lisa prapamontree 2 school

Revin menatap Lisa dengan perasaan jijik. "Aku tidak peduli sama semua sandiwaramu itu, Ular Betina. Sudah kukatakan kalau kau menggangguku, aku akan menghancurkanmu. Kau ingin kita menikah, kan? Maka pernikahan nerakalah yang akan kuberikan padamu." Mata Lisa berair mendengar ucapan dingin yang keluar dari mulut Revin. Padahal Revin-lah yang telah menghamilinya. "Ada apa dengan keningmu?" tanya Revin datar, melihat kening Lisa yang memarnya cukup mencolok. "Aku terjatuh," jawab Lisa berbohong dengan suara bergetar karena rasa sedihnya yang dia tahan. "Sayang sekali, kenapa kau tidak mati saja sewaktu terjatuh?" tanggap Revin dengan kejam. Lisa hanya bisa mengalihkan pandangannya dengan air mata yang langsung menetes. Rasanya Lisa benar-benar ingin mati saja setelah mendengar ucapan Revin yang tidak punya hati itu. Kalau dia mati pasti Revin akan senang sekali mendengarnya.

Lisa, mahasiswi tingkat akhir yang menyambi sebagai asisten kurator ditugaskan untuk memilah barang-barang antik di sebuah villa. Sesampainya di sana, tidak ada penghuni vila yang menyukainya atau tak disukainya. Ada Kris, pembantu lalki-laki seusia Lisa; Katemi, pembantu perempuan paruh baya; Bram, sang majikan dan pemilik vila; serta Anne, putri sang majikan. Setiap penghuni menjebak dirinya sendiri dalam masa lalu dengan cara mereka masing-masing. Dapatkah Lisa memecahkan kemelut yang berusaha menelannya? Sabtu Malam Lisa adalah bacaan sekali duduk yang sengaja disusun sebagai sebuah puzzle.

Lisa Safira suka membaca novel tentang CEO yang mencintai gadis biasa. Dia bahkan sampai mengkhayal bisa dapat suami seorang CEO.

"Apa yang akan kamu coba, Ra?" Ayra memulai aksi nekatnya dengan perasaan gugup. Dia melepaskan kaitan baju sekolahnya satu-persatu di depan Rendra. "Ayra, kamu jangan nekat!" Lelaki itu panik sendiri dan menoleh ke sana kemari, ke penjuru kelas. Takut jika tiba-tiba ada siswa lain yang masuk. "Aku tahu ini bukan dirimu, Ra!" "Kamu suka cewek yang kayak gini 'kan, Ren?" "Iya! Aku emang suka! Tapi bukan kamu, Ra! Bukan kamu yang harus kayak gini!" Sebelum Ayra membuka kaitan bajunya yang ke-tiga, Rendra menutup bagian depan tubuh Ayra menggunakan jaket yang baru saja dia lepas. Kemudian merengkuh gadis itu dengan erat. *** Ayra merupakan gadis SMA semester akhir. Dia menjadi frustrasi saat tiba-tiba diputuskan oleh Rendra—kekasih yang sangat dia cintai. Alasannya adalah karena Rendra lebih menyukai gadis berpenampilan dewasa. Ayra berusaha sekeras mungkin menjadi apa yang Rendra inginkan meskipun sebenarnya tubuhnya menolak. Rendra sendiri juga tidak menginginkan perubahan itu terjadi pada gadis tersebut. Sementara Attar—lelaki dewasa yang satu rumah dengan Ayra karena mendadak harus bertanggung jawab dengan seluruh kehidupan Ayra pun turut mengekang perubahan gadis itu. Dia sangat menjaga Ayra hingga lebih baik Ayra dia ajak menikah saja daripada melakukan hal berbahaya di luar sana. Akankah Ayra balikan dengan Rendra? Atau justru memilih untuk menikah dengan Attar? ***

Mengisahkan tentang Kana, seorang gadis yang selalu sial terutama dalam hal percintaan. Bahkan ia diberi julukan Miss Bad Luck oleh teman-temannya. Itu karena ia tak pernah merasakan genre Romance seperti semua teman sebayanya. Karena hal itu, Kana memutuskan untuk tak lagi peduli dengan dunia percintaannya. Tapi baru beberapa menit bertekad seperti itu, datang seorang cowok yang mengacaukan semuanya. Cowok itu muncul dengan sekotak martabak keju di tangannya. Ia tak mungkin bisa menolak pesona dari martabak tersebut. "Kalau lo ambil martabak ini ...," ujar laki-laki itu. Ia sedikit memberi jeda pada kalimatnya. "Kita pacaran."

