Chapter: 8. Strategi BayuReza duduk di barisan depan kursi ruang sidang di dampingi oleh tantenya. Hari ini adalah sidang perceraian kedua orang tuanya. Setelah dua tahun mengalami masalah dalam rumah tangga, keduanya memilih berpisah. Keduanya bahkan tidak bertanya atau mendengarkan pendapat Reza. Tidak ada yang mau tahu tentang isi hati Reza.Setelah menunggu berjam-jam di sana, sambil menahan sesak dan amarah, keduanya resmi bercerai dengan tuduhan perselingkuhan mamanya dan hak asuh anak jatuh ke tangan sang ayah. Reza hancur sehancur-hancurnya, remuk tanpa bisa diperbaiki. Doanya untuk menyatukan kedua orang tuanya ternyata tidak dikabulkan. Ditatapnya nanar kedua orang tua yang sebentar lagi tidak akan bersamanya secara lengkap. Dia akan tinggal dengan ayahnya setelah hari ini. Tangisnya, penolakannya, dan harapannya untuk keduanya
Terakhir Diperbarui: 2021-04-26
Chapter: 7. MamaMaya Reanita adalah gadis asal Prabumulih, Sumatera Selatan. Merantau ke Jakarta sata berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di sana. Maya adalah orang yang tegas, berpendirian, ego yang tinggi, dan penyayang. Pertemuannya dengan Fahri saat dirinya menjabat sebagai wakil ketua klub seni di kampusnya.Fahri adalah seorang mahasiswa dan pengusaha muda saat itu. Selalu didesak menikah, Fahri memilih Maya untuk menjadi istrinya. Keduanya menjalani rumah tangga yang adem ayem tanpa keributan. Bohong jika Maya tidak mencintai Fahri setelah hidup bersama pria itu dan mendapatkan seorang anak yang lucu dan cerdas seperti Reza.Pernikahan mereka mulai goyang saat Maya memergoki Fahri berpelukan dengan sekretarisnya siang itu, saat Reza masih berumur 10 tahun. Setidaknya, itulah ingatan masa kecil Reza yang masih membekas hingga saat ini. Pertengka
Terakhir Diperbarui: 2021-04-26
Chapter: 6. Perkara AlamatReza tiba di sekolah bersamaan dengan Salma yang baru saja turun dari mobilnya.Si anak disleksia itu, kan?Reza memerhatikan interaksi Salma dengan wanita yang Reza tebak adalah ibunya Salma. Keduanya terlihat dekat, kental sekali saling menyayangi. Reza iri, jujur saja. Dia memang mendapatkan kasih sayang dari keluarga Bayu, tapi, percayalah, tidak akan sama rasanya seperti kasih sayang seorang ibu kandung.Pandangan Reza dan Salma bertemu, yang disadari oleh Alda. Alda tersenyum, Reza mengangguk canggung. Keduanya menghampiri Reza yang memang tidak jauh jaraknya."Hai, teman Salma? Namanya siapa?" tanya Alda. Reza diam sesaat. Teman? Pertemuan pertama mereka yang bisa dibilang tidak baik apa mungkin bisa disebut teman? Ya
Terakhir Diperbarui: 2021-04-26
Chapter: 5. Pesan Dari Mama"Nak Eja?" panggil seorang wanita berumur tiga puluh lima tahun itu."Mama Ayu.""Kemana aja baru mampir? Bayu bilang kemarin mau ke sini. Ditungguin malah nggak dateng."Namanya Ayu, Reza biasa memanggilnya Mama Ayu. Beliau sudah Reza anggap seperti ibu kandungnya sendiri. Keluarga Bayu yang lain juga sangat baik padanya. Kadang, Reza iri."Sibuk, Ma. Mama Ayu sehat?" Reza menyalami Ayu dengan sopan. Ayu mengusap rambut Reza yang sudah dia anggap seperti anak sendiri."Alhamdulillah, sehat. Masuk, yuk? Mama mau masak udang goreng tepung asam manis kesukaan kamu." Ayu menggandeng Reza memasukki rumahnya.Keduanya sudah ada di dapur.
