Tujuh Tahun Diselingkuhi
"Dulu kita pernah berjanji untuk menua bersama, bukan?! dan kini Allah mewujudkan impian kita, tak mungkin Ibu akan mengingkari janji kita, aku yakin Bapak pasti juga seperti itu?! Imbuhku kembali memberi tekanan.
Lelaki di hadapanku itu kini nampak manggut-manggut sembari menutupi rasa bersalah yang sangat kentara dari deru nafas tuanya.
"Percayalah Pak, sejengkal pun tak akan pernah kulupakan apa yang telah Bapak perjuangkan demi kebahagiaan kita dan aku yakin Bapak pun pasti juga seperti itu. Bapak ingat, kala Bapak dikantor masih sebagai pegawai magang, seringkali kita menunda untuk pulang kampung hanya karena memilih untuk membeli susu Rama daripada untuk tranportasi? Bukan hanya itu, kita juga harus menekan kebutuhan kita demi cukupnya keperluan Rama yang saat itu masih bayi, Bapak ingat kan?!" Jelasku mencoba menekannya yang tanpa terasa juga menggiring derai air mata sendiri.
Read
Chapter: Nota BelanjaKebahagiaan sebenarnya tak pernah sejengkal pun menjauh dari keluarga kami. Pun kala cobaan datang secara bertubi-tubi di sepuluh tahun pertama usia pernikahan ini, semuanya kami lewati dengan cara yang baik tanpa saling menyalahkan ataupun menyakiti. Komitmen kami, apapun kondisinya komunikasi harus tetap terjalin agar tak ada rasa saling curiga.Hingga pagi itu, kala kutemukan secarik nota belanja kebutuhan rumahtangga di saku celana Mas Hendra, mulai dari segala keperluan mandi, dapur hingga yang dibutuhkan wanita kala tamu bulanan tiba yang jelas tertera disana, seakan menyapu bersih bahagia yang selama ini kugenggam tanpa sedikitpun meninggalkan asa.Bukan soal nominal yang hampir mencapai angka enam juta dalam satu nota, tapi lebih dari itu, milik siapa nota belanja ini?! Sementara untuk belanja bulanan, aku lah yang memegang kendalinya.Gemetar kupegang kertas persegi panjang dengan segala daftar belanja tertera dan jelas terbaca setiap itemnya bukan merk yang biasa aku gunakan
Last Updated: 2023-07-18
Chapter: Hatimu Sakit, Bukan?!"Bapak, aku berangkat dulu ya," pamitku pagi ini pada Mas Hendra yang sedang menikmati secangkir kopi yang telah kuhindangkan.Sembari membetulkan letak tas hitam yang menggantung di pundak kananku senada dengan dress hitam yang dilengkapi dengan blazer putih menjuntai hingga atas lutut.Kuraih tangan Mas Hendra untuk menciumnya sebelum berlalu tapi alih-alih disambut, Mas Hendra dengan sigap malah menyingkirkannya."Sepagi ini?" seru Mas Hendra keberatan, pagi ini aku memang berangkat pukul enam lewat tiga puluh menit, satu jam lebih awal dari biasanya."Iya, Pak. Pagi ini aku ada janji bertemu dengan pelanggan, yang kebetulan khusus pesan pakaian seragam keluarga untuk acara pernikahan," beberku menjelaskan.Mas Hendra mengernyitkan kening, menambah banyak garis yang sudah tergambar alami oleh usia."Ketemu pelanggan sepagi ini?" tukasnya kembali dengan kelopak terbuka sempurna."Sebelum bertemu pelanggan, aku harus ketemu sama Pak Budhy dulu untuk membicarakan tentang bahan yang se
Last Updated: 2023-07-18
