All Chapters of Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia : Chapter 11 - Chapter 20

26 Chapters

11. Alfreed Bertanggungjawab Pada Luisa

Terkejut dengan respon Alfreed yang mendadak perhatian, Luisa seketika membisu. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Langsung pria itu meraih tubuh Luisa dan kembali membaringkannya di ranjang. “Aku tidak akan minta maaf, tapi aku akan bertanggungjawab,” ucap Alfreed. Matanya memandang Luisa serius. ‘Apa iya jatuh sedikit saja harus ditanggungjawabi? Lagipula kan ini salahku sendiri,’ pikir Luisa. Dia belum tahu kalau tanggung jawab yang Alfreed maksud bukan perkara jatuhnya. Tapi dipandang terus seperti itu, membuat Luisa gugup dan hanya bisa membisu. “Tetaplah di sini. Aku akan belikan sarapan.” Alfreed hendak bangkit, tapi Luisa sigap menarik tangannya. “Jangan! Biar aku yang siapkan sarapan. Tapi sebelum itu beri aku waktu lima menit saja untuk mandi.” Luisa tak bisa lagi terus membisu. Tanggung jawab akan tugasnya di rumah itu tidak boleh lalai, pikirnya. Alfreed melirik tangannya yang dipegang Luisa, lalu beralih memandang wanita itu. “Lakukan saja apa yang k
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

12. Tuan Muda Jose Fernando Chavez

Meksiko “Sudah kukatakan aku paling benci pengkhianat.” Seorang pria dengan lengan dan dada yang dipenuhi tato berdiri di hadapan orang yang berlutut padanya, disebuah ruangan yang dipenuhi lima orang yang memegang senjata. Pria itu adalah Jose Fernando Chavez. Anak pertama dari pemimpin Kartel El Salvador, kelompok mafia paling berbahaya di Meksiko. “Maafkan saya, Tuan, saya sungguh-sungguh minta maaf ...” Orang yang berlutut itu, memohon ampunan. Beberapa bagian tubuhnya mengucur darah, sebab sudah dipukuli lebih dulu. Jose lalu menjambak rambut orang itu hingga terdongak. Dihisapnya dalam cerutu yang berada di tangannya lalu dia hembuskan perlahan seperti menikmati, kemudian dia padamkan cerutu tersebut tepat di mata orang itu. “Aaaarrrrgh ...” Menjerit histeris, menggelupur orang itu memegangi matanya. “Selesaikan, aku tidak mau melihat wajahnya lagi,” perintah Jose pada anak buahnya sembari dia melangkah pergi. Kejam, sadis dan tanpa ampun, begitulah seorang Tua
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

13. Luisa Sakit

Washington DC "Jika butuh bantuan, langsung saja panggil. Aku tidak akan kemana-mana,” sambung Alfreed. Tak lagi menatap wajah Alfreed, Luisa mengangguk sembari melangkah cepat masuk ke kamar mandi. Sambil menunggu Luisa mandi, Alfreed meraih ponsel untuk mengirim pesan pada Paul, asistennya. Lima menit berlalu, Luisa sudah selesai mandi. Bukannya langsung keluar, wanita itu malah hanya menyembulkan kepala dari pintu kamar mandi. Menggigit bibir, Luisa melihat Alfred yang duduk santai di sofa sembari bermain ponsel. "Apa yang harus aku lakukan? Haruskah kuminta dia buat ambil handuk?" Luisa malah bingung sendiri sebab saat masuk ke kamar mandi tadi, dia tak membawa handuk maupun baju ganti. Tak mungkin juga dia langsung keluar dengan tanpa busana, sedangkan Alfred masih ada di dalam kamar. "Sstt ...." Pada akhirnya dia memanggil Alfred. Tapi bukan memanggil nama, wanita itu malah membuat suara aneh hanya agar Alfred menoleh ke arahnya. "Kau sudah selesai?" Bangkit,
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

