Aku merasa tenggorokan kering, tak bisa menahan diri untuk menelan ludah.Aku kembali meraih botol air.Air dingin itu mengalir ke tenggorokanku, sedikit meredakan kegelisahan dan kecemasan yang kurasakan.Itu juga membuatku seketika menjadi lebih sadar.Jimmy, tetap tidak mengalihkan kakinya.Dia membiarkan aku tetap menempel begitu saja.Jantungku seakan berhenti berdetak beberapa detik pada saat itu.Kemudian, detakannya semakin cepat, seolah hampir tak terkendali.Namun, pada saat itu, mobil mendadak berbelok tajam.Tia yang duduk di depan tiba-tiba terkejut dan berteriak.“Aku hampir mati kaget, Mas!”Dia terus-menerus menepuk-nepuk dadanya.Lalu, dengan suara lembut, dia memuji,“Tapi Mas, reaksi kamu tadi cepet banget.”“Kalau bukan karena belok cepat, batu itu bakal nabrak mobil kita.”Andre langsung tertawa dan berkata, “Gimana, Mas jago nyetir, kan?”Tiba-tiba, Tia mendekat dan memberi ciuman di pipinya, “Mas hebat, cium!”“Jangan berisik.” Andre sepertinya masih ingat kalau
Baca selengkapnya