author-banner
moondavest
moondavest
Author

Novel-novel oleh moondavest

Topeng si Pembunuh

Topeng si Pembunuh

Aleena harus menghadapi teka-teki dan jebakan lingkaran bisnis gelap rahasia di kampusnya. Belum lagi Azka, musuh bebuyutannya, ternyata memegang kunci penting dari seluk beluk bisnis gelap rahasia itu. Keduanya menjalin kerja sama, dan dari situlah: Aleena dan Azka melakukan penyamaran untuk investigasi! Selama ini mereka tidak tahu bahwa kampus mereka menyimpan sisi kelam yang dikubur dalam-dalam. Apakah Aleena dan Azka dapat menyelesaikan misi untuk mengungkap bisnis gelap rahasia? Apa yang akan terjadi pada mereka setelah mengetahui semua kasus kelam itu berhubungan dengan masa lalu Aleena?
Baca
Chapter: Bab 9: Menyadap Percakapan
"Apa kamu sudah menemukan target selanjutnya?" Di tengah ruangan sepetak dengan pencahayaan remang-remang, suara dari rekaman terdengar. Menggema bagai suara hantu. Tidak ada cahaya putih terang, hanya cahaya dari dua layar komputer menyala yang menampilkan baris-baris data algoritma. Orang awam tidak akan mungkin bisa paham. Namun tidak untuk Azka. Satu layar komputer di depan mata Azka menunjukkan ruang lobi laundry. Tempat resepsionis menyambut para pengunjung. Namun yang menjadi perhatian Azka bukan ruangan itu. Dua pria yang berdiri saling berhadapan. Menyamping dari kamera kecil yang beberapa saat lalu sengaja dipasang Azka pada meja resepsionis. Azka tidak tahu siapa pria itu. Hanya pria yang berdiri di sisi kiri. Ia adalah Kevin. "Aku sudah menemukan, tapi maaf jumlahnya tidak bisa sesuai keinginannmu." Azka mengerutkan kening. Dieratkan earpiece—alat kecil di telinga untuk mendengar rekaman sadapan—untuk mendengarkan lebih saksama. Sementara tangan kiri Azka yang terb
Terakhir Diperbarui: 2022-09-19
Chapter: Bab 8: Jejak Bukti Pada Hoodie
Azka benar-benar seseorang yang berpikir di luar dugaan!Sedari mereka keluar dari ruangan tempat ekstrakurikuler Teater Jiwa berlatih—dengan Azka yang menggenggam dua plastik berisi pakaian kotor tentu saja, Aleena menerka-nerka apa yang sebenarnya ingin dilakukan Azka. Padahal Aleena merencanakan ingin melihat isi dari ruangan tempat ganti baju. Namun karena kedatangan Azka secara mendadak membuat rencananya batal. Sekarang Aleena sudah tiba di tempat laundry khusus yang disediakan kampus untuk mahasiswa atau mahasiswi asrama. Di depan mereka Ferdian sudah meletakkan dua kantung plastik hitam berukuran sedang dan membiarkan petugas laundry mengambil itu. “Sebenarnya kau ingin melakukan apa?” Aleena bertanya dengan berbisik sangat pelan, mengantisipasi agar Ferdian tidak mendengar. Azka hanya melihat sekilas ke arah Aleena, dan tersenyum kecil. “Lihat saja.”Belum sempat Aleena membalas lagi, Ferdian sudah membalik
Terakhir Diperbarui: 2022-04-20
Chapter: Bab 7. Klub Teater Jiwa
“Semalam saya tidak mencatat pengunjung luar yang datang, Mbak. Hanya ada empat kegiatan ekstrakurikuler berjalan. Dua di antara empat itu memang mengenakan setelan hoodie abu-abu dan hitam. Saya hanya tidak melihat ada keluar ataupun masuk. Sepertinya semua anggota ekstrakurikuler melaksanakan kegiatan di dalam gedung ini.”. Kalimat yang diucapkan si penjaga meja resepsionis berputar di kepala Aleena selama kedua kakinya melangkah menyusuri lorong koridor. Kedua mata Aleena tegas menatap ke depan, melalui beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang memandangnya penuh pertanyaan. Namun Aleena tidak memedulikan sekeliling. Aleena masih tidak bisa mencerna kalimat si penjaga. Bagaimana bisa dia tidak melihat ada yang keluar atau masuk kalau rekaman kamera CCTV jelas-jelas merekam ada seseorang melakukan itu? Berulang kali Aleena pikirkan sampai rasanya di kepalanya sekarang muncul kotak-kotak kemungkinan yang menggambarkan kejadian secara terpisah.
