Chapter: Pondok pesantrenSesampainya di rumah, Miranda langsung menemui sang mama.“Ma, besok pagi bantuin Miranda berkemas-kemas, ya!”Larasati nampak bingung. “Memangnya dah mau pindah?”“Iya, Ma. Miranda cocok sama pondok yang Tita bilangin kemarin. Miranda dah ketemu sama pemilik pondok. Mereka ramah sekali. Pokonya Miranda mantap mau mondok di situ,” ujar Miranda berapi-api.Larasati merasa terenyuh dengan tekad putrinya. “Kehidupan di pondok itu keras, Nak, jadwalnya padat. Kamu pandai-pandailah beradaptasi di sana.”“Iya, Ma,” jawab Miranda singkat.Tak terasa, sehari telah berlalu. Semua kebutuhan pokok Miranda selama akan berada di pondok, sudah dikemas dalam sebuah travelling bag. Sekarang, waktunya berangkat ke pondok, memulai hidup baru. Larasati memandangi putrinya dengan penuh kasih. Untuk sementara, ia akan berpisah dengan putrinya. Ia menahan air matanya agar tak tumpah. Ia tak ingin nampak
Last Updated: 2021-11-04
Chapter: ResignLagi-lagi, Miranda terjaga dari tidurnya. Diliriknya jam dinding di kamarnya, masih jam dua pagi. 'Sialan!' rutuk Miranda dalam hati. Bagaiamana bisa ia mimpi buruk tiga hari berturut-turut dengan mimpi yang sama pula? Apakah ini hanya kebetulan semata? Ataukah sebuah pertanda buruk?Tiba-tiba, Miranda merasa ketakutan. Untuk pertama kalinya, ia melakukan salat malam--tahajud--untuk menenteramkan hatinya yang gelisah. Ia segera mengambil air wudhu, lalu memulai salatnya. Air matanya bercucuran, karena ia merasa bersalah, telah meninggalkan Allah selama ini. Ia bahkan melakukan zina hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya.Setelah selesai dua rakaat, ia pun berdoa memanjatkan doa, meminta ampun kepada Allah atas semua dosa-dosanya. Lalu ia pun duduk bersila, melafalkan zikir dengan bercucuran air mata. Ampuni aku, Ya Allah. Ampuni aku ....Malam itu, Miranda menghabiskan sisa malamnya dengan berzikir. Terus dan terus. Hingga ia jatuh tertelungkup di atas s
Last Updated: 2021-10-27
Chapter: KeputusanMiranda terjaga dari tidurnya. Ia bingung berada di mana. Kepalanya masih terasa sangat berat. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam. Lho, di mana Jatmiko? Miranda mengedarkan pandangannya ke kamar hotel. Tak nampak Jatmiko. Juga barang-barang yang kemarin sempat dilihatnya.Ketika hendak bangkit dari ranjang, ia terkejut mendapati dirinya telanjang. Ia juga merasakan nyeri pada alat kelaminnya. Karena penasaran, ia meraba bagian vitalnya. Ia terhenyak, ketika tangannya menyentuh lendir lengket di sekitar alat vitalnya.Miranda terhenyak, kembali membaringkan tubuhnya. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia berusaha melogika apa yang telah terjadi dengannya. Setelah beberapa lama berpikir dengan tenang, ia pun perlahan menangis. Ia tak menyangka, Jatmiko sebejat itu. Ia tak menyangka, Jatmiko tega menjebak, lalu memperkosanya.'Oh, bodohnya aku,' rutuk Miranda dalam hati. Ia sungguh menyesal, bertemu dengan Jatmiko. Ia menyesal kemarin dengan
Last Updated: 2021-10-26
Chapter: Malam jahanamSetelah sarapan bersama, mereka pun kembali berjalan menuju lokasi pantai. Jatmiko mengantarkan Miranda hingga tempat parkir."Daaah ... sampai jumpa nanti siang, ya!" pamit Miranda saat melewati Jatmiko. Pria itu sedang berjalan menuju mobilnya yang diparkir di area luar pantai. Jatmiko membalas lambaian tangan Miranda, lalu melanjutkan langkahnya.Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, Miranda sudah siap pergi dengan Jatmiko. Ia membuka pesan di aplikasi WA, ada sebuah pesan dari Jatmiko, bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju hotel tempat Miranda menginap. Miranda mengambil tas punggung kecilnya, lalu turun ke lobi. Ia akan menunggu Jatmiko di sana.Siang ini, suasana hotel agak sepi. Hanya ada beberapa pengunjung hotel terlihat duduk-duduk di lobi hotel. Hotel tempat Miranda memang dilengkapi dengan dua set sofa untuk duduk tamu-tamu hotel.Dari kejauhan, nampak seorang pria tampan berkulit coklat berambut semi gondrong ten
