Home / Romansa / Wanita Penggoda CEO Duda / Chapter 11 - Chapter 14

All Chapters of Wanita Penggoda CEO Duda: Chapter 11 - Chapter 14

14 Chapters

Jebakan Tuan Besar

"Aku tidak percaya kau tinggal di unit milik orang yang kau benci. Kau sudah berhasil merayunya? Apa misi pribadimu sudah selesai?" Tanya William memecah keheningan. Di balik nada ramahnya, ada sarkasme yang dapat ditangkap oleh intuisi Alina. Alina menggeleng, "Revan belum melihatku sebagai lawan jenis." "Mana mungkin, kurasa dia hanya berpura pura begitu supaya kau berlama lama di rumahnya. Menunggu waktu yang tepat untuk menyergapmu." "Revan bukan orang yang seperti itu, Liam." Alina melirik tidak suka atas tuduhan tak berdasar itu. "Ahaa Alina, sekarang kau bahkan membelanya. Kenapa ini, bukan dia yang menyukaimu tapi malah sebaliknya? Kau luluh lagi padanya? Kau tidak ingat sudah dipakai dan dibuang olehnya tujuh tahun lalu. Saat usiamu bahkan belum genap delapan belas tahun." Alina mengepalkan tangan. Kenapa William memaksanya untuk ikut dan malah menghancurkan mood baiknya hari ini. "Turunkan aku. Tepikan mobilnya." Alina berusaha membuka pintu mobil. Mobil dengan keaman
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Malam yang Membara

Napas Alina memburu. Kelopak matanya terasa berat, namun kesadarannya masih menggantung di antara nyata dan mimpi. Tubuhnya terasa panas, seakan ada api yang membakar perlahan di dalam dirinya. Aroma lilin aromaterapi menyesakkan dada, menambah kekacauan dalam pikirannya. Dalam kesadarannya yang setengah kabur, Alina merasakan tangan hangat menyentuh pipinya. Nafas seseorang berhembus lembut di atas wajahnya. "Alina... kau begitu cantik." Suara William terdengar begitu lembut, nyaris mendesah. Tidak. Alina ingin memberontak, tapi tubuhnya seperti terkunci. Tangan dan kakinya seolah tak memiliki kekuatan sama sekali. Kepalanya pusing, lidahnya kelu. 'Tidak, aku harus sadar... aku harus bangun!' William mendekatkan wajahnya, jemarinya menyusuri garis rahang Alina dengan penuh kehati-hatian. Mata pria itu menatap penuh obsesi. Tangan William naik, menyingkap anak rambut yang menempel di pelipis Alina. Sentuhan hangatnya membuat wanita itu sedikit menggeliat, bibirnya yang pucat t
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

'Ayo pulang'

Helaan nafas Alina bergetar, tangannya masih menekan dadanya yang terasa sesak. Tubuhnya bersandar di tembok dingin, berusaha menenangkan detak jantung yang seolah berlomba dengan waktu. Udara malam begitu menusuk, tapi rasa dingin itu tidak bisa mengalahkan panas yang membakar tubuhnya akibat sisa efek lilin aromaterapi sialan itu. Kakinya gemetar, lututnya hampir menyerah. Namun, otaknya terus memaksa tubuhnya bergerak. Kabur... 'Aku harus kabur...' Alina menatap tali yang menjuntai dari jendela. Jendela yang sudah terbuka sejak tadi. Laki laki itu sengaja membuka jendela agar asap lilin segera berganti dengan udara segar. Dan tali... William. Alina mengepalkan tangannya kuat-kuat. Pria itu... Bahkan dalam kekejamannya, William tetap membukakan jalan untuknya. Tapi dengan caranya sendiri. Alina menggigit bibir hingga terasa asin oleh darah. Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia meraih tali dan mulai menuruni dinding pelan-pelan. Udara dingin membelai kulitnya yang hanya ber
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bos yang Aneh

Suara alarm berdering tajam, menggema di dalam apartemen. Alina mengerjap pelan, kelopak matanya terasa berat. Kepala masih sedikit berdenyut, tapi jauh lebih baik daripada tadi malam. Ia menoleh ke sekitar. Kamar yang asing. Bukan kamarnya. Tapi juga bukan kamar di rumah William. Oh… benar. Ia mengingat kembali bagaimana Revan menjemputnya, bagaimana pria itu menutup kaca jendela agar ia tidak kedinginan. Dan sekarang, ia ada di sini, di apartemen Revan, dimana dirinya tinggal. Alina menghela napas, lalu bangkit perlahan. Bajunya sudah berganti. Piyama longgar yang terasa nyaman di kulitnya. Bukan sesuatu yang biasanya ia kenakan, dan jelas bukan sesuatu yang ia bawa sendiri. ‘Siapa yang menggantikan bajuku?’ Wajahnya langsung panas memikirkan kemungkinan itu. Tapi kemudian ia menggeleng cepat. Tidak, pasti bukan Revan. Dia bukan tipe pria yang akan melakukan sesuatu tanpa izin, apalagi dalam keadaan seperti itu. Mungkin dokter yang dipanggil Revan. Ia menyibak selimut,
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more
PREV
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status