya?” tanya Naomy dengan mimik wajah serius. Bahkan, dia berani menatap lekat ke dalam bola mata Levin.“Siapa yang sedang menjebak? Aku hanya sedang memintamu mengembalikan uangku sekarang,” sahut Levin lantas meneguk jus miliknya.“Akan aku kembalikan, tapi tidak sekarang.”“Aku maunya sekarang.”“Lihat ini!”Sling bag yang semula menggantung di lengan kiri Naomy, kini diletakkan di atas meja. Perempuan muda berparas tanpa jerawat itu pun membuka slig bag miliknya, lantas mengeluarkan semua isi yang ada di dalam sana. Ada ponsel, bedak, lipstik, permen, dan uang koin seribuan sebanyak tiga keping.“Beberapa menit lalu aku salah mentransfer uang. Dompetku juga hilang. Hanya ini yang tersisa. Ambillah apa yang ada,
Terakhir Diperbarui: 2023-08-28
Chapter: Bab 1. Genit vs Baperan“Dasar Genit!” Naomy protes pada pria yang baru saja mencolek lengan kanannya. Gurat wajah wanita yang masih berusia dua puluh tahun itu begitu kentara menyiratkan amarah. Bahkan, dia spontan mengepalkan kedua tangan. “Siapa yang genit?” tanya pria brewokan yang di mata Naomy tampak seperti om-om kurang kerjaan. “Memangnya siapa yang sedang berdiri di hadapanku?” “Aku,” sahut sang pria sembari menampilkan mimik wajah tenang seolah tidak peka dengan teguran Naomy. Sejenak, Naomy memerhatikan penampilkan sang pria. Tubuhnya tidak terlalu berisi, tapi dia berpostur lebih tinggi dibanding Naomy. Bagi Naomy yang memang berkepribadian rapi dan bersih, bagian brewok dan kumis yang tidak terawat pada wajah sang pria sungguh tidak sedap dipandang mata. Jemari tangan Naomy terasa gatal, rasanya tak sabar ingin segera merapikan bagian jambang. “Kenapa kau berkata seperti itu? Memangnya apa yang telah aku perbuat?” tanya sang pria dengan mimik wajah yang masih tetap sama. “Kau mencolek leng
Terakhir Diperbarui: 2023-08-27