Chapter: Berbeda"Buk, apa Ibu baik-baik saja," tukas Mas Hendra kala kubuka netra, nampak kentara dirinya begitu tidak tenang yang entah untuk apa segala rasa khawatir itu bila tombak kehidupanku pun telah lenyap dibinasakannya.Segera kupalingkan muka karena tak ingin beradu pandang lebih lama."Apa ada salah Bapak pada Ibu?" tukas Mas Hendra menyelidik. Salah?! tak sadarkah apa yang telah terucap dari mulutnya itu. bukan hanya salah yang telah dia lakukan tapi sebuah kejahatan dengan menikamku dari belakang."Tidak ada, Pak," sergahku tanpa mampu menatap karena ternyata tak mudah untuk bersandiwara, apalagi diusia yang sudah setua ini."Ibu yakin? Lantas, kenapa dari tadi Ibu selalu menghindari Bapak?" tukas Mas Hendra tak percaya.""Menghindari?! Ibu rasa tak pernah menghindari Bapak. Ah sudahlah, jam berapa ini, Pak?" elakku mencoba mengalihkan topik perbincangan. Mas Hendra mengernyitkan kening pertanda akan ragu yang masih bersemayam di hatinya."Jam Sebelas," jawab Mas Hendra singkat. untuk
Last Updated: 2023-07-18
Chapter: Rumah Lain SuamikuDalam dua malam tak sedetik pun mampu kupejamkan netra. Bayang-bayang kemesraan yang mungkin telah dilalui Mas Hendra bersama madu yang bahkan belum pernah nampak padaku sekilas wajahnya terus berputar dikepala.Bila berbicara soal muda, dulu pun aku pernah mengalaminya tapi kala usia telah menggerus semua, apa daya kita sebagai seorang hamba tentang ketentuan yang menjadi hakNya. Bila perselingkuhan itu terjadi karena paras yang sempurna, bukankah dulu aku pernah sangat dipuja bahkan kecantikanku terkenal sampai seantero kampung, tapi kala waktu telah mengaburkan semua, apa kita punya kemampuan untuk terus memilikinya. Bila perselingkuhan itu terjadi karena selaput dara, betapa nista lelaki yang telah kupilih sebagai imam itu. Bukankah, setiap wanita hanya memiliki satu hak atas nama itu, dan dulu Mas Hendra lah yang mengoyak milikku. Lalu setelah semua yang dia renggut dari diriku, masih tega lelaki itu menampar hatiku.'Allahu akbar,' lirihku didalam sana diiringi dengan luruhnya
Last Updated: 2023-07-18
Chapter: Permulaan"Dengan siapa kamu jalan malam ini, Bu?!" Seru Mas Hendra, suami yang telah mendampingi hidupku selama dua puluh empat tahun ini. Tatapan garangnya samasekali tak mempengaruhi nyali yang kumiliki justru sebaliknya hati ini semakin girang dibuatnya. Itu artinya Mas Hendra telah masuk kedalam perangkapku, permainan baru saja dimulai tapi ternyata dia sudah semarah itu, bagaimana dengan diriku yang sudah tujuh tahun dia selingkuhi bahkan lima tahun belakangan ini telah menikah siri dengan idaman lain tanpa sepengetahuan apalagi ijin dariku sebagai istri sahnya.Tanpa memperdulikan wajah yang merah padam pertanda akan membaranya sebongkah daging di dalam sana, kutuntun lembut Mas Hendra memasuki kamar karena tak ingin pertikaian antar dua orang yang tak lagi muda ini terdengar keempat anak yang bahkan sudah berada di usia dewasa.Pelan kuputar knop pintu begitu aku dan Mas Hendra telah masuk kedalam kamar. "Ibu!" Seru Mas Hendra kembali seraya mencengkeram lenganku. "Bapak, duduk dulu.
Last Updated: 2023-07-18
Tak Sengaja Kutalak Istriku
"Aku tak peduli dengan ucapan maafmu itu! Yang pasti ... sejak kau antarkan Amalia pulang, tanggung jawab atas dirinya telah kembali padaku ... dan aku?! Tak akan pernah menyerahkan kembali permataku pada orang yang menghinakannya seperti dirimu!" Tegas Pak Heru, bangkit, mengakhiri perbincangan sore ini.