Terakhir Diperbarui: 2021-04-26
Chapter: 4. DisleksiaReza melepas helmnya. Matanya menatap tajam arena balap yang sudah sering ia datangi. Seseorang tersenyum mendatanginya. Mereka bersalaman."Dateng juga lo.""Mana pihak lawan? Takut?" jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Bentar lagi juga muncul. Siap jadi pemenang?" tanya Rega.Reza tersenyum miring tanpa menjawab. Pertanyaan retorik. Begitu pikir Reza.Tanpa diketahui ketiga sahabatnya, Reza sudah sering menjadi pembalap liar. Awalnya sekadar melihat pertandingan orang lain, lalu Rega menawarinya ikut, hingga saat ini, Reza selalu menerima tantangan balapan setiap dia sedang emosi. Menurutnya, ini cara paling menyenangkan untuk membebaskan rasa sesak di dadanya. Meskipun ha
Terakhir Diperbarui: 2021-04-26
Chapter: 3. Bayu BrisenaReza mendarat dengan sukses di taman belakang sekolah. Dia baru saja selesai tawuran dengan musuh bebuyutan sekolahnya, SMA Budi Pertiwi. Beruntung, guru jam pertama dan keduanya hari ini tidak masuk.Reza menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon besar yang berhadapan langsung dengan danau buatan. Dikeluarkannya sebilah silet dari saku seragamnya dan mulai menggerakkan ujung silet tersebut di sekitar pergelangan tangannya. Rasa perih namun menyenangkan langsung dirasa Reza saat luka yang beberapa hari lalu kembali terbuka. Ditambah, darah segar yang sedikit demi sedikit mengotori rumput.Reza baru saja pulang dari pesta ulang tahun yang diadakan di rumah Dirga. Diliriknya sekali lagi jam di tangan yang sudah menunjukkan angka sepuluh. Reza pulang bersamaan dengan Maya yang juga baru pulang dari kantor. Hanya saja, ibunya itu tidak me
Terakhir Diperbarui: 2021-04-26
Chapter: Rumah RagaIni aneh, Raga tidak pernah menghubunginya lagi sejak terakhir mereka berpisah di rumah sakit. Terhitung sudah hampir sebulan.Apa Raga marah karena Rea harus pergi ke rumah sakit, dan mengacaukan acara jalan-jalan mereka?Nggak, Raga bukan orang yang kayak gitu, deh. Masa iya, ada orang ngambek setelah tahu anggota keluarga temennya masuk rumah sakit.Apa Raga sakit? Atau sibuk, mengingat Raga juga anggota BEM di kampusnya?"Re, awas!" Sebuah tangan dengan cepat menarik tubuh Rea mundur ke belakang."Hah?" Jantung Rea berdegub kencang. Dirinya berada di pinggir jalan raya dengan motor dan mobil laku lalang dengan kecepatan yang tidak pelan.
Terakhir Diperbarui: 2022-06-25
Chapter: CincinRea pulas dalam pelukan Lara. Gadis itu benar-benar seperti anak kecil yang erat memeluk ibunya. Tangan halus Lara mengelus kepala Rea.Dia tak mungkin lupa pada gadis yang sepanjang waktu selalu dicintai oleh Kavi. Bahkan saat mereka terpisah jarak, di tengah Kavi mati-matian memulihkan mental mereka yang harus kehilangan suami dan anak bungsunya, Kavi tak pernah melupakan Rea.Gadis cantik yang selalu menyebarkan warna baru di dalam keluarganya. Rea yang ceria, Rea yang selalu tersenyum ramah, kini hilang. Warna hidupnya redup seketika. Lara berusaha mencari saklar itu, tapi tidak bisa dia temukan. Rea begitu kehilangan, hatinya gelap, rona wajahnya memudar.Pintu kamar Rea diketuk pelan. Kavi berdiri di depan pintu yang dibiarkan terbuka sejak tadi."Abang, belum tidur?" tanya Lara lembut.Kavi menggeleng, meletakkan segelas air hangat untuk Lara minum. "Rea gimana?""Udah tenang. Ibu nggak dibiarin bergerak, nih."Kavi tersenyum t
Terakhir Diperbarui: 2021-11-03
