MANTAN WITH BENEFIT
"Khal, kamu harus tenang!" Tangan kiri Heksa menggenggam lembut telunjukku. "Kamu bisa bunuh aku sekarang, kalau kamu mau."
Aku mengangkat alis, tak sadar jika tangan kanannya sudah memegang Revolver G2 dengan posisi terbalik, mengarah ke dadanya.
"He—Heksa? Apa-apaan?" kejutku, melihat ekspresinya masih datar. "Kenapa kamu bisa punya benda seperti itu?"
"Selama enam tahun, nggak ada yang berubah dengan perasaanku, Khalisa. Yang kamu lihat itu, seniorku di angkatan, sekaligus yang memberikan benda ini kepadaku." Kedua tangannya kini berubah menjadi Revolver G2 yang siap meledak ketika kutekan. "Sekarang, kamu punya hak buat ngilangin aku dari kehidupan ini. Kehidupan yang aku benar-benar nggak tahu harus ngapain lagi."
"Heksa! Kamu ap—"
"Ssssttttt!" potong Heksa, kedua tangannya mengepal erat jemariku yang mulai gemetar. Ibu jarinya membimbing telunjukku untuk meledakkan jantungnya. "Kamu punya sepuluh detik... Cium aku... Atau... Kita sama-sama tekan pelatuknya."
Hening.