Feisty, crazy and impulsive are the words that best describe Sasha Milton's personality. She is as the notorious leader of the school's most popular and problematic girls,"The panthers". They not only do they walk around school like they own the place, they also found pleasure in inflicting pain on others and are the biggest bullies in Clinton high school. Dean McCain is another popular heartthrob in school but unlike Sasha, he is loved and respected by every student alongside his best friends, Jake and Kyle. When Dean accidentally runs into Sasha and walks out without apologizing, all hell breaks loose as Sasha is determined to make him pay for embarrassing her and making her a laughing stock to her haters. But in the process of getting revenge and payback, they both start to learn more about each other and understand that their very perfect profile is not as it seems and that together they could help each other heal from their sad experiences.

Let's enter Virginian High School a school that's exclusive for maniacs and perverts. Kirsten Encarlight, isn't one of them. She's just a bad-ass seventeen year-old girl who always ended up receiving an expulsion from her past schools. As her mom gave her a one last chance to change, she enrolled her daughter at Virginian High School. Pretending to be one of the most kindest girl but she can't take it. One night, her curiousity drives her. She saw all those nasty and gross happenings inside their school. With that, she's more willing to unravel all the secrets and mysteries in the dark room. Little did she know that the more secrets she found out, her life is also near to death. Together with her, LET US ALL ENTER VIRGINIAN HIGH SCHOOL.

The air between them became hotter as she bit her lip, trying to stop herself from smiling so much. The closet was dark and stuffy, so small that their bodies were almost touching, her heart thumped like crazy. "D-Derek" She called out as he hummed in response, holding unto his sides for some unknown reason. "Will you be my boyfriend?" She blurted out, closing her eyes so she wouldn't see his reaction, he groaned, it almost broke her heart but when she looked down, she saw his shirt was now soaked. Blood trailing down his abdomen which made her gasp, slamming open the closet door. "Somebody call an ambulance!" She yelled as the guy she had just asked out dropped limp to the ground like a pack of soggy spaghetti. *A Nigerian themed novel* |16+

WARNING: MATURE CONTENT Tisha Stewart, a twenty two year old virgin gets her life turned upside down in just one day. She loses her wealthy father to the cold hands of death, she learns that her fake friend who stole her boyfriend is her step-sister, and to top it all, she is forced to spend the night with an old sleazebag to pay off her late father's supposed debt. Spencer Grant is a handsome and sexy billionaire who avoids being in the spotlight. When a business rival attempts to set him up and spikes his drink, Spencer books a hotel room and orders an escort. In a twist of fate, Tisha ends up in Spencer's hotel room. She needs a place to hide and he needs a woman to pass the night. Spencer mistakes Tisha for the escort he ordered and they spend a passionate night. When he wakes up in the morning, Spencer finds Tisha gone. Not only is there no trace of her but the evidence of her innocence stares him right in the face. Now Spencer is determined to find this mysterious girl who has not only stolen his heart but whose face now haunts his dreams. THIS BOOK CAN BE READ AS A STANDALONE

Sudah hampir sekitar 2 minggu proses pencarian dilakukan oleh tim penyelamat yang dikerahkan oleh Joe untuk mencari Angel, Samuel dan juga anak perempuan Jordi yang tak lain adalah Draniela. Angel dan Samuel melompat ke laut untuk menyelamatkan Draniela yang terjatuh dari kapal pesiar. 10 unit Helikopter dan 20 unit kapal penyelamat turun ke TKP untuk mencari mereka bertiga. Bahkan, komandan dari tim penyelamat menambahkan 10 unit Helikopter lagi untuk ikut serta dalam proses pencarian tersebut. Tapi tetap saja, tanda-tanda dari mereka bertiga belum juga terlihat sampai sekarang. Joe dan yang lainnya sudah di kembalikan ke pantai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu, Helikopter unit 5 mendarat di pinggir pantai. Melihat itu, Joe, Chelsea dan yang lainnya langsung berlari menghampiri Helikopter yang baru saja tiba. “Pak! Bagaimana? Sudah ada tanda-tanda dari teman saya!?” Tanya Fanny dengan raut wajah yang tampak cemas. “Pak! Bagaimana dengan anak saya!?” Tanya Desya. Tapi, seorang dari tim penyelamat yang baru saja turun dari Helikopter itu tidak menjawab sepatah katapun. Dia hanya menggelengkan kepala dengan raut wajah yang sedih. Melihat itu, Fanny langsung lemas dan terduduk di tanah dengan wajahnya yang mulai memerah dan seketika, air matanya menetes.