author-banner
Maryam Ashiya
Maryam Ashiya
Author

Novels by Maryam Ashiya

Altair dan Sepasang Matahari

Altair dan Sepasang Matahari

Mereka bertemu lagi, lelaki shalih yang dicita-citakan oleh Bundanya agar bisa menjadi pendamping hidupnya. Namun harapan itu seolah sirna saat lelaki itu malah menyodorinya sebuah surat dari lelaki lain yang tak pernah ia duga. Surat lamaran dari Altair. "Aku ingin meminang anak Ibu untuk menjadi pendamping hidupku. Kuakui aku bukan Umar yang mampu menjaganya dengan keperkasaannya hingga syaitan pun merasa gentar terhadapnya. Aku bukan Lukman yang mampu membimbingnya dengan arif dan bijaksana, bukan Mush'ab bin Umair yang sanggup mengajarinya kezuhudan sempurna dengan meninggalkan segala kenikmatan yang ia punya... Bahkan aku juga bukan lelaki yang layak untuk mendampinginya saat bahagia dan setia menghiburnya di saat dukanya."
Read
Chapter: Bila Tiba Saatnya
Jam setengah lima sore. Ifa menutup mushaf qur’an yang baru saja dibacanya, lalu merapikan jilbabnya di depan kaca. Ia memandang pantulan wajahnya di sana beberapa menit lamanya. Ada yang kurang saat ia mengamatinya. Ia menghirup nafas dan menghempaskannya pelan-pelan. Dilapangkan hatinya dari rasa gundah yang menggelayutinya, dibebaskan pikirannya dari bisikan-bisikan emosi yang membelenggunya. Seulas senyum tersungging di bibirnya. Wajahnya yang semula muram kini berseri-seri lagi. Semangatnya telah pulih kembali. Aku akan terus mencobanya, tekadnya. Ia lalu keluar dan mencari Titania ke kamarnya. “Tania.” Ifa memanggil gadis itu. Tak ada jawaban. Dibukanya pintu kamarnya dengan pelan, hampir tanpa suara. Kesunyian di lantai dua ini membuat sedikit gesekan saja bisa terdengar sangat berisik. Gadis yang dicarinya itu ada di sana, di luar kamarnya. Berdiri tegak di balkon dengan tubuh yang menghadap ke barat dan mengarahkan kepalanya ke arah matahari sepert
Last Updated: 2021-06-20
Chapter: Gadis Merkurius: Persahabatan Tak Butuh Simbol
Koridor itu terasa sunyi saat Ifa melangkahkan kakinya ke sana. Tak ada suara apa pun selain langkah kakinya sendiri dan gemerincing rangkaian kunci kamar yang tergenggam di tangannya. Gadis yang dicarinya belum jua dijumpainya.Ifa berusaha menenangkan pikirannya dan membuat dirinya serileks mungkin. Lalu dipilihnya salah satu kunci yang dipegangnya dan dipakainya untuk membuka ruangan yang pintunya kini berada di depannya. Ia menghela nafas pelan. Terdengar suara berderit saat pintu dibuka. Ifa melongok ke dalam, mencoba memastikan bahwa ruangan itu adalah ruangan yang pantas dimasukinya. Ruangan tempat segala kenangan masa kecil Titania tersembunyi di sana. Titania’s World. Ia membaca papan kayu yang terpasang di atas pintu, lalu tanpa ragu-ragu lagi ia masuk ke ruangan itu.Ruangan itu masih nampak bersih. Tak ada sarang laba-laba atau debu tebal yang menyelimutinya padahal Ifa sudah bersiap-siap menutup hidungnya dengan sapu tangannya. Para pelayan
Last Updated: 2021-06-20
Chapter: Menunggu Matahari
Ia berdiri mematung. Khidmat. Bola matanya mengembang. Ditatapnya rintik-rintik gerimis yang mulai turun sejak dini hari tadi. Gemericik suaranya menghanyutkan pikirannya, mengalunkan nada-nada yang terdengar indah di telinga, lalu mengantarkannya pada suasana tenang. Damai. Sesaat ia merasa kesejukan menelusup ke ruang-ruang kalbunya dan menembus lorong-lorong beku yang entah sekian lamanya tak teraliri suara-suara lega. Denting air itu makin lama terdengar makin indah hingga perlahan diulurkannya kedua tangannya ke bawah tetesan hujan seraya memandangnya dengan takjub. Dingin menyentuh kulitnya. Tapi bibirnya menyunggingkan senyum menikmati kristal-kristal bening yang tercurah dari langit itu.Dipejamkannya kedua matanya. Direntangkannya kedua tangannya dan dibiarkannya angin berbisik membelai pipinya. Dihirupnya udara dengan lembut dan dihempaskannya pelan-pelan. Alam begitu tulus menawarkan kesejukan untuknya hingga entah berapa lamanya ia akan betah berdiri lama-lama men