14. Sejuta Pertanyaan Kakek

Malam menjelang, kakek Scott sudah mempersiapkan segala macam jenis makanan di atas meja. Seperti biasa dia hanya tinggal menyuruh supirnya untuk mengambil makanan yang sudah lebih dulu dia pesan dari restoran ternama langganannya. “Alfreed ... Luisa ... Sudah seharian kalian di kamar. Ayo, keluar, memangnya kalian tidak capek?” ucapnya setelah mengetuk pintu kamar. Bukan Luisa yang keluar melainkan Alfreed. “Apa-apaan sih, Kek?! Pertanyaan macam apa itu?” sentak cucunya kesal. Plak! Tak gentar, kakek Scott memukul lengan cucunya. “Kau memang sudah gila, ya, Bocah?! Kau bilang padaku kalau dia berdarah, tapi seharian kau hajar dia habis-habisan! Di mana hati nuranimu?!” geram kakek dengan suara berbisik. Tak ingin cucu menantunya mendengar. Semula kesal, kini Alfreed jadi terperangah. “Aku saja setelah sah menikahi nenekmu, hanya sekali melakukannya. Besok baru kuulangi lagi. Tidak melakukannya berkali-kali dalam sehari!” “Kau jangan norak, Alfreed! Aku tahu
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

15. Pertemuan Pertama Alfreed dan Luisa

Luisa kembali melirik Alfreed. Khawatir sekali dia salah bicara, takut akan membuat pria yang saat ini merapatkan rahangnya itu, marah besar. Paham dengan tatapan khawatir Luisa, Kakek menegur cucunya. “Heh, Bocah! Kau tidak senang ya, aku menanyai istrimu?” “Bukan begitu, Kek. Tapi_” “Tapi apa?!” Kakek memotong kalimat Alfreed. “Ya sudahlah, terserah kakek saja.” Terpaksa Alfreed mengalah. Tapi sebelum kakeknya kembali menagih jawaban Luisa, dia condongkan tubuhnya mendekat ke telinga wanita itu. “Aku percaya padamu. Tolong kau beri dia jawaban sebaik mungkin,” bisiknya yang sukses membuat bulu kuduk Luisa merinding. Karena terlalu tiba-tiba Alfreed berbisik, yang telampau dekat sampai bibirnya menyentuh telinga Luisa. ‘Oooh, astagaaa ...,’ batin Luisa tidak karuan. Ditariknya napas dalam berusaha tenang dari perasaan itu. “Kami bertemu tepatnya delapan tahun yang lalu, Kek. Saat itu aku masih berusia 18 tahun. Dan persis seperti yang Alfreed bilang, kami be
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

16. Minuman Multivitamin Dari Paul

Lanjut makan malam, Luisa menyuap sisa makanan di piringnya yang masih banyak lantaran diminta untuk bercerita tadi. Baru tiga suap dia makan, tiba-tiba Luisa merasa panas, serasa ada gelenyar aneh di tubuhnya. ‘Uuh, kenapa aku merasa tubuhku panas?’ batinnya. Luisa mencoba abai, melanjutkan makan seolah dia baik-baik saja. Akan tetapi reaksi tubuh tidak bisa berbohong. Tipis-tipis ada gerakan yang tanpa bisa dikontrol, yang dia lakukan. Hal itu justru menarik perhatian Kakek Scott. “Nak, apa kau sakit?” Kakek melihat keringat sebesar bulir jagung di dahinya. “T-tidak, Kek. Aku ....” Luisa tak merasa badannya sakit, hanya saja dia merasa sedikit tidak nyaman sekarang. “Sepertinya aku ingin mandi sekarang,” ucapnya kemudian. “Mandi? Sekarang juga?” Sesungguhnya tidak masalah Luisa ingin mandi kapanpun, tapi saat ini kan mereka masih sedang makan malam. Kenapa pula dia jadi ingin mandi? Maka wajar kalau kakek Scott bertanya heran. Alfred pun sama herannya, tapi di
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

17. Making Love Again

Alfreed mengerutkan dahi. Ibarat suara, turun satu oktaf ketegangan yang semula sudah memuncak. Ditatapnya Luisa lekat, menunggu penjelasan. “Aku tidak pernah berimajinasi apapun,” jawab Luisa jujur. Sejak nenek Angel meninggal, hidupnya terus disibukkan dengan penderitaan. ‘Cih, pembohong! Aku yakin kau pasti malu mengakuinya! Bahkan Jenifer Lopez pun tak sanggup menolak barang milikku!’ yakin Alfreed dalam hati. Pria dengan kepercayaan diri setara Dewa itu sangat yakin kalau barangnya adalah yang terbaik dari segala jenis barang yang tercipta di dunia. “Ini yang pertama dan nyata,” lanjut Luisa yang entah keberanian dari mana kembali menyentuh barang Alfreed tanpa ragu. ‘Damn it! Ternyata kau sengaja menggodaku!’ Menyeringai senyum Alfreed jadinya. Kekesalannya tadi langsung menemukan penawar. Dia tatap Luisa persis seperti serigala yang siap memangsa. Tak lagi ingin buang waktu, Alfreed langsung pada intinya. Dia pertemukan kedua benda yang sejak tadi sudah sama-sama be
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