Terakhir Diperbarui: 2022-04-18
Chapter: Bab 6. Bibit Kecurigaan
Kelas mata kuliah terakhir sudah selesai. Sejak ditunjukkan rekaman CCTV oleh Azka, Aleena memutuskan untuk membuat mind-mapping(¹) secara diam-diam. Di kepalanya sudah tersusun rencana untuk mendatangi lokasi yang berada dalam rekaman CCTV. Aleena sungguh-sungguh tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Sosok pria misterius yang mengikuti dirinya dan Azka dua malam kemarin membayangi pikiran Aleena. Mengapa pria itu mengikuti mereka? Aleena tidak merasa mengganggu siapa pun. Kalaupun memang seseorang itu berniat macam-macam, mengapa langkahnya ragu-ragu saat ingin mendekati ruangan persembunyian Aleena dan Azka? Kalau saja keberadaan si pria misterius itu tidak tertangkap kamera CCTV, maka Aleena tidak akan ingin menelusuri. Masalahnya, Aleena merasa kalau pria misterius itu ada keterkaitan dengan foto-foto yang ditemukan di dalam kotak. Bayangkan. Tiga foto polaroid dari salah satu kotak yang dikirimkan entah siapa menunjukkan wilayah Fakultas Kedokteran
Terakhir Diperbarui: 2022-03-13
Chapter: Bab 5. Rekaman CCTV dan Rumor Bisnis Rahasia
Satu-satunya hal yang paling mengganggu Aleena sekarang adalah ketiga foto polaroid di tangannya. Hari ini ia memang berniat untuk menelisik gedung fakultas apa yang ada di foto ini, maka ketiga foto itu sengaja dibawa ke kampus. Namun meskipun Aleena sudah memerhatikan—bahkan sampai penjelasan dari sang Dosen masuk telinga kanan keluar telinga kiri, tetap saja otaknya tidak bisa mencapai pemahaman bangunan apa ini. Masalahnya foto polaroid di tangan Aleena difilter BMW: hitam cukup tebal dengan agak keabu-abuan di beberapa titik. Jangan salahkan Aleena karena tidak bisa menebak gedung bangunan fakultas apa. Seluruh gedung di kampusnya nyaris serupa dari bentuk bangunan, ketinggian, warna. Hanya dibedakan melalui bentuk pucuk gedung, dan masalahnya Aleena tidak hafal bentuk-bentuk pucuk gedung seluruh fakultas. "Bentuk jendela yang nggak ada garis memecah empat... papan kayu di atas bangunan... jumlah anak tang—" "Aleena!" Langkah Aleena yang menyusuri lorong
Terakhir Diperbarui: 2022-01-19
Chapter: Bab 4. Isi Kotak dan Azka yang Cemas
Aleena membuang napas kasar untuk kesekian kalinya. Suara erangan Aleena keluar bersamaan tubuhnya ditegakkan dengan kedua tangan diangkat ke udara, merenggangkan otot-otot. Bunyi tulang sempat membuat tersentak terkejut. Rasa pegal di pinggang sepertinya sungguh sudah melewati batas. Sepulang dari kampus, ia langsung mengerjakan tugas-tugas dari Prof. Kim yang sungguh kelewat tidak punya nurani. "Ah... sudahlah. Nggak usah pikirin apa-apa." Perempuan itu menggumam sambil menggelengkan kepala. Dalam kondisi mata terpejam, Aleena mencoba menjernihkan pikiran. Selama beberapa saat itu ia mengatur ritme napas serta detak jantung. Aleena membiarkan perasaan lega mengalir menjalarkan ketenangan. Beban di dadanya seolah menguap hitungan sekejap. Kalau begini, kan, Aleena bisa tertidur nyenyak. Ting. Pandangan Aleena menengok ke layar ponsel yang menyala, lalu sedikit melonjongkan leher untuk mengecek tampilan pada layar. Sebuah notifikasi pesan muncul menampakk
Terakhir Diperbarui: 2022-01-19
Anda juga akan menyukai
DMCA.com Protection Status