Last Updated: 2021-10-15
Chapter: Berkenalan dengan JatmikoSetelah menarik napas panjang, Miranda pun mulai menceritakan kisahnya. Reno mendengarkan dengan penuh simpati.“Jadi, kamu sekarang merasa insecure karena kondisimu sekarang, ya, Mir?” Reno berkomentar.“Ya, begitulah. Aku merasa hina banget, Reno.”“Jangan terlalu dipikirkan, let the gone be by the gone, yang penting kamu sudah bertaubat, menyadari kesalahanmu.”“Eh, dah hampir jam 10, pulang, yuk. Panas gila di sini,” ujar Miranda, sambil melihat jam di ponselnya.“Langsung pulang ke Magelang?”“Enggak. Balik ke rumah tanteku dulu, entar sore baru balik Magelang.”“Ya udah, bye Miranda, nice to see you,” pamit Reno pada Miranda yang sedang berkemas.Reno beranjak meninggalkan Miranda. Miranda menyusul pergi kemudian. Miranda merasa simpati dengan kisah cinta pria itu. Ia tak bisa membayangkan kesedihan Reno yang harus kehilangan kekasih hati
Last Updated: 2021-10-13
Chapter: RefreshingAlex tertunduk lesu, mendengar jawaban Miranda. Ia tak menyangka, Miranda sedalam itu mencintai dirinya. "Maafkan aku, Mir, aku sudah merusak hidupmu.""Bukan salahmu, Alex. Aku juga salah. Cinta datang di saat yang tepat, itu saja. Kita berdua salah, karena mengikuti bisikan hawa nafsu. Memang sudah seharusnya kita berpisah.""Tapi kamu perempuan, Mir. Kamu rugi ....""Karena aku sudah tak virgin, maksudmu?"Alex menjawab lirih, "Iya, Mir."Miranda menitikkan air mata. "Itu sudah terjadi, Lex. Aditya, pacarku yang terakhir, dia adalah lelaki yang menjunjung tinggi norma susila, ia kecewa mengetahui aku sudah tidak suci lagi.""Ia langsung memutuskan hubungan kalian begitu saja?""Enggak. Aku yang memutuskan hubungan. Dia mau menerimaku apa adanya, walaupun aku tidak sesuai harapannya. Tapi aku memilih mundur.""Kenapa, Mir? Kan dia menerimamu apa adanya.""Jangan naif, Alex. Oke, saat ini dia bisa bilang kaya' gitu. Tap
Last Updated: 2021-10-12
Chapter: Hasil penyelidikan"lha kok malah nanya aku. Ngomong-ngomong, kamu sendiri pinginnya gimana? Mau lanjut apa mau stop?" Sumpah aku pusing, mau menjawab apa. Masak iya sih, mau stop begitu saja? Entar Bapak sama Ibuk gimana dong? Bisa-bisa dikutuk jadi batu beneran aku. "Keluar yuk, Na. Daripada bengong aja di rumah." Aji membuyarkan lamunkanku. "Yuk lah. Tunggu ya, aku pamit sama Mas Raka." Setelah minta izin, kami pun berangkat. Aji mengajakku ke pusat perbelanjaan. Di sana, ia membelikanku beberapa potong pakaian. Duh, senengnya. Berasa lagi dapat lotre deh. Setelah makan siang bersama, Aji mengantarku pulang. Sesampainya di rumah, Mas Raka sudah menyambutku dengan muka masam. "Lama bener sih, perginya?" "Maaf, Mas, tadi saya ngajak Nana shopping sebentar. Gak apa-apa, kan?" Mas Raka hanya membalas dengan tersenyum kecut-kecut asem gimana gitulah. Setelah Aji pulang, Aku segera mencoba baju baruku. Bolak-balik ngaca, ampe cerminnya bosan.&
Last Updated: 2021-09-28