18. Berangkat Ke Meksiko

‘Well, finally she knows . Mau tidak mau dia memang harus tahu siapa aku sebenarnya,’ batin Alfreed. Dia yakin sekali Luisa akhirnya bisa menebak kalau sesungguhnya dia adalah Tuan Muda kaya raya penerus Scott Corp. “Kau menjual ginjalmu, ya?!” Mengejutkan, tebakan Luisa justru lari begitu jauh. Entah pikiran dari mana dia bisa menebak Alfreed menjual ginjalnya. Beradu rahang Alfreed jadinya. ‘Terlampau polos atau bodoh sih, dia ini!’ “Bukan, tapi ginjal Paul,” jawab Alfreed asal tapi sukses membuat Luisa menelan ludah ketakutan. “Sudah, stop berpikir yang macam-macam. Aku hanya salah lihat, kupikir harganya 150 dolar,” lanjut Alfreed lagi. Tersenyum lega, Luisa pada akhirnya memilih pakaian dalam yang harganya jauh lebih murah. Sesuai perintah Alfreed, dia memesan 10 pasang yang hanya memakan biaya 500 dolar. Bahkan tidak melebihi harga sepasang kaos kaki Alfreed. ‘Terbuat dari apa pakaian dalam yang dia pilih itu?’ Heran Alfreed dibuatnya. Beres dengan pesanan, A
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

19. Menjemput Ayah Luisa

“Maafkan aku, Bi. Aku datang ke sini hanya untuk menjemput ayah. Aku ingin membawa ayah untuk tinggal bersamaku.” “Tidak akan kubiarkan suamiku ikut denganmu, kau jelas tidak peduli dengannya! Jika kau peduli, kau tidak mungkin pergi saat kami membutuhkan pertolonganmu dari ancaman Tuan muda Jose.” Luisa menghela napas. Bahkan setelah dua minggu berlalu pun Diana tetap berbohong, pura-pura butuh pertolongan padahal tujuannya hanya ingin menjual Luisa. “Aku sudah tahu semuanya, Bi. Aku tahu Selena hendak menjualku. Kalian tidak benar-benar sedang diancam saat itu.” “A-apa apaan yang kau katakan itu?” Diana seketika gagap ketahuan berbohong. “Sekarang kumohon, biarkan aku membawa ayah dan mengurusnya hingga sembuh, Bi,” pinta Luisa. Panik, Diana melempar gelas yang kebetulan sejak tadi dia pegang. Prank! Pecah gelas tersebut tepat di depan Luisa berdiri. Bertepatan dengan itu Alfreed muncul, dia bosan hanya menunggu sendirian di dalam mobil. Tentu Alfreed berta
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

20. Alfreed dan Luisa Ditangkap

K-kau!” Selena nyaris kehilangan kesabaran, namun dia cukup pandai mengelola emosi dengan berpura-pura tersenyum menutupinya. “Haih ... Kau pasti bertemu dengannya, tapi daripada menunggu sambil berdiri, lebih baik kau dan pria di sebelahmu itu menunggu di ruang tamu saja. Kalian pasti capek kalau berdiri terlalu lama.” “Sejak tadi kalian hanya banyak bicara, tapi pintu kamar ini tak kunjung dibuka. Kalian sengaja mempermainkan kami, ya?!” Alfred sudah mulai curiga. Ocehan Diana yang berbelit-belit sejak awal, ditambah kemunculan Selena membuat dia paham kalau ibu dan anak itu adalah dua ular berbisa. “Hei ... seenaknya saja kau menuduh begitu!” Dicurigai, Diana berlagak tidak bersalah. “Apa untungnya kami mempermainkan kalian? Aku hanya lupa- lupa ingat di mana meletakkan kunci kamar itu. Kan wajar, aku sudah tua,” lanjut Diana. Tersenyum Selena mendengar jawaban itu. Memang tak salah kalau dia jago ber-acting, sebab diturunkan langsung oleh ibunya. “Selena! Kau jang
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status