Chapter: Gelap"Re," peluk Ara sesampainya Rea di kelas. Teman-temannya yang sudah datang juga ikut memeluk Rea. Tangis gadis itu mulai tak terbendung.Sudah hampir seminggu ayahnya di rawat. Meski pikiran kalut, Rea tetap harus melanjutkan hari-harinya. Dia tidak boleh melalaikan pendidikan. Jika Ardi tahu Rea membolos selama tiga hari kemarin, dia pasti dimarahi."Gimana bokap lo? Ah, gue ... gue boleh nanya itu nggak?"Rea tersenyum tipis, "Bokap sedikit membaik, cuma dia masih betah tidur. Nggak kangen kali sama anaknya. Nggak ada Bokap, uang foya-foya gue harus dialihin buat duit sarapan, deh," candanya. Teman-teman Rea memaksakan senyum."Yang terbaik buat Bokap lo, Ra. Semoga lekas sadar, biar lo nggak galau lagi. Kayaknya lebih enak dijutekin dari pada lihat lo meler gini.""Tai lo."Husshh, language, Re," kata teman-teman Rea kompak.Melihat itu, mau tidak mau Rea tertawa. Yah, nggak buruk juga kuliah saat kondisi hati dan pikir
Terakhir Diperbarui: 2021-08-22
Chapter: Mendung"Kavi!" panggil Rea sambil berlari ke arahnya. Cowok itu sedang duduk di depan ruang ICU dengan kepala menunduk."Rea." Kavi berdiri, dan Rea langsung memeluk Kavi erat. Tangisnya pecah membuat hati Kavi berdenyut."A-ayah ... Ayah gimana? Kenapa bisa masuk rumah sakit? Tadi pagi masih sarapan semeja sama gue, Kav.""Sshh! Tenang, tarik napas, lo nggak boleh kacau gini. Om Ardi nggak suka lo nangis." Tangan Kavi mengusap air matanya. Rasa hangat menjalar, Rea tenang seketika.Kavi melirik Raga yang berdiri di belakang mereka. Cowok itu mengangguk pada Kavi."Ga, duduk," ucapnya tanpa vokal. Mereka pasti habis kebut-kebutan di jalanan, dan itu tidak mudah."Gue beli minum dulu. Lo mau nitip apa?""Tolong, susu coklat buat Rea. Kalau bisa yang dingin. Sama nasi goreng buat lo, Rea, dan Bu Difa, kalau lo nggak lagi buru-buru." Keduanya melirik seorang wanita dewasa yang tampak diam mengamati Rea. Kavi mengangguk."Lo nggak p
Terakhir Diperbarui: 2021-08-04
Chapter: Raga dan Hobinya"Halo," sapa Raga sambil tersenyum manis. Rea ikut tersenyum sambil bersandar di kap depan mobilnya."Feeling unwell?" tanya Rea.Raga menggeleng, "Gue lagi dalam kondisi terbaik sepanjang sejarah."Rea tak mau ambil pusing. Mungkin memang hanya perasaannya saja. "Mau ke mana kita?""Katakan peta, katakan peta," balas Raga sambil menirukan suara Peta dalam kartun kesayangan adiknya, Dora the Explorer.Rea tertawa sejenak, lalu wajahnya dibuat sedatar mungkin, "Serius?""Asem banget muka lo, kayak mangga muda. Kenapa, sih? Kena sindrom akatsuki?" Raga masih mengajaknya bercanda."Emangnya cewek ngambek cuma karena lagi PMS doang? Jalan, yuk," ajak Rea. Raga tersenyum saat Rea dengan seenaknya langsung masuk ke mobilnya.Raga menahan senyumnya saat sudah masuk mobil, "Nggak sabaran banget mau jalan sama gue. Kita bakal ke tempat di mana lo bisa lihat mahakarya gue yang lain.""Awas kalau nggak sesuai ekspektasi."
Terakhir Diperbarui: 2021-08-03
Chapter: Home DateKampus Suryadharma sedang sibuk mempersiapkan acara donor darah yang rutin diadakan setiap tiga bulan sekali. Bekerja sama dengan PMI setempat, acara ini akan diikuti serentak di seluruh fakultas kampus. Para dosen pun ikut mendonorkan darahnya."Edrea," panggil salah seorang anggota BEM F dari fakultas kedokteran."Yo, Ran, gimana persiapan?""Udah mateng, tinggal briefing aja. Kalian mau buat dokumentasi, kan?""Iya, jadi, siapa yang bakal ngeliput bareng gue?""Karena ini bukan acara khusus orang kampus kita, gue undang anak kampus lain buat ngeliput. Anaknya pernah ke sini, kok. Dia bilang mau sukarela-ah, itu orangnya," tunjuk Rani. Rea berbalik dan membulatkan matanya."Itu?" Rea mencoba meyakinkan.Seorang laki-laki berjalan dengan senyum manisnya menuju tempat Rea dan Rani berdiri. Senyum yang sangat familiar."Halo, Ran, Re, apa kabar?""Baik, lo sendiri gimana, Ga? Maaf, ya, gue agak sibuk jadi belum bisa konta
Terakhir Diperbarui: 2021-07-25