Lunglai, kususuri hamparan aspal dalam kehancuran. Andai, ego itu mampu kutahan, jika saja amarah itu mampu kupendam, atau setidaknya dapat kulipat rapat bibir ini. Maka semua akan baik-baik saja.
Namun, semua telah terjadi, awan hitam pun terlihat pekat menyelimuti. Jangankan indah warna pelangi, sinar mentari pun tak mampu menembus kerapatannya.
Aku lemah ... tak mampu membawa Bidadariku itu kembali. Bahkan, untuk sekedar melihat parasnya pun, aku tak bisa melakukannya.
"Amalia ... sungguh, aku merindukanmu," lirihku pilu seorang diri.
Read
Chapter: Siapa Lelaki Itu?"Buk, apa aku harus pergi ke rumah orang pintar untuk meminta bantuan mengembalikan Amalia," ujarku meminta pendapat sang Ibunda.Kalut, sungguh aku tak tahu lagi harus berusaha dengan cara seperti apa. Berbagai macam hal telah kulakukan namun semua terpatahkan sia-sia.Kesekian kali Amalia kembali meruntuhkan apa yang disebut sebagai asa. Lalu salahkan bila kini aku mulai putus asa?! Tidak! Ini bukan putus asa tapi wujud dari betapa besar kegigihan ini untuk kembali mengikatnya."Astagfirullah ... apa yang kau pikirkan, Nak. Istighfar ... minta perlindungan Allah," ucap Ibu terhenyak dengan nada sedikit lebih tinggi."Tapi ini seorang ustadz, Buk. Pasti baik karena beliau rekomendasi dari teman kantorku," sanggahku meyakinkan."Ustadz?! Ustadz seperti apa yang kau maksud itu?!""Beliau tidak menggunakan jampi-jampi atau bacaan-bacaan yang keluar dari kaidah islam. Tapi, ayat Al-Quran. Iya, Beliau menggunakan itu untuk membantu o
Last Updated: 2023-07-28
Chapter: Setahun Setelah BerpisahLunglai, kutapaki langkah tak berdaya. Harapan untuk bisa bersatu kini semakin nyata tak akan pernah bisa. Meski telah kubawa malaikat tanpa sayap untuk memberikan pengertian. Nyatanya, Amalia tak lagi mau mengerti. "Datanglah bila memang kau merindukan Agam, Mas. Aku tak akan memberikan batasan apapun untuk kalian bersua atau memberi sekat dalam kasih kalian. Tak akan ... tapi cukup untuk itu. Jangan lebih ... apalagi memintaku kembali," tandas Amalia saat aku pamit, hendak pergi. Iya, itulah kalimat terakhir yang keluar dari wicaranya. Meski terucap lembut namun sangat tajam menggores, mencipta luka. Untuk Agam dia menginginkan yang terbaik ... tapi untuk hubungan kami dia memutuskan hal yang paling buruk. Tak apa ... mungkin ini adalah hukuman untukku. Sosok suami yang tak bisa menghargai perjuangan seorang Istri. Namun bukan berarti aku akan benar-benar berhenti ... tidak! Aku tak selemah itu. Walau tidak untuk sekarang. Tapi aku percaya s
Last Updated: 2023-07-28
Chapter: Keputusan"Amalia .... " lirihku perih. Sungguh, kenyataan ini begitu pahit untuk sekedar kudengar. Apalagi bila harus kujalani. Sefatal itu kah kesalahan ini hingga ampunan pun tak pantas kumiliki? "Cukup, Mas! Cukup! Berhentilah ... jangan lagi datang kemari untuk mengemis seperti ini!" Tandas Amalia, lantang membelah luka. "Berhenti? Dengan cara apa aku bisa berhenti memperjuangkan Istri dan juga anakku ... dengan cara apa, Amalia ... dengan cara seperti apa?!" Tanyaku frustasi. Nampak jelas Amalia menggelengkan kepala pelan, melebarkan kelopak tak percaya. "Dengan cara apa?! Mengapa kau tanyakan itu padaku, Mas?! Mengapa?! Oh ya, bukankah kemarin kau bilang tentang langkah kita yang tak lagi selaras? Dan kau pun juga berucap untukku berlaku ikhlas? Lakukan saja seperti itu, Mas?! Sebagaimana yang kau perintahkan padaku ... lakukan saja seperti itu," tandas Amalia, tertawa sengit. "Nak .... " panggil Ibu menghentikan per