Last Updated: 2021-06-20
Chapter: Harga Sebuah Ketulusan
Bayang-bayang hitam itu kian mendekat. sosoknya teramat menyeramkan. Matanya yang merah menyala menatapnya buas dan penuh amarah, seolah makhluk itu ingin menelannya hidup-hidup. Mulutnya menyeringai dan lidahnya yang panjang terjulur ke luar seraya meneteskan air liur. Menjijikkan. Tangannya terayun-ayun ke depan, memperlihatkan jari-jemarinya yang berkuku tajam. Seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu lebat. Rambutnya tergerai hingga lutut. Mengerikan.Ia ketakutan. Makhluk itu berlari ke arahnya. Sekuat tenaga ia mencoba berlari, dan berlari demi menghindari kejarannya. Napasnya terengah-engah. Mukanya pucat pasi. Keringatnya jatuh berleleran. Ia terjerembab. Susah payah ia mencoba untuk bangkit. Sementara makhluk menyeramkan itu kian mendekat. Tinggal selangkah lagi dari tempat berdirinya kini.Tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Tangan dan kakinya tak bisa digerakkan. Mulutnya terkunci. Tubuhnya seolah terpaku pada bumi. Tak ada yang bisa mendengar teriakan
Last Updated: 2021-06-20
Chapter: Ia Terasing
Gerimis turun rintik-rintik ketika Al sampai di bandara. Bergegas ia berlari keluar dari mobilnya tanpa mempedulikan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang sumsum. Di waiting room matanya awas menyusuri deretan kursi yang setengah kosong, memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang atau sekedar duduk dengan wajah kelelahan. Dicarinya sesosok wajah yang telah berbulan-bulan begitu ia rindukan kedatangannya. Tak ada. Ke mana perginya sang Titania? Kecemasan mulai melanda hatinya. Disusurinya kembali seisi ruangan itu. Ia kelimpungan. Rasa bahagia yang sempat menyelinap di hatinya beberapa menit yang lalu lenyap seketika. Sementara di luar sana hujan kian turun dengan lebatnya.Al menjerit dalam hati.Jangan katakan kepulanganmu hanyalah mimpi. Ttolong... agar aku percaya bahwa hidup kita bukanlah permainan belaka.“Kak... ”Al menemukannya. Suara itu terbata-bata memanggilnya. Ia menoleh dan mendapati sosok yang dicarinya ter
Last Updated: 2021-05-24
Chapter: Pulang
Akhirnya di sinilah Ifa berada, menjadi guru sukarela sebuah sekolah dasar di pinggiran kota Solo yang hampir roboh gedungnya. Tidak, ia tidak menyesal. Sebab hidup adalah pilihan. Dan keputusannya untuk mengajar anak-anak itu datang dari panggilan nuraninya. Ia tak lagi mempedulikan masalah gaji. Tak lagi mempermasalahkan spesialisasi. Di dunia yang carut-marut oleh aturan-aturan buatan manusia yang suka mengkotak-kotakkan pikiran sehingga membatasi kreativitas dan kesempatan untuk berkarya, ada banyak hal berharga yang bisa dilakukan sebagai ajang aktualisasi diri, tak harus terpaku pada keahlian yang ia punyai. Karena ilmu Allah itu maha luas, tak terdikotomi, tak terbagi-bagi. Kemampuan dan profesionalisme akan datang dengan sendirinya seiring kemauan kerasnya untuk terus belajar dari realita kehidupan yang ada.Ia lepaskan gelar sarjana tekniknya, lalu dengan bangga ditekuninya pekerjaan barunya. Anak-anak itu... ia sadar bahwa ternyata kebahagiaannya ada saat bers
Last Updated: 2021-05-24
You may also like
Anak Magang Cucu Direktur
Anak Magang Cucu Direktur
Lainnya · Maryam Ashiya
13.9K views
The Rich Man Passion
The Rich Man Passion
Lainnya · Maryam Ashiya
13.6K views
Korban Perceraian
Korban Perceraian
Lainnya · Maryam Ashiya
13.2K views
LIKA-LIKU HIDUP MAMAN
LIKA-LIKU HIDUP MAMAN
Lainnya · Maryam Ashiya
12.9K views
Karma
Karma
Lainnya · Maryam Ashiya
12.2K views
KESOMBONGAN DIBAYAR TUNAI
KESOMBONGAN DIBAYAR TUNAI
Lainnya · Maryam Ashiya
11.9K views
DMCA.com Protection Status