Chapter: Pasca penolakan"Ya, sudah ...."Aku pun balik kanan, meninggalkan Mas Raka. "Na!" Aku langsung membalikkan badanku, siapa tahu dia berubah pikiran, kan? "Maaf, ya, Na." Aku menganggukkan kepalaku, lalu berjalan menuju kamarku, dengan sejuta Hal yang berkecamuk di pikiranku. Jangan-jangan Mas Raka gak doyan perempuan? Atau aku kurang seksi? Jangan-jangan dia 'jeruk makan jeruk' nih. Langsung kutendang jauh-jauh ide terakhir konyol itu. Aku yakin Mas Raka normal, buktinya, pas kemarin lihat dadaku itu, dia 'on'. Besok aku mau dandan yang cantik, lah, kalau di rumah mau pakai dress casual yang seksi-seksi, biar Mas Raka kepincut pingin meng-unboxing aku. Astaga, ngeres bener kan pikiranku? Unboxing-unboxing melulu isinya. Ketika masih asyik-asyiknya merem, mimpi bercengkerama dengan pangeran dari antah berantah, tersengar pintu kamarku digedor-gedor. Sialan. Dengan mata masih merem melek dan belekan, aku bangkit dari kasur lalu membuk
Last Updated: 2021-09-27
Chapter: Setelah tiga bulanAku segera menghentikan langkahku. Siapa tahu akhirnya Ibuk tak tega melihatku meninggalkan rumah, menikah dengan orang asing, lalu tiba-tiba ingin membatalkan pernikahanku. Bisa saja, kan? "Kamu sudah jadi istri orang loh ya, Nduk, kurangi pecicilanmu!" ujar Ibuk dengan lantangnya, mematahkan harapanku. Aku langsung meneruskan langkahku. Aku berjalan sambil mencebikkan bibir. Dasar Ibuk! Bisa-bisanya loh, di depan mertua dan keluarga lainnya, bilang kaya' gitu. Kubanting pintu mobil keras-keras. Lalu kami pun berangkat meninggalkan rumahku. Ada sedih yang menyeruak di hatiku. Duh, kaya' apa rasanya tinggal seatap dengan orang lain? *** Alhasil, pagi ini aku bangun kesiangan. Kulihat Mas Raka sudah tak ada di kasur. Sayup-sayup terdengar ramai orang mengobrol. Sepertinya mereka bertiga tengah sarapan bersama. Ealah, aku ditinggal. Ya gak apa-apa sih, yang penting jangan dihabisin aja lauknya. Soalnya aku ini tipe orang yang 'wani rekasa ning ra
Last Updated: 2021-09-25
Chapter: FlashbackMulai deh, Ibuk mengeluarkan ceramahnya. Kulirik Mas Raka yang duduk di sampingku. Dia mesam-mesem aja. Pingin kudorong aja dia, soalnya duduknya nyender-nyender ke badanku, agak risih jadinya.Karena gak ada yang menjawab, Ibuk malah melanjutkan ceramahnya lagi."Nanti, kalau misalnya kamu sudah hamil, resign saja dari kerjaanmu, Na. Toh penghasilan suamimu sudah nyukupi to. Kamu di rumah saja mengurus rumah dan anak-anakmu. Iya kan, Nak Raka?""Iya, Bu. Saya sih terserah Nana saja."Ibuk terlihat mengangguk puas. Iya, Ibuk puas, aku yang terhempas. Gimana mau hamil, wong hingga saat ini, segelku masih rapat belum dibuka kok. Piye toh, Buk? Tunggu ya, Buk, nanti kalau sudah siap, sudah nyaman sama Mas Raka, aku tak minta 'jatahku'. Yaelah, istilahnya gitu amat yak. Nafkah batin, maksudnya.Tau-tau dah malam aja. Bapak sama Ibuk sudah masuk kamar sebelah, padahal sekarang baru jam setengah sembilan. Dah pada ngantuk rupanya. Aku sama Mas Raka
Last Updated: 2021-09-25
Chapter: Awal mula"Bisa gak sih, geser dikit tidurnya? Dah tahu ranjangnya sempit, tidur banyak gaya gitu!" Aku menyemprot Mas Raka, yang lagi gegoleran di ranjang."Kamu itu, Na, galaknya melebihi anjing penjaga rumah tetangga!""Biarin! Habisnya situ jahil sih! Suka ambil kesempatan dalam kesempitan. Mentang-mentang lagi ada bapak ibuku di sini." Aku masih saja mengomel panjang lebar kali tinggi kali luas alas kali volume kali, kali, ah entahlah ...."Yang ngambil kesempatan dalam kesempitan itu siapa? Kan bermesraan dah jadi kesepakatan kita, toh? Orang cuma meluk-meluk dikit, nggandeng tangan, sama nyium kening dikit aja loh, ngamuknya kaya' Kingkong gitu! Memangnya kamu mau, bapak ibumu tahu kondisi kita yang sebenarnya, terus tahu-tahu ibumu kena serangan jantung?" Seperti biasa, Mas Raka memberikan jawaban diplomatis.Kuhentakkan kakiku ke lantai keras-keras. Menyesal kemudian benar-benar tak ada guna. Seminggu yang lalu, aku sudah resmi menikah dengan lelaki
Last Updated: 2021-09-25