Last Updated: 2023-07-28
Chapter: Bijak"Sebelumnya, saya minta maaf bila kedatangan kami kemari menganggu waktu Bu zainab," ucap Ibu terjeda. "Baru kemarin saya mengetahui tentang apa yang telah menimpa pernikahan anak-anak kita, Bu. Saya tidak menyangka Brian akan bertindak sejauh itu ... mengembalikan Istri pada orangtuanya. Sungguh, itu adalah kesalan besar ... dan saya sangat murka pada keputusan Brian," "Iya, memang sudah seharusnya seperti itu," timpal Bu zainab menatapku tajam. "Saya berharap ... semua ini masih bisa diperbaiki dan Nak Amalia mau lagi kembali ke rumah bersama Brian," "Kembali?! Sebagai seorang Ibu kurasa hati ini tak akan mampu melepas Putriku pada lelaki yang ... maaf ... seperti Nak Brian ini," "Saya faham, Bu. Tentang rasa khawatir yang saat ini Ibu zainab rasa ... saya sangat mengerti. Tapi ... InsyaAllah Brian telah menyadari letak kesalahannya dan tak akan mengulangi di masa mendatang. Bukan begitu, Nak?" tandas Ibu sejenak mengalihkan netra
Last Updated: 2023-07-27
Chapter: DatangTak henti kucoba menekan gundah, melirihkan gejolak yang terasa keras mendentum dada. Namun, upayaku jauh dari kata sempurna. Bahkan layak dikata tak berguna sebab getir itu tetap ada, semakin tinggi merangkak memposisikan diri. Lurus menatap, kucoba untuk tetap fokus. Perjalanan masih sangat panjang. Dan pastinya aku berharap selamat senantiasa mengiringi sampai tujuan. "Bila nanti Amalia mau kembali ... tolong jaga dia, Nak. Perlakukan dirinya dengan cara terbaik," tutur Ibu tanpa benar-benar menatapku. Netranya berembun. Iya! Sejak tak mendapati keberadaan sang menantu, pelupuk itu tak pernah benar-benar kering. "Pasti, Bu ... Pasti," ucapku, mencoba meyakinkan, menanam kembali benih kepercayaan. Sungguh, telah sangat jauh aku membuang sikap itu. Kikir. Iya! Meski sampai saat ini aku pun belum bisa menerima bila diriku disebut sehina itu. Namun, demi utuhnya bahtera pernikahan. Aku rela ... sungguh tak apa bila harus kus
Last Updated: 2023-07-27
Chapter: Sakit Hati Seorang IbuCintanya pada Amalia. Memang sangat lah besar dan nyata. Bahkan, tak henti Beliau selalu membanggakan pribadi menantunya itu.Dan kini, kenyataan berlaku begitu pahit ... sangat getir untuk diterima nalarnya."Tanpa memberitahu Ibu ... kau ambil keputusan seberat itu, Nak? Kenapa?! Apa kau tak lagi membutuhkan pendapat Ibu?!" Serunya, mendongak, deras mengalir air dari ke dua sudut netra senjanya.Usianya tak lagi muda, tapi luka itu harus Beliau rasa. Sungguh, bukan hanya tak pantas dibangga. Aku pun menjadi sosok anak tak berguna."Maaf, Bu ... maafkan aku," lirihku bersimpuh, eret memeluk lututnya."Mengembalikan seorang Istri pada orangtuanya bukanlah hal yang patut kau sebut sebagai ketidaksengajaan, Nak ... Tak pantas kau sebut seperti itu," lirih Ibu nyaris tak terdengar. Tersedu. Iya, wanita yang selalu kukagumi itu mulai terisak pilu, menyayat perih, mengiris kalbu."Aku tahu ... aku memang telah bersalah menge
Last Updated: 2023-07-27